kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.605.000   16.000   0,62%
  • USD/IDR 16.770   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%
GLOBAL /

Robert Kiyosaki Ramalkan Ledakan Perak dan Bitcoin, Benarkah Sinyal Hiperinflasi?


Senin, 29 Desember 2025 / 04:42 WIB
Robert Kiyosaki Ramalkan Ledakan Perak dan Bitcoin, Benarkah Sinyal Hiperinflasi?
ILUSTRASI. Robert Kiyosaki, kembali bikin pernyataan kontroversial. Ia memprediksi harga perak bisa melonjak hingga 185%. (Facebook/RobertKiyosaki)

Sumber: The Street | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Penulis buku Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, kembali bikin pernyataan kontroversial. Ia memprediksi harga perak bisa melonjak hingga 185%, bahkan menembus US$ 200 per ons troi pada 2026. Dia lantas menyarankan publik untuk mengalihkan dana dari uang tunai ke aset keras seperti emas, perak, dan kripto, terutama Bitcoin.

Mengutip The Street, menurut Kiyosaki, kenaikan harga perak di atas US$ 70 per ons troi bukan sekadar kabar baik bagi investor logam mulia, tapi juga sinyal bahaya bagi mereka yang masih menyimpan kekayaan dalam bentuk uang fiat.

“Perak di atas US$ 70 adalah kabar baik bagi penimbun emas dan perak, tapi kabar buruk bagi penabung uang palsu,” tulis Kiyosaki.

Dia menambahkan, “Saya khawatir ini sinyal hiperinflasi dalam lima tahun ke depan, karena dolar terus kehilangan daya beli.”

Ia bahkan menyebut bahwa “dolar palsu” akan terus tergerus nilainya, seiring harga perak melaju ke US$ 200 pada 2026.

Kiyosaki memang dikenal sebagai pengkritik keras sistem keuangan berbasis uang fiat. Selama bertahun-tahun, ia konsisten mendorong aset yang menurutnya “tidak bisa dicetak sembarangan” sebagai pelindung nilai, mulai dari emas dan perak hingga Bitcoin dan Ethereum.

Baca Juga: Akhir Era Oracle of Omaha: Warren Buffett Pensiun Per 31 Desember 2025

Mengapa Kiyosaki Yakin Perak Akan Meledak?

Logika Kiyosaki sederhana: ketika kepercayaan terhadap uang kertas menurun, investor akan lari ke aset keras. Ia menuding kebijakan bank sentral, khususnya penurunan suku bunga dan pelonggaran moneter, sebagai pemicu utama.

Menurutnya, langkah The Fed memangkas suku bunga merupakan sinyal bahwa mesin pencetak uang kembali dinyalakan.

“The Fed menurunkan suku bunga, memberi sinyal quantitative easing atau ‘mesin cetak uang palsu’ kembali aktif,” tulisnya.

“Ini akan berujung hiperinflasi dan membuat hidup jadi sangat mahal bagi mereka yang tidak siap,” tambahnya.

Meski perak jadi sorotan utama, Kiyosaki menegaskan bahwa kripto tetap bagian penting dari strategi bertahan.

“Saran saya tetap sama: beli lebih banyak emas asli, perak, Bitcoin, dan Ethereum,” ujarnya, seraya mengaku kembali menambah kepemilikan perak usai pemangkasan suku bunga terakhir The Fed.

Baca Juga: Pesan Natal Keras Zelensky Picu Kemarahan Kremlin, Ini Isinya

Bitcoin vs Perak: Mana Lebih Untung?

Jika dilihat dari kinerja lima tahun terakhir, Bitcoin masih unggul. Pada Desember 2020, Bitcoin berada di kisaran US$ 26.219, dan pada Desember 2025 telah mendekati US$ 87.459 atau naik sekitar 233%.

Perak juga mencetak performa impresif. Dari sekitar US$ 26 per ons pada akhir 2020, harga perak sempat menyentuh rekor US$79,70 per ons, atau naik hampir 200% dalam lima tahun.

Artinya, meski perak tengah “naik daun” sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global, Bitcoin masih memberi imbal hasil lebih besar, meski dengan volatilitas yang jauh lebih tinggi.

Tonton: Bukan Hoaks, Maki Nama Hewan Bisa Kena Pidana Mulai 2026

Kesimpulan

Pernyataan Robert Kiyosaki mencerminkan kekhawatiran lama soal stabilitas uang fiat di tengah pelonggaran moneter global. Lonjakan harga perak dan reli Bitcoin memang menunjukkan meningkatnya minat investor pada aset lindung nilai. Namun, prediksi ekstrem seperti hiperinflasi dan perak US$ 200 tetap perlu disikapi hati-hati, karena lebih bersifat opini berbasis keyakinan makro, bukan kepastian. Bagi investor, pesan utamanya bukan sekadar ikut euforia, melainkan memahami risiko, diversifikasi aset, dan menyesuaikan strategi dengan profil risiko masing-masing.

Selanjutnya: 8 Emiten Bagikan Dividen Saham Awal 2026, Cum Date Dimulai Hari Ini (29/12)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

×