kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.098.000   -17.000   -0,80%
  • USD/IDR 16.571   109,00   0,66%
  • IDX 8.008   -16,75   -0,21%
  • KOMPAS100 1.116   -7,41   -0,66%
  • LQ45 809   -5,92   -0,73%
  • ISSI 276   0,10   0,04%
  • IDX30 421   -3,05   -0,72%
  • IDXHIDIV20 483   -7,14   -1,46%
  • IDX80 123   -0,71   -0,57%
  • IDXV30 132   -1,87   -1,40%
  • IDXQ30 134   -2,10   -1,54%
GLOBAL /

Negara Ini Bukan Lagi Surga Aman Untuk Orang Kaya China


Jumat, 19 September 2025 / 04:05 WIB
Negara Ini Bukan Lagi Surga Aman Untuk Orang Kaya China
ILUSTRASI. Negara Ini Bukan Lagi Surga Aman Untuk Orang Kaya China

Reporter: kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Miliarder China berbondong-bondong meninggalkan Singapura yang selama ini menjadi "Surga Aman" orang super kaya. Apa yang terjadi dengan Singapura?

Selama bertahun-tahun, Singapura dikenal sebagai safe haven bagi keluarga kaya asal China daratan. Stabilitas politik, penggunaan bahasa Mandarin yang luas, sistem hukum independen, hingga insentif pajak lewat family office membuat negeri singa jadi magnet miliarder.

Namun kini reputasi itu mulai pudar. Banyak orang superkaya dari China memilih hengkang, memindahkan aset mereka ke Hong Kong, Jepang, hingga Dubai.

Baca Juga: BYD Tetap Terlaris Agustus 2025, Cek Harga Mobil Listrik Atto Dolphin M6 Seal Terbaru

Gelombang migrasi orang kaya China ke Singapura meningkat tajam setelah 2019. Saat itu, protes besar-besaran di Hong Kong dan diberlakukannya undang-undang keamanan nasional membuat banyak keluarga kaya mencari tempat yang lebih stabil. Singapura pun jadi pilihan utama.

Tapi situasi berubah setelah skandal pencucian uang Rp 35 triliun (USD 2,3 miliar) atau kasus "Fujian" tahun 2023. Pemerintah Singapura langsung memperketat aturan, melakukan penyaringan ulang klien, hingga memperketat regulasi family office.

Tonton: Tutut Soeharto Gugat Menteri Keuangan Purbaya, Ini Kata Kemenkeu

Penyebab orang China tinggalkan Singapura

Menurut Ryan Lin, Direktur Bayfront Law di Singapura, jumlah aplikasi family office dari orang kaya China anjlok lebih dari 50% sejak 2022. Penyebabnya? Pemeriksaan kepatuhan yang makin detail dan regulasi yang dianggap terlalu invasif.

Sebagian klien bahkan mengeluhkan aturan yang mengharuskan mereka mendeklarasikan kondisi keluarga pribadi. Hal ini membuat banyak miliarder merasa privasinya terganggu.

Selain itu, aturan baru sektor kripto pada 2025 juga jadi pemicu eksodus. Otoritas Moneter Singapura (MAS) mewajibkan platform yang menawarkan produk kripto, stablecoin, hingga tokenisasi ekuitas untuk memiliki lisensi dengan syarat modal minimum SGD 250.000 dan standar anti-pencucian uang ketat. Alhasil, banyak pebisnis kripto hengkang ke negara lain.

MAS menegaskan aturan ketat bukan karena kasus Fujian semata, melainkan bagian dari standar kepatuhan global. Namun, menurut Iris Xu, pendiri Jenga, kasus pencucian uang ditambah kegagalan besar di dunia kripto (seperti Three Arrows Capital dan FTX) memicu "pembersihan agresif" di tahun 2024.

Negara tujuan

Banyak klien kaya asal China akhirnya tidak bisa membuka akun baru atau bahkan kehilangan akses ke dana mereka. Situasi ini mendorong mereka mencari alternatif ke Jepang, Hong Kong, dan Dubai.

Firma Henley & Partners memperkirakan arus masuk kekayaan ke Singapura pada 2025 hanya sekitar 1.600 miliarder, jauh turun dari proyeksi 3.500 pada 2024.

Hong Kong memanfaatkan momentum dengan memberikan insentif pajak baru dan aturan residency by investment yang lebih longgar. Proses KYC (know your customer) di Dubai bahkan lebih cepat, hanya 2–6 bulan dibanding Singapura yang bisa lebih dari setahun.

Menurut Carman Chan, pendiri Click Ventures, aturan ketat perekrutan tenaga kerja lokal di family office juga jadi hambatan di Singapura. Sementara di negara pesaing, proses lebih mudah dan fleksibel.

Selain regulasi, gaya hidup juga jadi pertimbangan. Christopher Aw, mitra Pandan Investments, menyebut bahwa kalangan muda kaya asal China lebih suka suasana Hong Kong yang lebih hidup dibanding Singapura yang dianggap lebih konservatif.

Dominic Volek dari Henley & Partners menyebut fenomena ini sebagai bentuk “rebalancing”. Para miliarder ingin membagi risiko, mencari privasi, dan fleksibilitas yang lebih besar di luar Singapura.

Meski banyak miliarder hengkang, para ahli menilai kondisi ini lebih sebagai “koreksi alami” setelah booming besar beberapa tahun terakhir.

Singapura tetap punya reputasi kuat sebagai pusat finansial Asia dengan sistem hukum terpercaya. Namun, kompetisi dari Hong Kong, Jepang, hingga Dubai jelas semakin ketat.

Baca Juga: Jelang Penjualan iPhone 17, Harga iPhone Seri Lawas Turun, Cek Daftarnya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orang-orang Superkaya China Tinggalkan Singapura, Ada Apa?", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2025/09/18/080200826/orang-orang-superkaya-china-tinggalkan-singapura-ada-apa-?page=all#page2.

Selanjutnya: Emiten Tambang hingga Kesehatan Gelar Buyback, Apa Kata Analis?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag

TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

×