Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Jaksa Agung Amerika Serikat, Pam Bondi, telah memerintahkan jaksa federal untuk membuka penyelidikan grand jury atas tuduhan bahwa sejumlah pejabat dalam pemerintahan mantan Presiden Barack Obama memalsukan intelijen terkait campur tangan Rusia dalam pemilu 2016, demikian disampaikan oleh seorang sumber yang mengetahui perkara ini pada Senin (4/8/2025).
Baca Juga: Surplus Perdagangan RI ke Amerika Serikat Capai US$ 9,92 Miliar pada Semester I-2025
Departemen Kehakiman (DOJ) sebelumnya, pada akhir bulan lalu, mengumumkan pembentukan tim khusus untuk menilai klaim yang dilontarkan oleh Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard mengenai dugaan "politisasi lembaga intelijen AS".
Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, langsung merespons pernyataan Gabbard yang mengancam akan menyeret pejabat pemerintahan Obama ke ranah hukum terkait penilaian intelijen soal intervensi Rusia.
Media Fox News pertama kali melaporkan bahwa Bondi secara pribadi memerintahkan seorang jaksa federal yang tidak disebutkan namanya untuk memulai proses hukum.
Baca Juga: Hujan Deras Lumpuhkan Hong Kong, Sekolah dan Rumah Sakit Tutup
Jaksa tersebut dilaporkan akan mempresentasikan bukti Departemen Kehakiman kepada dewan juri (grand jury), yang kemudian dapat mempertimbangkan dakwaan apabila kasus pidana dilanjutkan.
Laporan ini mengutip surat dari Bondi serta pernyataan sumber. Juru bicara DOJ menolak berkomentar.
Trump, melalui unggahan di platform Truth Social, menulis, “Kebenaran pada akhirnya akan menang. Ini kabar luar biasa.”
Bulan lalu, Trump menuduh Obama melakukan pengkhianatan, dengan klaim tanpa bukti bahwa mantan presiden dari Partai Demokrat tersebut memimpin upaya untuk mengaitkan Trump secara keliru dengan Rusia dan merusak kampanyenya di pemilu 2016. Trump saat itu menang melawan Hillary Clinton dari Partai Demokrat.
Juru bicara Obama menepis tuduhan Trump dan menyebutnya sebagai “klaim aneh yang menggelikan dan upaya pengalihan isu yang lemah.”
Baca Juga: Putin Kirim Peringatan ke Trump Pasca Ancaman Kapal Selam Nuklir: Berhati-hatilah
Gabbard, yang telah membuka dokumen-dokumen yang sebelumnya dirahasiakan, mengklaim bahwa informasi yang diungkap menunjukkan adanya “konspirasi pengkhianatan” pada 2016 oleh pejabat senior pemerintahan Obama untuk melemahkan Trump.
Klaim ini dibantah oleh Partai Demokrat sebagai tidak benar dan bermotif politik.
Penilaian dari komunitas intelijen AS yang diterbitkan pada Januari 2017 menyimpulkan bahwa Rusia, melalui disinformasi di media sosial, peretasan, dan penggunaan bot, berusaha merusak kampanye Clinton dan menguntungkan Trump dalam pemilu 2016.
Namun, laporan tersebut menilai dampaknya terhadap hasil pemilu kemungkinan terbatas dan tidak menemukan bukti bahwa upaya Moskow benar-benar mengubah hasil pemungutan suara.
Rusia sendiri membantah telah campur tangan dalam pemilu AS.
Selanjutnya: 10 Pembelian Termahal Manchester United Sepanjang Masa, di Mana Mereka Sekarang?
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Hari Ini (5/8) Waspada Hujan Lebat di Jakarta Sekitarnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News