Reporter: kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Temuan logam berwarna kuning menyala seperti emas di sungai Eufrat, Suriah viral belakangan ini. Warga setempat yang belakangan terhimpit krisis dan kekeringan pun berbondong-bodong mengeruk sungai Eufrat dan mengumpulkan bahan mineral tersebut. Benarkah ada emas di aliran sungai Eufrat?
Krisis kemanusiaan di Suriah terus memburuk seiring semakin parahnya dampak perubahan iklim, konflik geopolitik, dan hilangnya curah hujan dalam beberapa tahun terakhir. Di tengah kekeringan parah dan keputusasaan, mereka mendapat kabar bahwa ada kilau kuning di Sungai Eufrat.
Mereka pun berbondong-bondong memadati sungai tersebut, berharap menemukan secuil emas yang membuat mereka menyambung hidup. Akan tetapi, justru ironi yang mereka dapatkan.
Benda berkilau kuning itu bukanlah emas, sebagaimana dilansir JFeed, Selasa (5/8/2025).
Baca Juga: Pengumuman Seleksi PPPK Nakes Kejaksaan 2025 Hanya Di Biropeg.kejaksaan.go.id
Bermula dari kekeringan
Suriah menghadapi kekeringan terburuk dalam puluhan tahun terakhir. Kondisi ini menghantam sektor pertanian, mengancam ketahanan pangan, dan memaksa ratusan ribu warga pedesaan untuk meninggalkan rumah demi mencari kehidupan yang lebih baik.
Kerusakan paling nyata terlihat di wilayah timur laut, terutama di sepanjang Sungai Eufrat. Permukaan air sungai menurun drastis, bahkan mencapai titik terendah dalam sejarah. Penurunan ini disebabkan oleh tiga faktor utama yakni pembangunan bendungan di wilayah hulu Turkiye, memburuknya infrastruktur irigasi di Suriah, serta anjloknya curah hujan sejak 2021.
Dalam periode 2021–2023, intensitas hujan di Suriah tercatat sebagai yang terendah dalam 35 tahun terakhir.
Ketika Sungai Eufrat surut, warga Desa Al Bukhamid di dekat Raqqa tiba-tiba mendapat harapan. Kabar beredar bahwa ada batu-batu berkilau yang muncul di tepi sungai yang mengering tersebut.
Banyak pemuda setempat membawa sekop dan cangkul, berharap menemukan emas yang bisa mengubah hidup mereka. Namun, yang mereka temukan bukanlah logam mulia, melainkan pirit, mineral yang sering disebut sebagai "emas palsu" karena kilauannya menyerupai emas.
Pirit adalah senyawa berbasis sulfur yang dibutuhkan oleh industri, seperti untuk produksi asam sulfat dan penghantar listrik.
Namun, bagi warga desa yang tengah terdesak secara ekonomi, mau tak mau mereka mengumpulkan mineral ini. Bagi warga desa yang berharap pada keajaiban, batu-batu pirit di dasar Sungai Eufrat bukanlah pertanda keberuntungan.
Sebaliknya, ia menjadi simbol kerapuhan hidup di tengah bencana iklim dan kelumpuhan negara. Sungai yang dulu menjadi nadi kehidupan, kini hanya meninggalkan debu dan kesedihan.
Yang tersisa bukanlah kekayaan alam, melainkan kenyataan pahit bahwa dunia yang mengering membawa lebih banyak kerugian daripada harapan.
Tonton: Trump Resmi Gandakan Tarif ke India Jadi 50%, China Kemungkinan Menyusul
Bukan sekadar perubahan iklim
Kekeringan yang terjadi tidak bisa dilepaskan dari faktor politik dan tata kelola air lintas negara. Pembangunan proyek bendungan oleh Turki di bagian hulu Sungai Eufrat disebut telah menurunkan pasokan air ke Suriah hingga 60 persen.
Bersamaan dengan rusaknya jaringan irigasi dan curah hujan yang rendah, wilayah pertanian utama seperti Raqqa, Hasakah, dan Deir ez-Zor kini berada dalam kondisi kritis. Produksi gandum di ketiga provinsi tersebut dilaporkan turun lebih dari 70 persen.
Luas lahan pertanian yang terdampak mencapai lebih dari 1,2 juta hektar. Sedangkan lebih dari 350.000 orang telah mengungsi akibat dampak langsung dari kekeringan berkepanjangan.
Kondisi ini tidak hanya menggerus penghidupan petani, tetapi juga memicu krisis kemanusiaan berskala besar. Berdasarkan data lembaga internasional, 16 juta warga terancam terdampak krisis kemanusiaan pada 2025.
Selain itu, 90 persen populasi hidup di bawah garis kemiskinan. Di samping itu, 70 persen petani tak mampu membeli benih, pupuk, atau bahan bakar. Harga pangan bahkan melonjak hingga 140 persen dalam setahun terakhir Kondisi ini menandai bukan sekadar krisis air, melainkan runtuhnya sistem ketahanan hidup masyarakat di pedesaan Suriah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan Emas yang Muncul di Sungai Eufrat Saat Kering, tapi...", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/global/read/2025/08/07/160513870/bukan-emas-yang-muncul-di-sungai-eufrat-saat-kering-tapi?page=all#page2.
Baca Juga: Tak Ada Seleksi CPNS 2025, Pemerintah Hanya Buka Rekrutmen PPPK di 3 Instansi
Selanjutnya: Warga RI Alami Lipstick Effect saat Ekonomi Lesu, Ini Pengertian & Cara Mengatasinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News