kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.310.000   -177.000   -7,12%
  • USD/IDR 16.605   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.153   -85,53   -1,04%
  • KOMPAS100 1.129   -15,68   -1,37%
  • LQ45 806   -13,59   -1,66%
  • ISSI 288   -1,98   -0,68%
  • IDX30 422   -6,44   -1,50%
  • IDXHIDIV20 481   -5,50   -1,13%
  • IDX80 125   -1,86   -1,47%
  • IDXV30 134   -0,30   -0,22%
  • IDXQ30 134   -1,81   -1,33%
GLOBAL /

Perjalanan Misterius Trump Keliling Asia, Dunia Waspadai Pertemuan dengan Xi Jinping


Rabu, 22 Oktober 2025 / 10:32 WIB
Perjalanan Misterius Trump Keliling Asia, Dunia Waspadai Pertemuan dengan Xi Jinping
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump bersiap melakukan perjalanan keliling Asia pada akhir pekan ini — sebuah misi diplomatik yang berisiko tinggi karena menyangkut masa depan ekonomi global. REUTERS/Annabelle Gordon

Sumber: Associate Press | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Presiden AS Donald Trump bersiap melakukan perjalanan keliling Asia pada akhir pekan ini — sebuah misi diplomatik yang berisiko tinggi karena menyangkut masa depan ekonomi global. 

Banyak pihak menilai, hasil pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping bisa menentukan arah hubungan dagang dua raksasa ekonomi dunia itu. Satu langkah salah saja bisa mengguncang industri Amerika yang sudah tertekan oleh kebijakan tarif tinggi dan tarik-ulur politik di Washington.

Trump berharap, lawatan ini dapat menjadi terobosan setelah beberapa bulan penuh ketegangan: perang dagang dengan China yang belum usai, gagalnya gencatan senjata permanen di Timur Tengah, dan perang Rusia-Ukraina yang belum menunjukkan tanda mereda meski upaya diplomatik terus dilakukan.

Agenda yang Misterius dan Diplomasi Tak Terduga

Melansir AP, hingga kini, Gedung Putih belum merilis agenda resmi perjalanan Trump, memunculkan spekulasi besar di kalangan diplomat dan analis. 

Dalam keterangannya kepada media, Trump mengatakan ia berencana mengunjungi Malaysia, yang akan menjadi tuan rumah KTT ASEAN, lalu Jepang untuk membahas investasi, dan terakhir Korea Selatan, di mana ia dijadwalkan bertemu dengan Xi Jinping.

Namun, Beijing belum mengonfirmasi pertemuan tersebut, dan hubungan kedua pemimpin belakangan ini memanas akibat ancaman saling balas tarif dan pembatasan ekspor.

Baca Juga: Donald Trump: PM India Modi Sepakat Batasi Pembelian Minyak Rusia

“Saya punya hubungan yang sangat baik dengan Presiden Xi,” ujar Trump kepada wartawan di pesawat Air Force One. Ia menambahkan bahwa ia siap menurunkan tarif, tapi “China juga harus memberi sesuatu,” seperti membeli kedelai Amerika, mengurangi bahan baku fentanil, dan mencabut pembatasan ekspor logam tanah jarang yang penting bagi industri teknologi tinggi.

Sehari kemudian, Trump kembali menegaskan optimismenya.

“Saya yakin kita akan mencapai kesepakatan luar biasa dengan China — dan itu akan luar biasa untuk seluruh dunia,” katanya, penuh percaya diri.

Semua Masih Serba Tidak Pasti

Lawatan ini akan menjadi kunjungan pertama Trump ke Asia sejak ia kembali menjabat presiden. Namun, banyak pihak menilai perjalanannya kali ini lebih penuh misteri dibandingkan sebelumnya.

“Sejak awal, seluruh rencana perjalanan ini terasa tidak jelas,” ujar Bonnie Glaser, Direktur di German Marshall Fund, lembaga think tank yang berbasis di Washington. “Bahkan untuk standar Trump yang suka membuat kejutan, ini jauh lebih tak terduga.”

Sementara itu, Anna Kelly, juru bicara Gedung Putih, hanya memberi pernyataan singkat:

“Presiden akan mengikuti berbagai pertemuan dan acara penting di Asia yang akan menghasilkan banyak kesepakatan besar untuk Amerika Serikat. Tunggu saja!”

