Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Qatar menyatakan bahwa mereka berhak menanggapi serangan Israel terhadap markas besar kepemimpinan politik Hamas pada hari Selasa (9/9/2025).
Serangan di Doha, yang terjadi ketika para tokoh penting Hamas berkumpul untuk mempertimbangkan usulan AS terkait gencatan senjata di Jalur Gaza, menandai eskalasi konflik dan berisiko menggagalkan perundingan yang bertujuan untuk mengakhiri perang dan membebaskan para sandera yang tersisa.
Mengutip The Telegraph, Qatar mengutuk apa yang disebutnya sebagai pelanggaran mencolok terhadap semua hukum dan norma internasional oleh Israel.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengatakan dalam konferensi pers: "Qatar ... berhak menanggapi serangan terang-terangan ini."
Ia juga menuduh Benjamin Netanyahu, mitranya dari Israel, menyeret kawasan itu ke tempat yang sayangnya tidak dapat diperbaiki.
Setelah situasi mereda, serangan Israel tampaknya gagal membunuh targetnya.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pemimpin puncaknya selamat dari serangan tersebut. Akan tetapi lima anggota tingkat bawah Hamas tewas, termasuk putra Khalil al-Hayya – pemimpin Hamas untuk Gaza dan negosiator utamanya – tiga pengawal, dan kepala kantor Hayya.
Baca Juga: Rusia Kutuk Serangan Israel ke Qatar, Sebut Pelanggaran Hukum Internasional
Hamas, yang terkadang mengonfirmasi pembunuhan para pemimpinnya beberapa bulan kemudian, tidak memberikan bukti langsung bahwa al-Hayya dan tokoh senior lainnya selamat.
Negara Teluk yang kaya energi ini menampung ribuan tentara Amerika dan telah bertindak sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas selama perang 23 bulan tersebut.
Ketika ditanya dalam konferensi pers apakah perundingan gencatan senjata akan dilanjutkan, Al Thani mengatakan setelah serangan, "Saya rasa tidak ada yang valid dalam perundingan yang sedang berlangsung."
Namun, ia tidak mengatakan Qatar akan mengakhiri upaya mediasinya, dengan mengatakan "kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk menghentikan perang ini".
AS mengatakan Israel telah memberi tahu Doha sebelum serangan. Namun, para pejabat Amerika berusaha agar Washington tidak disangkutpautkan dengan serangan itu.
Gedung Putih mengatakan Donald Trump mengklaim serangan itu merupakan "insiden yang tidak menguntungkan" yang tidak memajukan perdamaian di kawasan tersebut.
Baca Juga: Serangan Israel di Qatar Gagal Bunuh Pemimpin Hamas, Target Berikutnya?
Karoline Leavitt, sekretaris pers Gedung Putih, mengatakan bahwa Trump telah berbicara dengan Netanyahu dan menyampaikan pemikiran dan kekhawatirannya dengan sangat jelas.
Ia juga mengatakan kepada wartawan bahwa Steve Witkoff, utusan AS untuk Timur Tengah, telah menyampaikan peringatan kepada Qatar.
Namun Majed al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, mencemooh peringatan tersebut dalam sebuah unggahan di X, dengan mengatakan bahwa peringatan itu datang tepat ketika ledakan dari serangan Israel terdengar.
Rekaman pengawasan yang disiarkan oleh Al Jazeera menunjukkan serangan tersebut menghantam serangkaian gedung di kawasan diplomatik Doha yang menampung sayap politik Hamas.
Seorang pejabat Mesir mengatakan serangan itu terjadi ketika pertemuan para pejabat Hamas mengenai perundingan damai telah dijadwalkan di lokasi tersebut. Pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang berbicara kepada wartawan.
Israel telah lama mengancam akan menyerang para pemimpin Hamas di mana pun mereka berada. Meskipun sering menyambut baik peran Qatar sebagai mediator, bersama Mesir, Israel juga menuduh negara Teluk itu tidak memberikan tekanan yang cukup terhadap kelompok tersebut.
Berbeda dengan operasi Israel sebelumnya terhadap militan senior di luar negeri, Netanyahu dengan cepat secara terbuka mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
"Israel yang memulainya, Israel yang melakukannya, dan Israel bertanggung jawab penuh," jelasnya.
Ia mengatakan keputusan itu dibuat pada hari Senin setelah penembakan di Yerusalem yang menewaskan enam orang dan serangan terhadap pasukan Israel di Gaza yang menewaskan empat tentara.
Militer Israel mengatakan mereka menggunakan "amunisi presisi dan intelijen tambahan" dalam serangan itu, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Belum jelas bagaimana mereka melakukan serangan itu.
Tonton: Negara-Negara Eropa Kutuk Serangan Israel di Qatar
Hamas mengatakan serangan itu menunjukkan bahwa Netanyahu dan pemerintahannya tidak ingin mencapai kesepakatan apa pun dan sengaja berusaha menggagalkan semua peluang. Hamas juga menyatakan AS bertanggung jawab atas serangan itu.
Mesir, mediator kunci lainnya antara Israel dan Hamas, juga mengutuk serangan itu, dengan mengatakan serangan itu menargetkan para pemimpin Palestina yang telah bertemu untuk membahas cara-cara mencapai kesepakatan gencatan senjata. Kairo juga mengatakan serangan itu merupakan "serangan langsung" terhadap kedaulatan Qatar.
Di Israel, kelompok utama yang mewakili keluarga para sandera menyatakan "keprihatinan yang mendalam dan ketakutan yang besar" setelah serangan tersebut.
Forum Keluarga Sandera dan Hilang mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Prospek kepulangan mereka kini menghadapi ketidakpastian yang lebih besar dari sebelumnya, dengan satu hal yang benar-benar pasti – waktu mereka hampir habis."
Selanjutnya: Cara Buat CV yang Efektif Dilirik Perekrut!
Menarik Dibaca: Cara Buat CV yang Efektif Dilirik Perekrut!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News