Sumber: MarketWatch | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Starbucks Corp sedang dalam proses menjual sebagian besar saham bisnisnya di Tiongkok kepada perusahaan ekuitas swasta Tiongkok.
Perusahaan mengatakan bahwa kesepakatan senilai US$ 4 miliar ini menegaskan komitmen mereka terhadap pertumbuhan jangka panjang di negara tersebut.
Melansir MarketWatch, Starbucks mengatakan mereka membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan Boyu Capital. Boyu akan memegang 60% kepemilikan atas operasi ritel perusahaan di Tiongkok.
Sementara itu, Starbucks akan mempertahankan 40% sisanya dan tetap memiliki serta melisensikan merek dan properti intelektual Starbucks dalam entitas baru tersebut.
"Kemitraan antara Starbucks dan Boyu menandai babak baru dalam perjalanan Starbucks selama lebih dari 26 tahun di Tiongkok, menggabungkan merek Starbucks yang diakui secara global, keahlian kopi, dan budaya yang berpusat pada mitra (karyawan) dengan pemahaman mendalam Boyu tentang konsumen Tiongkok," kata perusahaan itu.
Baca Juga: Rare Earth Malaysia Siap Booming, PM Anwar Gelontorkan Rp 2,2 Triliun Bangun Pabrik
Transaksi ini diharapkan selesai tahun depan, menunggu persetujuan regulator.
Saham Starbucks naik 1% dalam sesi perdagangan lanjutan pada hari Senin setelah berakhir datar di sesi reguler.
Berita penjualan yang mungkin ini sudah beredar sejak tahun lalu, seiring bisnis Starbucks di Tiongkok yang meredup.
Raksasa kedai kopi ini telah berada di Tiongkok selama hampir 30 tahun, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah dikalahkan oleh beberapa pesaing lokal, terutama Luckin Coffee.
Tonton: Di Malaysia, AS China Sepakat Redakan Perang Dagang
Luckin sendiri telah melakukan penawaran umum perdana (IPO) di AS pada 2019 dan baru-baru ini juga membuka toko di AS.
Kesimpulan:
Starbucks mengambil langkah strategis signifikan dengan menjual 60% saham bisnisnya di Tiongkok senilai US$ 4 miliar kepada firma ekuitas swasta lokal, Boyu Capital, sebagai upaya merombak operasi di pasar yang kian sulit. Keputusan ini diambil setelah bisnis Starbucks di Tiongkok mulai goyah dan dikalahkan oleh agresivitas pesaing lokal seperti Luckin Coffee.
Melalui joint venture ini, Starbucks mempertahankan 40% kepemilikan dan kontrol merek, sambil memanfaatkan pemahaman mendalam Boyu Capital tentang konsumen Tiongkok, menunjukkan bahwa mereka memilih kemitraan lokal yang kuat sebagai jalan untuk menjamin pertumbuhan jangka panjang, alih-alih mencoba bersaing sendiri di pasar yang didominasi pesaing yang lebih adaptif.
Selanjutnya: Rupiah Masih Potensi Melemah pada Selasa (4/11)
Menarik Dibaca: Ramalan 12 Zodiak Karier dan Keuangan Hari Ini Selasa 4 November 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


 
 
 
 










