Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Kenaikan harga emas belakangan ini benar-benar mencuri perhatian. Logam mulia itu melonjak 2,4% beberapa Waktu lalu, bahkan ketika indeks S&P 500 justru anjlok 0,6%. Sejak Presiden AS Donald Trump kembali mengancam akan menaikkan tarif terhadap China akhir pekan lalu, pasar saham mengalami penurunan, sementara emas justru makin bersinar.
Melansir 247wallst.com, volatilitas kembali mewarnai pasar sepanjang Oktober, dan daftar risiko global tampaknya akan bertambah menjelang musim liburan. Kondisi ini memperkuat alasan untuk menempatkan emas sebagai aset inti dalam portofolio.
Tak tanggung-tanggung, dalam dua tahun terakhir harga emas telah melonjak lebih dari 122% dan terus mencetak rekor tertinggi baru.
Beberapa analis bahkan menyebut emas kini menjadi “Bitcoin yang baru”, bukan sebaliknya. Bank of America memperkirakan harga emas bisa menembus US$ 5.000 per ons tahun depan — membuat banyak investor tergoda ikut mengejar reli yang seolah tak ada habisnya.
Baca Juga: Emas Anjlok, Bitcoin Terbang — Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Namun, seperti biasa, tak ada reli yang abadi. Jika hubungan dagang AS–China membaik secara signifikan, harga emas bisa saja terkoreksi karena investor kembali berani masuk ke saham.
Ray Dalio: 15% untuk Emas Bukan Ide Gila
Miliarder sekaligus pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, punya pandangan tegas soal peran emas dalam portofolio investasi.
Menurutnya, menempatkan 15% dari total aset di emas bukanlah keputusan berlebihan — justru langkah cerdas di tengah ketidakpastian global.
“Emas punya korelasi rendah terhadap pasar saham, dan itulah alasan utama kenapa ia layak dimiliki. Ini bukan sekadar lindung nilai, tapi bagian penting dari diversifikasi,” kata Dalio.
Selain stabilitasnya, emas juga diuntungkan oleh aksi beli besar-besaran dari bank sentral dunia, di saat perdagangan aset kripto seperti Bitcoin mulai kehilangan momentum.
Tonton: Harga Emas Antam Terjun Bebas Hari Ini (22 Oktober 2025)
“Dengan bank sentral terus menimbun emas, bukan hal mustahil harga spot bisa melampaui US$ 5.000 per ons dalam waktu dekat,” ujar seorang analis pasar.
Kesimpulannya, di tengah kondisi pasar yang tidak pasti dan hubungan geopolitik yang tegang, emas tampaknya kembali mengambil peran klasiknya sebagai pelindung nilai. Dan seperti kata Ray Dalio, mungkin kini saatnya berhenti memandang emas hanya sebagai pelengkap 5% portofolio — melainkan fondasi 15% yang memberi ketenangan di saat badai pasar datang.
Selanjutnya: Hasil French Open 2025: Ada 4 Wakil Indonesia Lagi yang Melenggang ke Babak 16 Besar
Menarik Dibaca: Hasil French Open 2025: Ada 4 Wakil Indonesia Lagi yang Melenggang ke Babak 16 Besar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News