Kebijakan perdagangan Trump di Asia berfokus pada penggunaan tarif sebagai alat negosiasi, yang dianggapnya perlu untuk menyeimbangkan “praktik perdagangan yang tidak adil.” Namun, langkah ini juga membuat negara-negara mitra Amerika resah, termasuk sekutu seperti Jepang dan Korea Selatan.

Baca Juga: Trump Kehilangan Daya Tawar, Ekonomi China Justru Tumbuh Lebih Cepat dari Perkiraan

“Akan ada apresiasi karena Trump hadir, tapi itu tidak cukup untuk meredakan keraguan di kawasan,” kata Glaser lagi.

Beberapa pengamat khawatir pendekatan personal dan minim koordinasi dari Gedung Putih bisa membuat Amerika “berlayar di perairan yang tak terpetakan.”

“Tim kebijakan luar negeri Trump jauh lebih kecil dibandingkan masa jabatan pertamanya,” ujar Rush Doshi, mantan pejabat urusan China di pemerintahan Biden. “Kita benar-benar memasuki wilayah yang belum pernah kita jelajahi.”

Malaysia: Diplomasi ASEAN dan Perdamaian Regional

Trump dijadwalkan menghadiri KTT ASEAN di Malaysia, pertemuan yang sempat ia abaikan selama pandemi COVID-19. Kali ini, KTT itu menjadi panggung untuk menonjolkan citra Trump sebagai pembawa damai.

“Thailand dan Kamboja bersedia duduk bersama dan menghentikan ketegangan setelah Trump mengancam akan menangguhkan kerja sama dagang,” ujar Ja Ian Chong, pengamat politik dari Universitas Nasional Singapura. “Kedua negara memilih berdamai daripada menanggung kerugian ekonomi lebih jauh.”

Menurut Menteri Luar Negeri Malaysia, Trump juga menantikan penandatanganan kesepakatan gencatan senjata baru di pertemuan tersebut.

Jepang: Investasi Jumbo dan PM Baru

Destinasi berikutnya adalah Jepang, yang baru saja menandatangani paket investasi senilai 550 miliar dolar AS ke proyek-proyek di Amerika. Kunjungan Trump ini bertepatan dengan pelantikan Sanae Takaichi sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang.

Takaichi dikenal sebagai murid politik Shinzo Abe, mantan PM Jepang yang tewas dibunuh pada 2022 dan dikenal dekat dengan Trump.

“Takaichi punya potensi untuk memainkan peran seperti Abe dulu,” kata Michael Green, mantan pejabat di Dewan Keamanan Nasional AS.

Tonton: S&P Global: Tarif Trump Bikin Korporasi Dunia Tekor US$ 1,2 Triliun

Namun, Green juga menilai menjaga hubungan baik dengan Trump bukan hal mudah.

“Butuh interaksi dan rasa saling percaya yang belum dimiliki pemimpin Asia manapun dengan Trump,” ujarnya.

Korea Selatan: Pertemuan Puncak dan Taruhan Terakhir

Puncak lawatan Trump akan berlangsung di Korea Selatan, tuan rumah KTT APEC tahun ini. Di sinilah ia diperkirakan akan bertatap muka langsung dengan Xi Jinping.
Namun, ketegangan meningkat setelah China membatasi ekspor logam tanah jarang, dan Trump merespons dengan ancaman tarif balasan super tinggi yang bahkan ia akui “tidak berkelanjutan.”

“Ada tiga kemungkinan hasil dari pertemuan itu: kesepakatan, gagal total, atau bencana,” ujar Doshi. “Beijing merasa mereka sudah tahu kelemahan Trump — bahwa jika ditekan, ia akan mundur.”

Trump tetap menampilkan optimisme khasnya.

“China memperlakukan kami dengan sangat hormat,” katanya. “Saya bisa saja mengancam mereka dengan banyak hal, tapi saya ingin bersikap baik pada China.”

Selain isu China, negosiasi dagang dengan Korea Selatan juga masih alot. Trump menuntut dana investasi 350 miliar dolar AS, mirip kesepakatan dengan Jepang, tapi Seoul belum sepenuhnya setuju.

“Ada kemajuan, tapi jangan terlalu berharap terlalu tinggi,” ujar Wendy Cutler, mantan negosiator perdagangan AS. “Masih banyak perbedaan mendasar yang harus diselesaikan.”

Selanjutnya: Satu Tahun Pemerintahan Prabowo, Mentan Lapor Sektor Pertanian Sumbang PDB 13,83%

Menarik Dibaca: Promo McD Delivery Cuma 22 Oktober, Paket Makan Bertiga Lengkap Rp 60.000-an

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×