Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Selama enam dekade terakhir, Berkshire Hathaway (BRK.A) milik Warren Buffett telah mencatatkan pertumbuhan sekitar 20% per tahun, jauh mengungguli S&P 500 dan mencapai kapitalisasi pasar sebesar tiga perempat triliun dolar AS per Juli 2025.
Melansir dari Investopia, saat ini semakin banyak konglomerat yang mencoba meniru pendekatan tersebut: memanfaatkan bisnis asuransi properti dan kecelakaan (property and casualty insurance) untuk menghasilkan "float" dengan biaya rendah, kemudian menginvestasikan dana tersebut ke dalam saham publik maupun bisnis yang dimiliki sepenuhnya.
Laporan terbaru dari Barron’s menyoroti sejumlah kandidat terdepan seperti Markel Group, Fairfax Financial, Loews, White Mountains, Howard Hughes Holdings, dan Greenlight Capital Re—seraya mengajukan pertanyaan bernilai satu triliun dolar: mungkinkah salah satu dari mereka mampu tumbuh hingga mendekati skala Berkshire?
Baca Juga: Mizuho Leasing (VRNA) Bukukan Rugi Rp 7,69 Miliar pada Semester I-2025
Mengapa Formula Berkshire Sulit Ditiru?
Berkshire memiliki tiga keunggulan struktural yang sangat sulit ditandingi para pesaingnya.
1. Float asuransi yang terus bertambah—kini lebih dari $170 miliar—memiliki biaya tahunan kurang dari 2%, yang berarti Buffett memperoleh leverage jangka panjang dengan biaya amat rendah.
2. Skala perusahaan memungkinkan Berkshire untuk berinvestasi dalam transaksi publik maupun privat bernilai miliaran dolar—kesempatan semacam ini tak tersedia bagi perusahaan-perusahaan yang lebih kecil.
3. Budaya perusahaan yang terdesentralisasi selama puluhan tahun memungkinkan anak usaha dikelola oleh wirausahawan mandiri, sementara alokasi modal tetap terpusat di kantor pusat, sehingga meminimalkan birokrasi.
Sebagian besar perusahaan lain bisa meniru kerangka bisnis asuransi, namun menggabungkan ketiga elemen ini sekaligus adalah tantangan besar. Apalagi, biaya float bisa meningkat tajam jika proses underwriting memburuk, seperti yang dialami Fairfax dan Greenlight Re di tahun-tahun penuh bencana.
"Float" adalah dana premi yang diterima oleh perusahaan asuransi hari ini namun belum dibayarkan selama bertahun-tahun, yang memungkinkan akses terhadap modal murah untuk diinvestasikan.
“Baby Berkshire”: Markel dan Fairfax di Posisi Terdepan
Markel Group (MKL) yang berbasis di Richmond mungkin adalah perusahaan yang paling mirip dengan Berkshire.
Dengan kapitalisasi pasar $25 miliar, portofolio beragam melalui Markel Ventures, dan acara tahunan “Markel Omaha Brunch,” perusahaan ini jelas memberikan penghormatan budaya kepada Buffett.
Markel berhasil mencatatkan pertumbuhan nilai buku sebesar 14% per tahun sejak 1995—hasil yang solid, meski masih di bawah rata-rata jangka panjang Berkshire sebesar 20%.
Hasil terbaru menunjukkan keuntungan underwriting dan pendapatan investasi yang meningkat, membuka peluang pertumbuhan lebih cepat.
Fairfax Financial (FFH) yang terdaftar di Toronto mengambil pendekatan yang lebih global dan oportunistik.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar $38 miliar dan tingkat pengembalian tahunan gabungan 5 tahun mendekati 90%, saham ini masih diperdagangkan di bawah 10 kali estimasi laba setahun ke depan, memberi ruang untuk ekspansi valuasi bila eksekusi tetap konsisten.
Namun demikian, Fairfax belum memiliki sumber pendapatan non-asuransi yang terdiversifikasi seperti milik Berkshire.
Perlu diketahui bahwa julukan “Baby Berkshire” juga kerap disematkan pada saham kelas-B Berkshire Hathaway (BRK.B) yang lebih terjangkau.
Tonton: BPS: Kinerja Ekspor Capai US$ 135,41 Miliar Hingga Juni 2025
Pemain Lain yang Mengutak-atik Strategi
1. Howard Hughes Holdings (HHH): Perusahaan pengembang properti ini tengah mencoba meniru Berkshire. Pershing Square milik Bill Ackman baru saja menyuntikkan dana sebesar $900 juta dan menunjuk Ackman sebagai ketua dewan, dengan rencana menambahkan divisi asuransi. Dengan kapitalisasi pasar $4 miliar, peluang pertumbuhan masih terbuka lebar. Namun, tingginya biaya pendanaan untuk proyek properti dan sifat industri yang siklus membuat replikasi float menjadi lebih sulit.
2. Loews (L) & White Mountains (WTM): Kedua perusahaan ini memiliki unit asuransi besar—CNA (Loews) dan sejumlah perusahaan asuransi khusus (White Mountains)—dan sahamnya diperdagangkan dengan diskon terhadap nilai aset bersih. Namun, baik Loews maupun White Mountains belum menunjukkan niat untuk menginvestasikan float secara agresif di luar industri inti mereka, sehingga potensi pertumbuhan jangka panjang masih terbatas.
3. Greenlight Capital Re (GLRE): Perusahaan re-asuransi milik David Einhorn ini akhirnya kembali mencetak keuntungan. Namun, dengan kapitalisasi pasar hanya sekitar $500 juta dan rekam jejak underwriting yang fluktuatif, peluangnya tetap sangat kecil. Meski begitu, neraca keuangan yang lebih ramping dan hasil investasi yang membaik memberikan daya tarik bagi investor nilai.
Kesuksesan Berkshire Hathaway dibangun selama enam dekade melalui underwriting yang unggul, alokasi modal yang sabar, dan budaya kepemilikan yang kuat.
Di antara para peniru, bahkan yang paling menjanjikan pun baru memiliki satu per sepuluh dari float Berkshire dan jauh lebih sedikit anak usaha yang produktif.
Bagi investor yang berharap menemukan “Berkshire berikutnya,” potensi imbal hasil tetap ada, namun menyamai skala dan pengaruh Buffett adalah sesuatu yang kemungkinan besar tidak akan terulang dalam satu generasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News