Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/MOSKOW. Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpeluang bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin secepatnya pekan depan, menurut pejabat Gedung Putih, Rabu (6/8/2025).
Di tengah persiapan Washington memberlakukan sanksi sekunder termasuk kemungkinan terhadap China guna menekan Moskow agar menghentikan perang di Ukraina.
Baca Juga: Airbnb Perkirakan Pertumbuhan Lebih Lambat di Paruh Kedua 2025
Pertemuan tatap muka ini akan menjadi yang pertama antara presiden AS dan Rusia sejak Joe Biden bertemu Putin di Jenewa pada Juni 2021, delapan bulan sebelum Rusia melancarkan invasi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy terakhir kali bertemu pada Desember 2019 dan secara terbuka menunjukkan ketidaksukaan satu sama lain.
Rencana Pertemuan Tiga Pihak
The New York Times melaporkan bahwa Trump mengatakan kepada para pemimpin Eropa dalam sebuah panggilan pada Rabu bahwa ia berniat bertemu Putin dan kemudian menggelar pertemuan trilateral dengan kehadiran Zelenskiy.
“Ada peluang besar bahwa pertemuan itu akan segera terjadi,” kata Trump kepada wartawan.
Baca Juga: Bank Terbesar Singapura DBS Pertahankan Proyeksi 2025, Laba Bersih Kuartal II Naik 1%
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menegaskan bahwa Rusia telah menyampaikan keinginan untuk bertemu Trump, dan sang presiden terbuka untuk bertemu baik dengan Putin maupun Zelenskiy.
Pernyataan ini muncul setelah pertemuan antara Putin dan utusan khusus AS Steve Witkoff pada Rabu, yang oleh Trump digambarkan sebagai “kemajuan besar” dalam unggahan di Truth Social, meski ia kemudian mengatakan belum mencapai terobosan.
Seorang penasihat Kremlin menyebut pembicaraan tersebut “berguna dan konstruktif.”
Ancaman Sanksi dan Tarif
Manuver diplomatik ini dilakukan dua hari sebelum tenggat waktu yang ditetapkan Trump kepada Rusia untuk menyepakati perdamaian di Ukraina, atau menghadapi sanksi baru.
Baca Juga: Hubungan dengan AS Memanas, PM India Bakal Kunjungi China Setelah 7 Tahun
Trump semakin frustrasi terhadap Putin karena tidak adanya kemajuan berarti menuju perdamaian, dan ia telah mengancam akan memberlakukan tarif tinggi terhadap negara-negara yang membeli ekspor Rusia, termasuk minyak.
Pada Rabu, Trump juga menyebut kemungkinan mengumumkan tarif baru terhadap China, seperti tarif 25% yang baru saja diberlakukan terhadap India karena pembelian minyak Rusia.
“Kami sudah menerapkannya ke India. Mungkin akan diterapkan ke beberapa negara lain. Salah satunya bisa jadi China,” ucap Trump.
Meski pertemuan antara Witkoff dan Putin dinilai berjalan positif, pejabat Gedung Putih menegaskan sanksi sekunder terhadap negara yang masih berdagang dengan Rusia tetap dijadwalkan berlaku mulai Jumat.
Penasihat kebijakan luar negeri Kremlin, Yuri Ushakov, mengatakan kedua pihak telah bertukar “sinyal” soal Ukraina dan membahas kemungkinan pengembangan kerja sama strategis Moskow–Washington, meski belum memberikan rincian sebelum Witkoff melapor kembali ke Trump.
Baca Juga: Apple Investasi Baru US$100 Miliar di AS, Trump: Mereka Pulang Kampung
Zelenskiy: Rusia Lebih Terbuka Terhadap Gencatan Senjata
Zelenskiy menyatakan tekanan terhadap Rusia mulai membuahkan hasil. Ia menilai Moskow kini lebih “terbuka” terhadap opsi gencatan senjata.
“Tekanan terhadap mereka membuahkan hasil. Tapi yang utama adalah mereka tidak memanipulasi detail, baik kepada kita maupun AS,” kata Zelenskiy dalam pidato malamnya.
Trump mengklaim telah memberikan pembaruan kepada sejumlah sekutu Eropa usai pertemuan Witkoff–Putin.
Juru bicara pemerintah Jerman mengonfirmasi bahwa Trump memberikan informasi terkini dalam panggilan bersama Kanselir Jerman dan para pemimpin Eropa lainnya.
Baca Juga: General Motors dan Hyundai Jalin Kerja Sama Kembangkan 5 Kendaraan Baru
Tekanan ke India dan Mungkin China
Trump resmi memberlakukan tambahan tarif 25% terhadap impor dari India pada Rabu, dengan alasan India masih membeli minyak dari Rusia.
Beberapa barang India kini menghadapi tarif setinggi 50%, menjadikannya salah satu mitra dagang AS yang paling terdampak.
Kementerian Luar Negeri India menyebut langkah ini sebagai keputusan yang “sangat disayangkan.”
Sementara itu, Kremlin menyebut ancaman sanksi terhadap negara yang berdagang dengan Rusia sebagai langkah ilegal.
Ancaman Trump terhadap China menambah ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Pekan lalu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperingatkan pejabat China bahwa pembelian minyak Rusia yang dikenai sanksi akan dikenakan tarif tinggi, sesuai legislasi yang tengah digodok di Kongres.
AS dan China kini sedang berunding memperpanjang gencatan tarif 90 hari yang akan berakhir 12 Agustus, di mana tarif bilateral mereka bisa melonjak ke tiga digit jika tidak tercapai kesepakatan.
Baca Juga: Trump Ancam Kenakan Tarif Baru ke China Terkait Impor Minyak Rusia
Wacana Moratorium Serangan Udara
Media Bloomberg dan outlet independen Rusia The Bell melaporkan bahwa Kremlin sedang mempertimbangkan usulan moratorium serangan udara oleh Rusia dan Ukraina, gagasan yang pertama kali disebut Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dalam pertemuan dengan Putin pekan lalu.
Jika disepakati, langkah ini belum mencapai gencatan senjata penuh seperti yang diharapkan AS dan Ukraina. Namun hal ini bisa memberikan jeda bagi kedua pihak.
Sejak pembicaraan damai langsung dilanjutkan pada Mei, Rusia melancarkan serangan udara terberat sepanjang perang, menewaskan setidaknya 72 orang di Kyiv saja. Trump menyebut serangan tersebut sebagai “menjijikkan.”
Di sisi lain, Ukraina terus melancarkan serangan terhadap kilang dan depot minyak Rusia.
Tiga sumber Reuters yang dekat dengan Kremlin menyebut kecil kemungkinan Putin akan tunduk pada ultimatum sanksi dari Trump karena ia merasa masih unggul dalam perang.
Prioritas militernya tetap di atas keinginannya untuk memperbaiki hubungan dengan AS.
Sumber-sumber itu juga mengatakan Putin meragukan bahwa sanksi baru dari AS akan memberikan dampak berarti setelah serangkaian sanksi sebelumnya selama masa perang.
Selanjutnya: Promo Pizza Hut Gebyar Merdeka Agustus 2025, Paket Pizza + Pasta Cuma Rp 80.000
Menarik Dibaca: Promo Pizza Hut Gebyar Merdeka Agustus 2025, Paket Pizza + Pasta Cuma Rp 80.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News