kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.310.000   -177.000   -7,12%
  • USD/IDR 16.605   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.153   -85,53   -1,04%
  • KOMPAS100 1.129   -15,68   -1,37%
  • LQ45 806   -13,59   -1,66%
  • ISSI 288   -1,98   -0,68%
  • IDX30 422   -6,44   -1,50%
  • IDXHIDIV20 481   -5,50   -1,13%
  • IDX80 125   -1,86   -1,47%
  • IDXV30 134   -0,30   -0,22%
  • IDXQ30 134   -1,81   -1,33%
GLOBAL /

Trump Kehilangan Daya Tawar, Ekonomi China Justru Tumbuh Lebih Cepat dari Perkiraan


Rabu, 22 Oktober 2025 / 08:03 WIB
Trump Kehilangan Daya Tawar, Ekonomi China Justru Tumbuh Lebih Cepat dari Perkiraan
ILUSTRASI. Kekuatan posisi China kian nyata setelah data ekonomi terbaru menunjukkan pertumbuhan yang melebihi perkiraan. REUTERS/Dado Ruvic

Sumber: Fortune,Fortune | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Presiden AS Donald Trump kembali menegaskan tuntutannya terhadap China di tengah memanasnya perang tarif antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. 

Namun, di saat Trump berusaha menekan Beijing lewat ancaman tarif, justru ekonomi China menunjukkan ketangguhan yang makin memperlemah posisi tawar Amerika Serikat.

Mengutip Fortune, bulan depan, masa jeda penerapan tarif timbal balik antara China dan AS akan berakhir. Washington mengancam akan menaikkan tarif hingga 100% untuk produk impor dari China. Trump menyampaikan syarat-syarat yang ia inginkan agar ancaman itu tak direalisasikan.

“Saya ingin membantu China, bukan menyakiti mereka. Tapi mereka harus memberi kami sesuatu. Saya ingin mereka membeli kedelai. Salah satu hal yang saya mau adalah China membeli kedelai dari kami,” kata Trump kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One.

Trump juga menuntut agar Beijing menghentikan peredaran fentanyl—obat sintetis yang memicu krisis narkotika di AS—dan berhenti “bermain-main dengan pasokan logam tanah jarang”.

“Saya punya hubungan baik dengan Presiden Xi. Kami punya perbedaan dalam beberapa hal. Mereka membayar banyak uang ke AS lewat tarif, jumlahnya luar biasa besar. Tapi mereka mungkin ingin itu dikurangi, dan kami bisa bicarakan. Tapi tentu mereka harus memberi sesuatu juga. Ini bukan jalan satu arah lagi,” ujarnya.

Baca Juga: China Kembali Mainkan Senjata Logam Langka, Dunia Ketar-Ketir

Meski kebijakan tarif Trump telah menghasilkan pemasukan sekitar US$ 350 miliar per tahun untuk kas pemerintah AS, para ekonom menilai beban sesungguhnya justru jatuh ke perusahaan dan konsumen Amerika. Sebagian besar bisnis memilih untuk meneruskan kenaikan biaya impor kepada pelanggan, bukan menanggungnya sendiri.

Sementara itu, pejabat China tetap kukuh. Juru bicara Kementerian Perdagangan China menegaskan pekan lalu,

“Sering mengancam dengan tarif tinggi bukanlah cara yang tepat untuk bernegosiasi dengan China. Sikap kami konsisten: kami tidak mencari perang tarif, tapi kami juga tidak takut menghadapinya.”

China juga masih menggenggam kartu truf penting: kendali atas pasokan logam tanah jarang, material vital bagi industri pertahanan dan teknologi AS.

Baca Juga: Trump Incar Saham Logam Langka, Sinyal Perang Ekonomi Babak Baru Dimulai!

Data Ekonomi China Justru Kian Kuat

Kekuatan posisi China kian nyata setelah data ekonomi terbaru menunjukkan pertumbuhan yang melebihi perkiraan. 

Biro Statistik Nasional China melaporkan produk domestik bruto (PDB) dalam sembilan bulan pertama tahun ini tumbuh 5,2% dibanding tahun lalu. Pertumbuhan kuartal ketiga mencapai 4,8%, sedikit melambat, tetapi masih di atas ekspektasi pasar.

Sektor primer tumbuh 3,8%, sektor sekunder (industri) naik 4,9%, dan sektor jasa melonjak 5,4%. Indeks saham CSI 300 pun naik 0,53% setelah rilis laporan tersebut.

“Ekonomi nasional menunjukkan ketahanan dan vitalitas yang kuat,” tulis laporan resmi Biro Statistik.

Sebaliknya, ekonomi AS justru mengalami kontraksi di kuartal pertama dan hanya tumbuh 3,8% di kuartal kedua. Jika dilihat dari sisi PDB per kapita, kesenjangan tetap besar: China mencatat sekitar US$ 13.000 per orang, sementara AS mencapai US$ 86.000.

Trump sebelumnya sempat menyebut China sedang menghadapi “kesulitan besar” akibat tarifnya. Namun data ekspor justru menunjukkan sebaliknya: Beijing berhasil mengalihkan ekspornya ke pasar lain, terutama ke Uni Eropa, Asia Tenggara, dan Amerika Latin.

Tonton: Perang Dagang AS-China Belum Tamat, Xi Jinping Pakai Tanah Jarang Buat Tekan Trump

Menurut Administrasi Umum Bea Cukai China, ekspor ke AS turun 27% pada September, mencatat penurunan dua digit selama enam bulan berturut-turut. Namun ekspor ke negara lain justru naik 14,8%, membuat total ekspor China pada September tumbuh 8,3% dibanding tahun lalu, dengan nilai US$ 328,6 miliar—tertinggi sepanjang tahun ini.

Rangkuman Singkat

Perang tarif yang dimulai oleh Donald Trump kini justru memperlihatkan efek sebaliknya: China semakin kuat, sementara daya tawar AS makin melemah. Dengan pertumbuhan ekonomi di atas ekspektasi dan diversifikasi pasar ekspor yang berhasil, Beijing tampaknya lebih siap menghadapi tekanan baru dari Washington. Sementara itu, strategi Trump yang berbasis ancaman tarif mulai kehilangan taring, terutama ketika data menunjukkan China bukan hanya bertahan—tetapi justru melaju.

Selanjutnya: IHSG Berpotensi Koreksi, Ini Rekomendasi Saham BNI Sekuritas (22/10)

Menarik Dibaca: IHSG Berpotensi Koreksi, Ini Rekomendasi Saham BNI Sekuritas (22/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×