Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat kini tercatat sebagai negara penerima pinjaman terbesar dari China. Hal ini diketahui berdasarkan sebuah studi terbaru yang memetakan aktivitas kredit Beijing dan menemukan bahwa China semakin banyak memberikan pinjaman ke negara berpendapatan tinggi dibanding negara berkembang.
Melansir Reuters, laporan itu dirilis Selasa oleh AidData — laboratorium riset di Universitas William & Mary, AS — yang mencatat bahwa total kredit dan hibah China mencapai US$ 2,2 triliun di 200 negara dari tahun 2000 hingga 2023.
Selama ini China dikenal sebagai pemberi pinjaman bagi negara berkembang melalui program Belt and Road Initiative. Namun tren terbaru menunjukkan perubahan strategi: Beijing kini lebih banyak menyalurkan pendanaan ke negara maju, terutama untuk infrastruktur strategis dan rantai pasok teknologi tinggi seperti semikonduktor, kecerdasan buatan, dan energi hijau.
Portofolio pinjaman China disebutkan dua hingga empat kali lebih besar dibanding perkiraan sebelumnya, dan Beijing masih menjadi kreditor resmi terbesar di dunia.
Menanggapi temuan ini, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa investasi dan pembiayaan luar negeri mereka mengikuti praktik internasional, prinsip pasar, serta prinsip keberlanjutan utang.
Baca Juga: 3 Pelajaran dari Surat Warren Buffett November 2025 kepada Pemegang Saham
Pinjaman China Menyebar di AS
Lebih dari tiga perempat aktivitas pembiayaan luar negeri China kini mengalir ke negara berpendapatan menengah atas dan negara berpendapatan tinggi.
"Sebagian besar pinjaman ke negara kaya difokuskan pada infrastruktur penting, mineral strategis, dan akuisisi aset teknologi tinggi seperti perusahaan semikonduktor," kata Brad Parks, penulis utama sekaligus Direktur Eksekutif AidData.
Studi tersebut menemukan bahwa Amerika Serikat berada di posisi teratas, menerima lebih dari US$ 200 miliar pembiayaan untuk hampir 2.500 proyek dan aktivitas.
Entitas milik negara China disebut aktif di berbagai sektor di AS — mulai dari pendanaan proyek LNG di Texas dan Louisiana, pembangunan pusat data di Virginia Utara, hingga terminal bandara JFK dan LAX. Beijing juga terlibat dalam pembiayaan proyek infrastruktur energi seperti Matterhorn Express Pipeline dan Dakota Access Pipeline.
Selain itu, China juga membiayai akuisisi perusahaan teknologi, serta memberikan fasilitas kredit kepada sejumlah perusahaan besar AS termasuk Amazon, AT&T, Verizon, Tesla, General Motors, Ford, Boeing, dan Disney.
Tonton: Presiden Prabowo Resmikan Rumah Sakit KEI di Solo, Proyek Modern Garapan Adhi Karya
Perubahan Sasaran Pembiayaan China
Proporsi pinjaman untuk negara berpendapatan rendah menurun drastis dari 88% pada tahun 2000 menjadi hanya 12% pada tahun 2023. Pendanaan untuk infrastruktur di negara berkembang melalui program Belt and Road juga terlihat menyusut.
Sebaliknya, pinjaman untuk negara berpendapatan menengah dan tinggi melonjak menjadi 76% pada tahun 2023 dari sebelumnya 24% pada tahun 2000. Inggris, misalnya, menerima US$ 60 miliar, sementara Uni Eropa memperoleh US$ 161 miliar.
Kesimpulan
Temuan terbaru menunjukkan perubahan besar strategi finansial China: dari pemberi pinjaman bagi negara berkembang menjadi kreditor utama bagi ekonomi maju — termasuk Amerika Serikat, yang kini menjadi penerima terbesar. Pergeseran ini mengindikasikan ambisi geopolitik dan teknologi Beijing, dengan fokus pada sektor strategis seperti energi, infrastruktur, rantai pasok mineral, dan teknologi tinggi. Perubahan arah pendanaan ini dapat memperkuat pengaruh China di pusat ekonomi global sekaligus melemahkan narasi lama bahwa Belt and Road semata menyasar negara-negara berkembang.
Selanjutnya: Diskon Tiket Pesawat-Kereta-Kapal Nataru Mulai Dijual, Cek Tanggal Merah Des 2025
Menarik Dibaca: Populer, 4 Film Studio A24 Ini Ternyata Garapan Sutradara Asia Semua
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













