| : WIB | INDIKATOR |

EMAS 1.890.000 -7.000 -0,37%
USD/IDR 16.295 21,00 0,13%
IDX 7.902 38,89 0,49%
KOMPAS100 1.112 4,95 0,45%
LQ45 819 3,80 0,47%
ISSI 268 1,55 0,58%
IDX30 424 1,70 0,40%
IDXHIDIV20 488 1,03 0,21%
IDX80 123 0,65 0,53%
IDXV30 129 0,28 0,22%
IDXQ30 137 0,42 0,31%

GLOBAL /

Adik Kim Jong Un Sebut Korea Selatan Bermuka Dua soal Latihan Militer dengan AS

Rabu, 20 Agustus 2025 / 10:29 WIB

ILUSTRASI. Kim Yo Jong, adik perempuan dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Kim Yo Jong, adik sekaligus penasihat berpengaruh Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menuduh Korea Selatan dan Presiden Lee Jae Myung memiliki “kepribadian ganda” karena berbicara tentang perdamaian sambil tetap melanjutkan latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat (AS).

Hal itu dilaporkan media pemerintah Korea Utara, KCNA, pada Rabu (20/8/2025).

Latihan gabungan yang digelar pekan ini mencakup uji respons terhadap ancaman nuklir Korea Utara yang semakin meningkat.

Pyongyang kerap mengecam latihan semacam itu sebagai persiapan invasi, meskipun Seoul dan Washington menegaskan aktivitas tersebut murni bersifat defensif.

Sejak menjabat pada Juni lalu, pemerintahan Lee berupaya memperbaiki hubungan dengan Pyongyang yang secara teknis masih berada dalam kondisi perang sejak konflik 1950–1953.

Pekan ini, Lee memerintahkan kabinetnya untuk mulai melaksanakan sebagian langkah bertahap dari perjanjian yang ada dengan Korea Utara. Seoul juga mulai mencabut pengeras suara yang selama ini menyiarkan propaganda anti-Korut di perbatasan.

Namun, Kim Yo Jong menepis upaya tersebut. “Lee Jae Myung bukanlah sosok yang mampu mengubah arus sejarah konfrontasi ini,” ujarnya.

Ia menuding pemerintah Korea Selatan terus berbicara soal perdamaian hanya untuk melemparkan kesalahan kepada Pyongyang bila hubungan antar-Korea tak kunjung membaik.

Pernyataan Kim Yo Jong menyusul komentar Kim Jong Un sehari sebelumnya, yang menyebut latihan militer AS-Korsel sebagai “ekspresi nyata niat provokasi perang” sekaligus alasan bagi Korea Utara untuk mempercepat pengembangan persenjataan nuklirnya.