Sumber: Associate Press | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa hubungan Washington dan Beijing saat ini berada di posisi “saling menghormati”, dan ia optimistis akan mencapai “kesepakatan luar biasa” dengan Presiden China Xi Jinping dalam waktu dekat.
Pernyataan itu muncul setelah Beijing membuatnya berang karena memperluas pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earth) — bahan penting untuk pembuatan ponsel, jet tempur, kendaraan listrik, hingga teknologi militer.
Melansir AP, Trump menyampaikan hal itu saat menjamu Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Gedung Putih. Kedua negara sepakat memperkuat kerja sama dalam pengolahan mineral kritis — langkah yang disebut Trump sebagai penyeimbang alami terhadap dominasi China.
“Saya yakin kami akan berakhir dengan kesepakatan fantastis dengan China,” kata Trump.
Dia menambahkan, “Kesepakatan dagang ini akan hebat untuk kedua negara, dan juga untuk seluruh dunia.”
Saat ditanya soal ancaman China, Trump menjawab santai:
“Mereka mengancam kami dengan logam tanah jarang, dan saya balas dengan tarif impor.”
Namun, Trump menegaskan hubungannya yang baik dengan Xi akan membantu tercapainya “kesepakatan yang adil”.
Baca Juga: Wall Street Rebound Jumat (17/10), Setelah Trump Tegaskan Pertemuan dengan Xi Jinping
Semua Mata Tertuju pada Pertemuan Trump–Xi
Pertemuan Trump dan Xi dijadwalkan berlangsung bulan ini di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi APEC, yang diikuti 21 ekonomi dunia.
Meski Beijing belum mengonfirmasi kehadiran Xi, jadwal biasanya baru diumumkan menjelang keberangkatan.
Banyak pihak menilai, kegagalan kedua pemimpin mencapai kesepakatan dapat mengguncang bukan hanya hubungan kedua negara, tapi juga stabilitas ekonomi global.
Trump Andalkan Tarif Impor untuk Tekan China
Trump menegaskan kembali ancamannya akan memberlakukan tarif impor 100% terhadap produk China sebagai respons atas pembatasan ekspor rare earth tersebut. Ia bahkan mengklaim ancaman itu sudah mulai berdampak.
“Sekarang mereka memperlakukan kita dengan sangat hormat,” kata Trump.
“Kalau tidak ada kesepakatan, saya akan kenakan tambahan 100% tarif pada 1 November. Tapi saya rasa kita akan mencapai kesepakatan,” lanjutnya.
Baca Juga: Trump Lunakkan Nada, Pastikan Akan Bertemu Xi Jinping di Korea Selatan
Sejak kembali ke Gedung Putih, Trump telah menaikkan tarif rata-rata atas produk China hingga 55–57%, dan mengatakan bahwa kebijakan itu telah membuat AS memperoleh “ratusan miliar dolar dari tarif impor.”
Namun Beijing tidak tinggal diam.
“Mengancam dengan tarif tinggi bukan cara yang tepat untuk berurusan dengan China,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menanggapi ancaman Trump.
Kepada Fox Business, Trump mengakui bahwa tarif 100% “tidak akan bisa bertahan lama”, namun tetap menyebutnya sebagai “alat negosiasi yang ampuh”.
Saat berbicara dengan Albanese, Trump menambahkan:
“Mereka tidak bisa dapatkan suku cadang pesawatnya tanpa kita. Kita yang membuat pesawat mereka.”
Meski begitu, Trump mengaku masih lebih suka berdamai:
“Saya ingin bersikap baik kepada China. Saya punya hubungan yang baik dengan Presiden Xi, dan saya menghargainya,” ujarnya.
Trump Tak Yakin China Akan Serang Taiwan
Trump juga menepis kekhawatiran bahwa China akan segera menyerang Taiwan. Menurutnya, militer Amerika jauh lebih unggul.
“Jelas tidak sebanding,” tegas Trump. “Kita punya peralatan terbaik, segalanya terbaik, dan tak ada yang berani macam-macam dengan itu.”
Baca Juga: Ketegangan Mereda, Trump-Xi Jinping Tetap Dijadwalkan Bertemu di Korea Selatan
AS terikat undang-undang untuk memberikan dukungan militer kepada Taiwan, yang sejak 1949 memisahkan diri dari China daratan. Sementara Beijing bersikeras bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan berjanji “menyatukan kembali tanah air” dengan kekuatan jika perlu.
Trump mengakui Taiwan adalah “buah mata” bagi Xi, namun menilai tidak akan terjadi apa pun dalam waktu dekat.
“Kita punya hubungan dagang yang baik,” ujarnya.
Ketika ditanya apakah ia akan menuruti tekanan Beijing untuk tidak mendukung kemerdekaan Taiwan demi mencapai kesepakatan dagang, Trump hanya menjawab singkat:
“Saya tidak akan bicara soal itu.”
Baca Juga: Gara-Gara Trump vs Xi Jinping, Harga Bitcoin Terjun Bebas ke US$ 108.000
Beijing Copot Negosiator Perdagangan Utama
Di saat yang sama, Beijing dikabarkan memecat Li Chenggang, pejabat yang selama ini menjadi negosiator utama perdagangan dengan AS. Ia sebelumnya memimpin empat putaran perundingan terakhir, dan kini digantikan oleh Li Yongjie, wakil perwakilan perdagangan internasional China.
Pemerintah tidak memberikan alasan atas pencopotan tersebut. Namun, keputusan ini muncul beberapa hari setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent melontarkan kritik tajam kepada Li Chenggang.
“Ia datang ke Washington tanpa undangan dan berkata, kutipan langsung, bahwa ‘China akan menciptakan kekacauan global jika biaya pelabuhan diberlakukan’,” kata Bessent.
“Bahasanya sangat provokatif dan tidak sopan.”
Menanggapi ketegangan itu, Wakil Perdana Menteri China He Lifeng menggelar pembicaraan virtual dengan Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer akhir pekan lalu.
Tonton: TikTok di AS Siap Dijual: Kesepakatan Baru Trump Sebelum Ketemu Xi Jinping
Menurut laporan Xinhua, kedua pihak mengadakan pertukaran pandangan yang terbuka, mendalam, dan konstruktif serta sepakat untuk menggelar putaran baru pembicaraan dagang sesegera mungkin.
Bessent mengatakan, ia dan mitranya dari China kemungkinan akan bertemu di Malaysia dalam waktu dekat untuk mempersiapkan pertemuan tingkat pemimpin.
Selanjutnya: Demi Memperluas Portofolio, Emiten Gencar Lakukan Akuisisi
Menarik Dibaca: Promo SushiYa Platter Hemat Via Online, 4 Pilihan Set Favorit Harga Spesial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News