kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.376   -93,00   -0,56%
  • IDX 7.767   -100,50   -1,28%
  • KOMPAS100 1.088   -13,98   -1,27%
  • LQ45 784   -16,21   -2,03%
  • ISSI 267   -1,56   -0,58%
  • IDX30 406   -8,34   -2,01%
  • IDXHIDIV20 474   -8,53   -1,77%
  • IDX80 119   -2,14   -1,77%
  • IDXV30 130   -1,94   -1,47%
  • IDXQ30 131   -2,37   -1,77%
GLOBAL /

Kesehatan Aung San Suu Kyi Kian Memburuk Sejak Masuk Tahanan Militer


Senin, 08 September 2025 / 13:44 WIB
Kesehatan Aung San Suu Kyi Kian Memburuk Sejak Masuk Tahanan Militer
ILUSTRASI. Mantan pemimpin Myanmar yang ditahan, Aung San Suu Kyi, dikabarkan mengalami gangguan jantung yang semakin parah. REUTERS/Stringer 

Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan pemimpin Myanmar yang ditahan, Aung San Suu Kyi, dikabarkan mengalami gangguan jantung yang semakin parah dan membutuhkan penanganan medis segera.

Hal ini disampaikan oleh putranya, Kim Aris, pada Jumat (30/8), dalam sebuah seruan untuk segera membebaskan ibunya dari tahanan yang ia sebut sebagai “kejam dan mengancam jiwa”.

Aris mengatakan, ibunya yang kini berusia 80 tahun telah meminta untuk diperiksa oleh seorang ahli jantung sekitar sebulan lalu. Namun, hingga kini ia tidak bisa memastikan apakah permintaan tersebut dipenuhi pihak junta militer.

“Tanpa pemeriksaan medis yang tepat, mustahil mengetahui kondisi jantungnya. Saya sangat khawatir. Tidak ada cara untuk memverifikasi apakah beliau bahkan masih hidup,” ujar Aris melalui sambungan telepon dari London, dikutip Reuters.

Baca Juga: Jelang Pemilu, Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing Akan Kunjungi China

Selain masalah jantung, peraih Nobel Perdamaian itu juga dilaporkan mengalami masalah tulang dan gusi, serta kemungkinan cedera akibat gempa bumi pada Maret lalu yang menewaskan lebih dari 3.700 orang di Myanmar.

Respons Junta Militer Myanmar

Menanggapi laporan tersebut, juru bicara militer Myanmar, Zaw Min Tun, membantah adanya masalah kesehatan serius yang dialami Suu Kyi.

Ia menyebut kabar tersebut hanya upaya untuk mengalihkan perhatian publik dari kunjungan panglima militer Min Aung Hlaing ke China, di mana ia bertemu Presiden Xi Jinping dan menghadiri parade militer.

“Kesehatan Daw Aung San Suu Kyi baik. Mereka memalsukan informasi ini karena pemimpin Myanmar sedang melakukan banyak kegiatan di China dan ingin menutupi berita tersebut,” ujarnya melalui saluran televisi negara, MRTV.

Latar Belakang Penahanan Suu Kyi

Sejak kudeta militer pada Februari 2021 yang menggulingkan pemerintahannya, Myanmar terjerumus dalam krisis politik dan konflik bersenjata. Demonstrasi besar-besaran yang menentang junta militer dibubarkan dengan kekerasan, memicu perlawanan bersenjata di berbagai wilayah.

Suu Kyi saat ini menjalani hukuman penjara 27 tahun atas tuduhan termasuk penghasutan, korupsi, dan kecurangan pemilu—semuanya ia bantah. Terakhir kali ia terlihat di publik pada Mei 2021 dalam persidangan, beberapa bulan setelah kudeta.

Mulai Desember mendatang, pemerintahan interim yang didukung militer berencana menggelar pemilu bertahap—pemilu pertama sejak kudeta.

Namun, partai oposisi, termasuk National League for Democracy (NLD) yang dipimpin Suu Kyi, dilarang ikut serta. Hanya partai-partai yang didukung atau disetujui militer yang boleh ikut.

Baca Juga: Myanmar Rogoh US$ 3 Juta per Tahun Demi Pulihkan Hubungan dengan Amerika Serikat

Pemerintah Barat telah mengecam rencana tersebut, menyebutnya sebagai langkah untuk semakin mengokohkan kekuasaan junta.

Sosok Aung San Suu Kyi

Lahir pada 1945, Suu Kyi adalah putri dari Jenderal Aung San, pahlawan kemerdekaan Myanmar yang dibunuh saat ia masih bayi. Ia menempuh pendidikan di Universitas Oxford, menikah dengan akademisi asal Inggris, Michael Aris, dan memiliki dua anak.

Pada 1988, Suu Kyi kembali ke Myanmar untuk merawat ibunya yang sakit, sekaligus terjun ke politik dengan membentuk National League for Democracy (NLD).

Sejak saat itu, ia menjadi simbol utama gerakan demokrasi Myanmar, meski harus menghabiskan hampir dua dekade dalam tahanan, termasuk sekitar 15 tahun menjadi tahanan rumah.

Organisasi HAM internasional serta pemerintah asing terus menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi dan ribuan tahanan politik lainnya di Myanmar. Namun hingga kini, junta militer tetap menahan tokoh yang selama puluhan tahun menjadi wajah perlawanan terhadap otoritarianisme di negaranya.

Selanjutnya: Intervensi Rupiah, Salah Satu Penyebab Cadangan Devisa RI Turun di Agustus 2025

Menarik Dibaca: Harga Emas Rekor, Ini Rekomendasi Trading Saham Pekan Ini dari IPOT

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait


TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

×