Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Menurut Morgan Housel, penulis "The Psychology of Money," dalam episode terbaru podcast The Burnouts, merupakan hal yang wajar jika seseorang beranggapan menjadi investor yang baik berarti merancang strategi rumit yang memaksimalkan imbal hasil.
Namun, lanjutnya, perspektif itu kemungkinan besar menghalangi Anda meraih keuntungan finansial jangka panjang.
"Banyak orang yang berkecimpung di dunia investasi, terutama orang-orang pintar ... orang-orang ber-IQ tinggi dan berpendidikan tinggi, berpikir, 'Mari kita coba buat ini serumit mungkin,' dan mereka berhasil. Namun, dalam hal investasi, semakin rumit Anda membuatnya, semakin buruk hasilnya," kata Housel.
Melansir CNBC, Housel mengatakan, alih-alih mengejar saham-saham yang sedang naik daun atau mencoba memprediksi waktu pasar, pendekatan paling cerdas dalam berinvestasi adalah membuatnya sebodoh, sesederhana, dan semembosankan mungkin.
"Jika Anda bisa menjadi investor rata-rata untuk jangka waktu di atas rata-rata, misalnya hanya mendapatkan imbal hasil pasar rata-rata setiap tahun selama 20 tahun ke depan, Anda akan luar biasa," kata Housel.
Dia menambahkan, "Orang-orang sederhana dan rata-rata selama 50 tahun adalah mereka yang akhirnya menghasilkan yang terbaik."
Baca Juga: Mengapa Warren Buffett Tak Memiliki Investasi Emas? Akhirnya Terjawab Alasannya
Salah satu alat terbaik untuk pendekatan ini adalah reksa dana indeks berbiaya rendah, yang melacak indeks pasar seperti S&P 500 dan bertujuan untuk mereplikasi kinerjanya. Strategi ini, yang sering disebut sebagai investasi pasif, umumnya direkomendasikan oleh para ahli keuangan.
Sementara itu, Ben Smith, perencana keuangan bersertifikat dan pendiri Cove Financial Planning di Milwaukee, Wisconsin, mengatakan mengingat manajer investasi paling berpengalaman di dunia pun kesulitan untuk secara konsisten mengalahkan indeks acuan mereka, berinvestasi hanya untuk mengimbangi pasar adalah pendekatan yang cerdas dan mudah.
Dia juga bilang, mungkin terasa lebih menarik untuk mencoba mengejar imbal hasil setinggi mungkin, tetapi kemungkinan besar, hal itu tidak akan membawa Anda lebih dekat ke tujuan jangka panjang dibandingkan tetap konsisten dengan reksa dana indeks berbiaya rendah.
"Saya agak bercanda dengan klien saya, jika berinvestasi itu menyenangkan dan seksi, Anda mungkin melakukan sesuatu yang salah," kata Smith. "Seharusnya agak membosankan, seharusnya cukup mudah ... Anda tidak perlu memilih-milih saham yang berbeda dan bersikap sangat strategis, karena itu seringkali tidak berjalan dengan baik, setidaknya bagi sebagian besar investor."
Data menunjukkan hal yang sama: Antara Januari 2015 dan Desember 2024, hanya 7% manajer reksa dana aktif yang mengungguli rata-rata pesaing pasif mereka, menurut Morningstar.
Baca Juga: Warren Buffett Keluarkan Peringatan Keras kepada Wall Street, Apa Katanya?
Menjaga kesederhanaan menghasilkan imbal hasil yang lebih baik
Warren Buffett, ketua Berkshire Hathaway dan salah satu investor pasar saham paling sukses di dunia, telah lama menjadi pendukung investasi pasif.
Dalam suratnya kepada para pemegang saham pada tahun 1993, ia menulis, "Dengan berinvestasi secara berkala dalam reksa dana indeks ... investor yang tidak tahu apa-apa sebenarnya dapat mengungguli sebagian besar profesional investasi."
Di acara On the Money di CNBC pada tahun 2017, Buffett mengulangi nasihat serupa: Kebanyakan investor seharusnya tidak berfokus pada memilih "perusahaan yang tepat". Tetapi mereka seharusnya secara konsisten membeli semua perusahaan besar melalui S&P 500 dengan cara yang sangat, sangat murah.
Tonton: Mengejutkan! Bill Gates Lepas Saham Perusahaan Warren Buffett, Ini Portofolio Barunya
"Pada akhirnya, memiliki portofolio reksa dana indeks berbiaya rendah yang terdiversifikasi, dan mempertahankannya selama mungkin, akan paling masuk akal hampir sepanjang waktu," kata Buffett pada tahun 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News