kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.408   -124,00   -0,75%
  • IDX 7.513   -24,87   -0,33%
  • KOMPAS100 1.057   -2,44   -0,23%
  • LQ45 792   -4,39   -0,55%
  • ISSI 255   -0,97   -0,38%
  • IDX30 413   0,98   0,24%
  • IDXHIDIV20 469   1,26   0,27%
  • IDX80 119   -0,45   -0,38%
  • IDXV30 122   0,28   0,23%
  • IDXQ30 131   0,47   0,36%
GLOBAL /

Air Mata Perpisahan Son Heung-min, Tinggalkan Tottenham Setelah Hampir 10 Tahun


Senin, 04 Agustus 2025 / 11:01 WIB
Air Mata Perpisahan Son Heung-min, Tinggalkan Tottenham Setelah Hampir 10 Tahun
ILUSTRASI. Son Heung-min tak kuasa menahan air mata setelah menjalani laga yang diyakini menjadi penampilan terakhirnya bersama Tottenham Hotspur.. REUTERS/David Klein 

Sumber: Mirror.co.uk | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Son Heung-min tak kuasa menahan air mata setelah menjalani laga yang diyakini menjadi penampilan terakhirnya bersama Tottenham Hotspur.

Penyerang asal Korea Selatan itu akan meninggalkan klub yang dibelanya selama hampir 10 tahun, dengan tujuan selanjutnya adalah klub Major League Soccer (MLS), Los Angeles FC (LAFC).

Perpisahan Emosional di Korea Selatan

Son memimpin Tottenham sebagai kapten untuk terakhir kalinya saat menghadapi Newcastle United dalam laga persahabatan pramusim di tanah kelahirannya, Korea Selatan.

Ketika ditarik keluar, ia mendapatkan guard of honour dari kedua tim. Meski sempat tersenyum saat berjalan meninggalkan lapangan, Son tak mampu membendung air mata saat duduk di bangku cadangan, menundukkan kepala di balik kedua tangannya.

Baca Juga: Isak Latihan Diam-Diam di Spanyol, Eddie Howe: Pemain Harus Bersikap Profesional

Tak lama kemudian, rekan-rekan setimnya mengangkat Son ke udara sebagai bentuk penghormatan. Momen ini menjadi simbol perpisahan emosional bagi salah satu ikon terbesar klub dalam satu dekade terakhir.

Hampir Satu Dekade Bersama Spurs

Son Heung-min bergabung dengan Tottenham pada 2015. Selama berseragam Spurs, ia mencatatkan 173 gol dalam 454 pertandingan. Musim lalu, ia berhasil mengantarkan klub meraih trofi pertama mereka dalam 17 tahun setelah menjuarai Liga Europa dengan mengalahkan Manchester United di final di Bilbao.

Son menjadi kapten yang mengangkat trofi dan bahkan dengan bercanda menyebut dirinya sebagai legenda klub.

“Seventeen years – nobody has done it, so let's say with amazing players, probably a legend of the club. This is what I've always dreamed for. Today is the day it happened. I am the happiest man in the world,” ujarnya kala itu.

Baca Juga: Newcastle Pantau Goncalo Ramos dan Benjamin Sesko

Keputusan Berat dan Masa Depan di MLS

Son, yang kini berusia 33 tahun, mengakui bahwa keputusannya meninggalkan Tottenham sangatlah sulit. “Saya datang ke London Utara sebagai seorang anak muda yang bahkan tidak bisa berbahasa Inggris. Meninggalkan klub ini sebagai pria dewasa adalah momen yang sangat membanggakan,” ucapnya.

Musim lalu, kontribusinya mulai menurun dibandingkan musim-musim sebelumnya. Dengan kedatangan pelatih baru Thomas Frank serta perekrutan sejumlah pemain baru, waktu bermain Son diprediksi akan semakin terbatas. Faktor ini menjadi salah satu alasan ia memilih tantangan baru di MLS.

Pelatih Tottenham, Thomas Frank, memberi isyarat bahwa laga di Korea Selatan menjadi perpisahan ideal bagi Son. “Jika itu adalah pertandingan terakhirnya, sungguh indah melakukannya di depan para penggemarnya sendiri. Sebuah akhir yang indah. Dia adalah salah satu pemain terbaik yang pernah bermain di Premier League,” ujar Frank.

Selanjutnya: Isak Latihan Diam-Diam di Spanyol, Eddie Howe: Pemain Harus Bersikap Profesional

Menarik Dibaca: RUPSLB, Ini Jajaran Direksi dan Komisaris Bank Mandiri Terbaru!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

×