kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.282.000   -45.000   -1,93%
  • USD/IDR 16.631   -4,00   -0,02%
  • IDX 8.089   -28,35   -0,35%
  • KOMPAS100 1.125   -3,67   -0,33%
  • LQ45 823   -1,05   -0,13%
  • ISSI 283   -0,59   -0,21%
  • IDX30 434   0,19   0,04%
  • IDXHIDIV20 499   -1,90   -0,38%
  • IDX80 127   0,29   0,23%
  • IDXV30 137   0,72   0,52%
  • IDXQ30 139   0,02   0,01%
GLOBAL /

Harga Emas Bisa Sentuh US$ 4.275! Saatnya Investor Indonesia Siap-Siap?


Selasa, 28 Oktober 2025 / 08:27 WIB
Harga Emas Bisa Sentuh US$ 4.275! Saatnya Investor Indonesia Siap-Siap?
ILUSTRASI. Harga emas diperkirakan akan terus menanjak hingga tahun depan, dengan proyeksi rata-rata tahunan untuk pertama kalinya menembus US$ 4.000. Photo by Costfoto/NurPhoto

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Harga emas diperkirakan akan terus menanjak hingga tahun depan, dengan proyeksi rata-rata tahunan untuk pertama kalinya menembus US$ 4.000 per troy ounce, menurut jajak pendapat Reuters terhadap 39 analis dan pelaku pasar.

Survei itu memperkirakan harga emas rata-rata US$ 3.400 per ons untuk tahun 2025—naik dari proyeksi sebelumnya US$ 3.220 pada Juli. 

Sementara untuk tahun 2026, para analis kini memperkirakan harga rata-rata US$ 4.275, melonjak tajam dari proyeksi US$3.400 tiga bulan lalu.

Kenaikan luar biasa ini membuat emas menorehkan rekor demi rekor. Sepanjang tahun ini, harga logam mulia itu sudah melonjak 54% dan beberapa kali menembus level US$ 4.000 per ons, menandai performa tahunan terbaik sejak krisis minyak 1979. Hingga kini, rata-rata harga emas tercatat di US$ 3.281 per ons.

“Kinerja emas tahun 2025 bukan sekadar reli jangka pendek. Ini mencerminkan lahirnya realitas baru — pasar tak lagi bereaksi terhadap guncangan sesaat, melainkan terhadap hilangnya kepercayaan yang lebih dalam terhadap pembuat kebijakan, mata uang, dan sistem keuangan global,” ujar David Russell, analis di GoldCore.

Sebagai aset lindung nilai klasik di masa ketidakpastian, emas terus menguat di tengah ketegangan geopolitik, perang dagang, dan pergeseran dari dominasi dolar AS. 

Baca Juga: Harga Emas Anjlok di Bawah US$ 4.000, Ini Biang Keroknya

Pembelian emas oleh bank sentral dan arus masuk ke exchange-traded funds (ETF) turut memperkuat tren naik ini. Harapan akan pemangkasan suku bunga AS juga menjadi penopang bagi logam mulia yang tak menawarkan imbal hasil ini.

Meski demikian, analis memperkirakan laju kenaikan harga emas pada 2026 akan lebih moderat. Ketidakpastian global diperkirakan tetap menjaga minat terhadap emas, dengan bank sentral terus menambah cadangan dan investor menjadikan emas sebagai aset inti portofolio, bukan sekadar instrumen spekulatif.

“Permintaan perhiasan mungkin masih tertekan oleh harga tinggi, tetapi pembelian strategis oleh sektor resmi serta arus investasi dari ritel dan institusi akan menjadi pendorong utama,” kata Nitesh Shah, analis komoditas di WisdomTree.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Prediksi Serbuan Besar ke Bitcoin: FOMO Nyata, Jangan Terlambat!

Prospek Perak Juga Kian Bersinar

Para analis juga menaikkan proyeksi harga perak, yang kini diperkirakan akan berada pada tingkat rata-rata US$ 38,45 pada 2025 dan US$ 50 pada 2026—naik dari estimasi sebelumnya US$ 34,52 dan US$ 38 pada survei Juli.

Sepanjang tahun ini, perak telah melonjak 65%, mencapai rekor tertinggi US$ 54,47 per ons, didorong oleh defisit pasokan dan permintaan kuat dari sektor teknologi surya, kendaraan listrik, dan pusat data berbasis AI.

“Perak masih menghadapi defisit pasokan struktural yang akan berlanjut hingga 2026. Komoditas ini unik karena berperan ganda: sebagai aset lindung nilai seperti emas, sekaligus logam industri penting,” ujar Zain Vawda, analis di MarketPulse by OANDA.

Menurut para analis, permintaan investasi yang kuat akan terus menjadi faktor utama pendorong kenaikan harga perak, karena banyak investor melihatnya sebagai alternatif yang lebih murah dari emas.

Tonton: Purbaya Mau Ubah Skema PPN Emas Perhiasan, Begini Komentar Pengamat

Konteks Indonesia

  • Di Indonesia, laju inflasi tetap terkendali. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akan tetap berada dalam kisaran sasaran 1,5%- 3,5% hingga akhir tahun 2025 dan berlanjut pada 2026. 
  • Data BPS menunjukkan, inflasi tahunan Indonesia pada Juli 2025 tercatat 2,37 % (y-on-y). 
  • Suku bunga acuan (BI rate) terbaru berada di sekitar 4,75 % setelah kebijakan penurunan untuk mendukung pertumbuhan. 
  • Berdasarkan Pusat Data Kontan, harga emas domestik juga menunjukkan lonjakan: misalnya, harga jual per gram emas batangan bersertifikat di Indonesia (PT Aneka Logam Indonesia / merek Antam) per 27 Oktober 2025 berada di kisaran Rp 2.327.000/gram. 

Kondisi di atas menciptakan lingkungan domestik yang mendukung investor emas di Indonesia: dengan inflasi rendah, suku bunga moderat, dan kenaikan harga emas global, maka investor bisa mempertimbangkan emas lokal sebagai pilihan diversifikasi portofolio. Namun, juga penting dicatat bahwa risiko nilai tukar rupiah, premi lokal, dan biaya transaksi tetap harus diperhitungkan.

Implikasi & Tips Untuk Investor Indonesia

  • Karena harga emas global diproyeksi sangat tinggi, maka emas domestik bisa jadi lebih mahal dalam rupiah — evaluasi margin premi lokal sebelum membeli.
  • Pastikan memonitor nilai tukar USD/IDR karena kenaikan emas global diukur dalam USD, sedangkan investor di Indonesia harus mempertimbangkan dampak rupiah.
  • Pertimbangkan emas bukan hanya sebagai spekulasi, tetapi aset lindung nilai (hedge) terhadap inflasi, ketidakpastian global, dan pelemahan mata uang.
  • Jangan lupa: logam mulia tidak memberikan kupon atau bunga — keuntungan berasal dari kapital gain dan/atau fungsi lindung nilai.

Selanjutnya: IHSG Berpotensi Rebound Selasa (28/10), Ini Rekomendasi Saham Pilihan Binaartha

Menarik Dibaca: Merosot, Ini Harga Emas Galeri 24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini Selasa (28/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×