Sumber: Yahoo Finance | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Harga emas kembali tertekan pada Senin (28/10/2025), turun menembus level psikologis US$ 4.000 per troy ounce. Kondisi ini terjadi seiring meningkatnya optimisme bahwa Amerika Serikat dan China akan mencapai kesepakatan dagang dalam waktu dekat.
Kabar positif dari dua ekonomi terbesar dunia itu membuat investor meninggalkan aset-aset aman (safe haven) dan beralih ke instrumen berisiko.
Melansir Yahoo Finance, harga emas spot sempat turun hingga di bawah US$ 3.980 per troy ounce, sementara kontrak berjangka Desember anjlok lebih dari 3% dan sempat menembus di bawah US$ 4.000.
Pelemahan ini terjadi setelah pejabat dari Washington dan Beijing memberi sinyal adanya terobosan dalam kebuntuan dagang, menjelang pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping pekan ini.
Rally Terpanjang dalam 40 Tahun Terhenti
Sebelum koreksi tajam ini, harga emas berjangka sempat mencetak rekor dengan kenaikan tahunan terbesar dalam lebih dari empat dekade, dan mempertahankan tren positif selama sembilan minggu berturut-turut.
Namun, aksi jual pekan lalu menjadi penurunan harian terbesar dalam 10 tahun terakhir, yang sekaligus menghentikan reli panjang tersebut.
Baca Juga: Sambil Ngopi Sama Kaisar, Trump Kunci Investasi Jepang US$ 550 Miliar!
“Sejak tahun 1975, telah terjadi 16 pembalikan harga seperti ini. Sebagian menandai puncak harga emas, namun banyak juga yang justru muncul di tengah tren kenaikan jangka panjang,” tulis Bespoke Investment Group dalam laporannya.
“Meskipun emas kehilangan sedikit kilaunya minggu lalu, bisa jadi ia hanya butuh sedikit polesan,” tambahnya.
Prospek Masih Cerah, Emas Bisa Tembus US$ 6.000
Kendati sempat melemah, sejumlah analis di Wall Street masih optimistis terhadap prospek emas pada tahun depan.
“Kami masih melihat emas sebagai diversifikator portofolio yang efektif. Kenaikan hingga US$ 4.700 per ounce masih mungkin terjadi jika muncul ketidakpastian makro atau politik,” ujar Ulrike Hoffmann-Burchardi, CIO UBS Global Wealth Management.
Ia bahkan menyarankan investor “memanfaatkan koreksi harga untuk menambah kepemilikan emas,” selama porsinya masih di bawah alokasi ideal portofolio.
Tonton: Purbaya Terima Aduan Asosiasi Produsen Perhiasan, Minta Perubahan Pajak Emas
Dari sisi proyeksi jangka menengah, Bank of America memperkirakan harga emas bisa mencapai puncak US$ 6.000 per ounce pada pertengahan 2026.
Sedangkan Goldman Sachs memproyeksikan US$ 4.900 per ounce pada akhir 2025, naik dari estimasi sebelumnya di US$ 4.300.
Ringkasan singkat:
Setelah reli sembilan minggu beruntun, harga emas akhirnya goyah. Investor beralih dari aset aman menjelang kesepakatan dagang AS–China. Namun, analis Wall Street masih yakin logam mulia ini belum kehilangan kilaunya — bahkan diprediksi bisa menembus US$6.000 pada 2026.
Selanjutnya: Amazon Bakal Pangkas hingga 30.000 Pekerjaan Korporat, Jadi PHK Terbesar Sejak 2022
Menarik Dibaca: Pecinta Film Wajib Tahu! 8 Tontonan Spanyol Netflix Paling Seru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













