Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Hamas pada Sabtu (2/8/2025) menegaskan tidak akan meletakkan senjata kecuali sebuah negara Palestina merdeka berhasil didirikan. Sebuah penolakan terbaru terhadap syarat utama dari Israel untuk mengakhiri perang di Gaza.
Negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel yang bertujuan mencapai gencatan senjata selama 60 hari serta kesepakatan pembebasan sandera berakhir tanpa kesepakatan pekan lalu.
Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi Visa terhadap Pejabat Otoritas Palestina dan Anggota PLO
Pada Selasa, Qatar dan Mesir yang menjadi mediator upaya gencatan senjata mendukung deklarasi bersama Prancis dan Arab Saudi yang mengusulkan langkah-langkah menuju solusi dua negara.
Dalam deklarasi tersebut, Hamas diminta untuk menyerahkan senjatanya kepada Otoritas Palestina yang didukung negara-negara Barat.
Namun dalam pernyataannya, Hamas yang telah menguasai Gaza sejak 2007 dan kini dihantam keras oleh serangan militer Israel menyatakan tidak dapat melepaskan "hak atas perlawanan bersenjata" kecuali terbentuk "negara Palestina merdeka dan berdaulat penuh dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya."
Israel menjadikan pelucutan senjata Hamas sebagai syarat utama dalam kesepakatan penghentian konflik. Namun Hamas berulang kali menyatakan tidak bersedia melucuti persenjataannya.
Baca Juga: Daftar 147 Negara yang Telah Mengakui Kemerdekaan Palestina, Termasuk Indonesia
Bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak kemungkinan pendirian negara Palestina merdeka, dengan alasan hal itu akan menjadi batu loncatan untuk menghancurkan Israel.
Ia juga menyatakan bahwa kendali keamanan atas wilayah Palestina harus tetap berada di tangan Israel.
Netanyahu juga mengkritik negara-negara seperti Inggris dan Kanada yang berencana mengakui negara Palestina sebagai respons atas kehancuran Gaza akibat ofensif dan blokade Israel, dan menyebut langkah tersebut sebagai "hadiah" atas tindakan Hamas.
Perang ini dimulai saat militan yang dipimpin Hamas menyerbu wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya ke Gaza.
Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan militer besar-besaran yang menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina, dan memicu krisis kemanusiaan besar-besaran.
Baca Juga: Trump Ancam Naikkan Tarif Dagang terhadap Kanada Imbas Sikap Pro-Palestina
Israel dan Hamas saling menyalahkan atas kegagalan putaran perundingan terakhir, dengan perbedaan mencolok masih terjadi, termasuk soal sejauh mana penarikan pasukan militer Israel dari wilayah Gaza.
Selanjutnya: Garuda Buka Rute Halim Perdanakusuma – Bali PP Mulai 1 Agustus 2025, Ini Jadwalnya
Menarik Dibaca: Garuda Buka Rute Halim Perdanakusuma – Bali PP Mulai 1 Agustus 2025, Ini Jadwalnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News