Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Mengapa sebagian besar orang miskin tetap miskin, dan mengapa kelas menengah sulit naik ke kelas atas?
Pertanyaan ini sering muncul di tengah ketimpangan ekonomi yang semakin terasa.
Mobilitas ekonomi yang lambat disebabkan oleh kombinasi hambatan sistemik, akses terbatas terhadap sumber daya, dan pola pikir yang terbentuk karena tekanan finansial.
Mengutip New Trader U, artikel ini membahas lima alasan utama mengapa orang miskin tetap miskin dan kelas menengah sulit menjadi kaya berdasarkan faktor sosial, ekonomi, dan psikologis.
1. Akses Terbatas ke Pendidikan Berkualitas dan Pelatihan Keterampilan
Salah satu penyebab utama kemiskinan yang berkelanjutan adalah kurangnya akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Banyak keluarga berpenghasilan rendah tidak memiliki kesempatan untuk mengakses sekolah atau universitas terbaik. Keterbatasan ini menciptakan kesenjangan keterampilan sejak dini.
Selain itu, biaya pendidikan tinggi yang mahal membuat banyak keluarga kelas menengah ragu untuk melanjutkan pendidikan.
Bahkan jika mereka mampu, sering kali program yang diambil tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja saat ini, atau tidak memberikan keterampilan praktis yang dibutuhkan industri.
Baca Juga: 5 Profesi Kelas Menengah yang Akan Digantikan AI 5 Tahun Lagi, Apa Saja?
2. Keterbatasan Jaringan dan Modal Sosial
Jaringan sosial dan koneksi profesional sering kali menjadi kunci menuju peluang kerja, kemitraan bisnis, dan informasi investasi. Sayangnya, orang miskin dan sebagian besar kelas menengah tidak memiliki akses ke jejaring yang dapat membuka peluang ekonomi baru.
Sementara individu kaya memiliki jaringan yang luas dan strategis. Misalnya saja terhubung ke institusi top, investor, atau mentor bisnis.
Sementara, masyarakat bawah lebih banyak bergantung pada jaringan informal yang tidak memiliki akses ke peluang ekonomi besar.
3. Tidak Memiliki Modal untuk Berinvestasi atau Membangun Aset
Untuk menjadi kaya, seseorang harus bisa menginvestasikan uang dan membangun aset jangka panjang seperti properti, saham, atau usaha sendiri. Namun, keluarga miskin dan kelas menengah sering kali hidup pas-pasan dan tidak memiliki dana lebih untuk investasi.
Baca Juga: Pesan Robert Kiyosaki kepada Kelas Menengah: Jangan Beli 5 Barang Ini
Kondisi ini diperburuk oleh sistem keuangan yang kurang ramah terhadap pemilik modal kecil. Banyak peluang investasi membutuhkan dana awal yang besar atau profil kredit yang baik, yang tidak dimiliki oleh sebagian besar masyarakat bawah.
4. Beban Utang dan Kurangnya Literasi Keuangan
Banyak orang miskin dan kelas menengah hidup dalam lingkaran utang, mulai dari kartu kredit berbunga tinggi, pinjaman online, hingga utang pendidikan atau kesehatan. Kondisi ini menghalangi mereka untuk menabung atau berinvestasi.
Selain itu, kurangnya edukasi keuangan membuat banyak orang tidak memahami cara mengelola keuangan pribadi, menyusun anggaran, atau membedakan produk keuangan yang aman dengan yang merugikan.
5. Pola Pikir Kelangkaan dan Ketakutan Mengambil Risiko
Tekanan hidup dalam kemiskinan membentuk pola pikir kelangkaan yang membuat seseorang fokus hanya pada kebutuhan jangka pendek, bukan perencanaan jangka panjang. Hal ini berdampak besar pada pengambilan keputusan finansial dan karier.
Tak hanya itu, penghindaran risiko juga menjadi penghalang. Banyak orang tidak berani memulai usaha atau mengganti pekerjaan karena takut gagal—karena kegagalan bisa berarti kehilangan tempat tinggal, makanan, atau pendidikan anak.
Tonton: Kelas Menengah RI Makin Terjepit di Tengah Ketimpangan Konsumsi
Kesimpulan:
Alasan mengapa orang miskin tetap miskin dan kelas menengah sulit menjadi kaya bukan hanya soal malas bekerja atau kurang usaha. Faktor-faktor seperti pendidikan, jaringan, modal, utang, dan pola pikir memainkan peran besar. Jika tidak ada intervensi sistemik dan dukungan finansial yang adil, ketimpangan ini akan terus berlanjut lintas generasi.
Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan pendekatan terpadu, mulai dari kebijakan publik yang inklusif, edukasi finansial sejak dini, hingga pemberdayaan komunitas agar setiap individu memiliki akses yang adil untuk berkembang.
Selanjutnya: Promo JSM Indomaret 1-3 Agustus 2025, Rinso, Sampo Lifebuoy Diskon Sampai 40%
Menarik Dibaca: Promo JSM Indomaret 1-3 Agustus 2025, Rinso, Sampo Lifebuoy Diskon Sampai 40%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News