Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Beijing melontarkan kecaman keras terhadap langkah Inggris yang menjatuhkan sanksi kepada 11 perusahaan China.
China memperingatkan bahwa aksi ini dapat merusak harapan Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, untuk membangun hubungan ekonomi yang lebih erat dengan Asia Timur Jauh.
Melansir The Telegraph, pemerintah Inggris pada 15 Oktober lalu merilis paket sanksi yang menargetkan sektor minyak Rusia. Sanksi ini juga menyeret sekelompok kilang minyak, operator pelabuhan, dan perusahaan teknologi militer China yang selama ini menopang perdagangan Rusia.
Kementerian Perdagangan Beijing mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Inggris harus "segera mengoreksi tindakan salahnya" atau berisiko "memberikan dampak negatif pada hubungan ekonomi dan perdagangan antara China dan Inggris."
Kementerian tersebut mengatakan telah melayangkan "keberatan diplomatik" kepada London dan bersumpah untuk "dengan tegas menjaga hak dan kepentingan sah perusahaan China."
Konflik ini muncul di saat Partai Buruh, yang dipimpin Sir Keir Starmer, sedang menghadapi dampak buruk dari runtuhnya penuntutan dua pria Inggris yang dituduh memata-matai China.
Baca Juga: 7 Sektor Raksasa Dunia yang Pertaruhan Nasibnya Ditentukan di Meja Trump–Xi
Insiden ini memicu klaim bahwa Sir Keir Starmer dan para menterinya menempatkan hubungan yang lebih baik dengan China di atas masalah keamanan nasional.
Titik panas lainnya adalah seputar izin perencanaan untuk kedutaan besar China super-besar yang baru di timur London. Beijing mengancam akan ada "konsekuensi" jika Pemerintah Inggris menahan persetujuan izin tersebut.
Pernyataan dari kementerian perdagangan China menyebut sanksi terkait Rusia yang dikeluarkan Inggris bertentangan dengan "momentum perkembangan positif hubungan ekonomi dan perdagangan China-Inggris."
Tonton: Di Malaysia, AS China Sepakat Redakan Perang Dagang
Target utama sanksi Inggris, yang kemudian didukung oleh tindakan serupa dari AS, adalah raksasa minyak Rusia Rosneft dan Lukoil, yang totalnya mengekspor 3,1 juta barel minyak per hari.
China membeli hampir setengah dari jumlah ini, sebagian besar melalui kilang independen kecil yang dikenal sebagai "teapots" (teko).
Pemerintah Inggris mengatakan empat terminal minyak China telah disanksi bersama satu terminal LNG. Beberapa perusahaan China juga disanksi karena peran mereka dalam mendukung atau memasok sektor pertahanan Rusia.
Kementerian perdagangan China dalam pernyataannya mengatakan bahwa "pertukaran dan kerja sama normal antara perusahaan China dan Rusia tidak boleh diganggu atau dipengaruhi."
Kementerian Luar Negeri Inggris, yang mengawasi rezim sanksi negara tersebut, dihubungi untuk dimintai komentar.
Ini bukan ancaman pertama Beijing terhadap Inggris dalam beberapa minggu terakhir.
Awal bulan ini, Lin Jian, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan Beijing merasa "sangat prihatin dan sangat tidak puas" atas penundaan persetujuan usulan kedutaan besar barunya di Tower Hamlets.
Lin mengatakan Pemerintah Inggris, yang belum membuat keputusan perencanaan akhir, harus "segera memenuhi kewajibannya dan menghormati komitmennya, jika tidak, pihak Inggris harus menanggung semua konsekuensinya."
Laporan media minggu ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Inggris telah mengalah pada lobi China dengan mencabut usulan persyaratan perencanaan yang mewajibkan "perimeter keamanan yang kuat" di sekitar lokasi.
Namun, Sir Keir mengatakan pada hari Senin bahwa ia tidak akan "diperintah-perintah" oleh China mengenai masalah kedutaan besar super-besar tersebut.
Perdana Menteri menegaskan keputusan akan diambil dengan "cara yang tepat", meskipun ada kekhawatiran bahwa Beijing dapat melakukan pembalasan jika usulan itu ditolak.
Selanjutnya: Investor Asing Rebalancing Portofolio di Akhir Tahun
Menarik Dibaca: Peringati Hari Stroke dengan Mengenal Tanaman Herbal Ini, Bantu Pemulihan Stroke
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













