Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – BRASILIA. Mahkamah Agung Brasil menetapkan mantan Presiden Jair Bolsonaro dalam tahanan rumah pada Senin (4/8/2025), menjelang persidangan atas dugaan keterlibatannya dalam rencana kudeta.
Penahanan ini mempertegas sikap tegas pengadilan, meski tekanan meningkat dari Presiden AS Donald Trump yang membalas dengan tarif dan sanksi.
Perintah penahanan dikeluarkan oleh Hakim Mahkamah Agung Alexandre de Moraes, yang sebelumnya dikenai sanksi oleh Departemen Keuangan AS.
Ia menyebut Bolsonaro gagal mematuhi larangan yang telah ditetapkan, termasuk dugaan upaya meminta campur tangan Trump dalam proses hukum tersebut.
Bolsonaro saat ini diadili atas dugaan konspirasi dengan sekutunya untuk membatalkan hasil pemilu 2022 yang dimenangkan oleh Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
Trump menyebut perkara ini sebagai “perburuan penyihir” dan menjadikannya alasan memberlakukan tarif 50% atas produk Brasil, yang efektif mulai Rabu ini.
Departemen Luar Negeri AS mengecam penahanan rumah tersebut, menyebut tindakan Moraes sebagai bentuk penyalahgunaan institusi hukum Brasil untuk membungkam oposisi.
AS juga mengancam akan menindak siapa pun yang membantu pelanggaran sanksi, meski tak merinci lebih lanjut.
Trump bahkan menyebut sanksi terhadap Brasil bisa dinaikkan lebih jauh.
Perintah Moraes juga melarang Bolsonaro menggunakan ponsel dan menerima tamu, kecuali pengacara atau pihak yang telah mendapat izin pengadilan.
Juru bicara Bolsonaro membenarkan bahwa mantan presiden telah ditempatkan dalam tahanan rumah di kediamannya di Brasilia pada Senin malam, dan bahwa ponselnya telah disita.
Tim hukum Bolsonaro menyatakan akan mengajukan banding. Mereka menilai kliennya tidak melanggar perintah pengadilan.
Dalam wawancara bulan lalu, Bolsonaro menyebut Moraes sebagai “diktator” dan menyebut restriksi terhadap dirinya sebagai tindakan “pengecut.”
Sejumlah sekutu Bolsonaro khawatir pendekatan Trump justru memperkeruh situasi di Brasil dan memunculkan simpati publik terhadap pemerintahan Lula.
Namun, demonstrasi besar-besaran pendukung Bolsonaro di Rio de Janeiro pada Minggu lalu yang terbesar dalam beberapa bulan menunjukkan bahwa serangan Trump terhadap Moraes justru menyulut semangat basis pendukung sayap kanan Bolsonaro.
Dalam aksi tersebut, Bolsonaro muncul secara virtual lewat sambungan telepon ke putranya, Senator Flavio Bolsonaro yang dinilai sebagai bentuk pelanggaran atas larangan pengadilan.
“Mata hukum mungkin buta, tapi tidak bodoh,” tulis Moraes dalam putusannya.
Senator Flavio Bolsonaro menyebut keputusan Moraes pada Senin sebagai “balas dendam atas sanksi AS terhadap dirinya,” dan berharap Mahkamah Agung dapat “mengendalikan seorang individu yang memicu kekacauan.”
Perintah penahanan dan larangan lainnya telah dikukuhkan oleh majelis Mahkamah Agung, yang menangani kasus utama terkait dugaan keterlibatan Bolsonaro dalam gerakan penolakan hasil pemilu.
Gerakan ini memuncak pada kerusuhan Januari 2023 di ibu kota Brasil, yang banyak dibandingkan dengan insiden penyerbuan Capitol Hill pada 6 Januari 2021 oleh pendukung Trump.
Berbeda dengan kasus hukum terhadap Trump yang sebagian besar terhambat, proses hukum terhadap Bolsonaro bergerak cepat.
Ia telah dilarang mencalonkan diri dalam jabatan publik hingga 2030 oleh pengadilan pemilu.
Sementara itu, Eduardo Bolsonaro putra Bolsonaro yang juga anggota kongres pindah ke AS bertepatan dengan dimulainya persidangan ayahnya, untuk mencari dukungan politik di Washington.
Ia mengklaim langkah itu turut memengaruhi keputusan Trump memberlakukan tarif baru terhadap Brasil.
Eduardo, dalam pernyataan usai penahanan ayahnya, menyebut Moraes sebagai “psikopat yang tidak ragu menggandakan tekanan.”
Trump juga mengunggah surat terbuka kepada Bolsonaro bulan lalu. “Saya melihat bagaimana sistem yang tidak adil ini memperlakukan Anda. Persidangan ini harus dihentikan segera!” tulisnya.
Sanksi AS terhadap Moraes pekan lalu didasarkan pada tuduhan bahwa sang hakim telah menyalahgunakan kekuasaan dengan menahan praperadilan secara sewenang-wenang dan menekan kebebasan berekspresi.
Menurut pengamat, penahanan Bolsonaro dapat menjadi dalih bagi Trump untuk menjatuhkan sanksi tambahan.
“Saya kira eskalasi mungkin terjadi, karena ini akan dilihat sebagai respons terhadap sanksi Magnitsky atas Moraes,” ujar Leonardo Barreto dari lembaga Think Policy di Brasilia.
Selanjutnya: Siap-Siap! Promo JCO Anniversary ke-20 11-15 Agustus, Ragam Paket Spesial Harga Hemat
Menarik Dibaca: Siap-Siap! Promo JCO Anniversary ke-20 11-15 Agustus, Ragam Paket Spesial Harga Hemat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News