Sumber: BBC | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Meta Platforms, Inc. pada hari Rabu (6/8) mengumumkan bahwa mereka telah menghapus lebih dari 6,8 juta akun WhatsApp yang digunakan para scammer atau penipu yang beraksi di dunia digital.
Meta mengatakan, jutaan akun penipu tersebut menargetkan orang-orang di seluruh dunia pada paruh pertama tahun 2025.
Menariknya, Meta menyebut bahwa banyak dari akun yang dihapus terkait dengan pusat penipuan yang dijalankan oleh penjahat terorganisasi di Asia Tenggara, yang sering menggunakan kerja paksa dalam operasi mereka.
Baca Juga: Presiden Prabowo Puji Keberhasilan PM Malaysia Mediasi Konflik di Thailand-Kamboja
"WhatsApp secara proaktif mendeteksi dan menghapus akun sebelum pusat penipuan dapat mengoperasikannya," kata Meta, seperti dikutip BBC.
Operasi bersih-bersih ini diumumkan Meta setelah WhatsApp meluncurkan tindakan anti-penipuan baru untuk memperingatkan pengguna tentang potensi aktivitas penipuan, termasuk modus di mana pengguna yang ditambahkan ke obrolan grup oleh seseorang yang tidak ada dalam daftar kontak mereka.
Para penipu digital ini diketahui bekerja semakin terbuka, di mana mereka membajak akun WhatsApp atau menambahkan pengguna ke obrolan grup yang mempromosikan skema investasi palsu dan penipuan lainnya.
Baca Juga: Kisah Kelam Pusat Kejahatan Siber Hingga Perdagangan Manusia di Kamboja
Jaringan Penipu di Asia Tenggara
Dilansir dari BBC, WhatsApp sempat menjalin kerja sama dengan OpenAI yang namanya melejit lewat chatbot ChatGPT untuk menggagalkan penipuan yang terkait dengan kelompok kriminal Kamboja.
Para penipu Kamboja tersebut menawarkan uang tunai untuk mendapatkan like pada unggahan media sosial guna mempromosikan skema piramida penyewaan skuter palsu.
Meta menjelaskan, penipu telah menggunakan ChatGPT untuk membuat instruksi yang diberikan kepada calon korban.
"Biasanya, penipu akan terlebih dahulu menghubungi calon target melalui pesan teks sebelum mengalihkan pembicaraan ke media sosial atau aplikasi pesan pribadi. Penipuan ini biasanya dilakukan pada platform pembayaran atau mata uang kripto," ungkap Meta.
Baca Juga: Warga Asing Korban Jaringan Judol dan Penipuan Terlantar di Perbatasan Thailand
Pusat penipuan yang menipu orang hingga miliaran dolar diketahui beroperasi dari negara-negara Asia Tenggara seperti Myanmar, Kamboja, dan Thailand.
Jaringan tersebut diketahui merekrut orang-orang, bahkan dari negara Asia Tenggara lainnya, untuk bekerja di bawah paksaan sebagai penipu online.
Dalam beberapa bulan terakhir, pihak berwenang di negara-negara Asia Tenggara telah mendesak masyarakat untuk waspada terhadap potensi penipuan dengan mensosialisasikan penggunaan verifikasi dua langkah WhatsApp untuk membantu melindungi akun.
Tonton: Ini Dampak Perang Thailand-Kamboja Bagi Indonesia, Gangguan Judol Berkurang?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News