Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Harga saham perusahaan logam tanah jarang (rare earth) melonjak pada Senin (20/10/2025), setelah Amerika Serikat dan Australia sepakat untuk menggelontorkan investasi miliaran dolar guna memperkuat rantai pasok mineral penting. Salah satu proyek yang disebut-sebut masuk dalam daftar pendanaan adalah milik Alcoa.
Mengutip Investor's Business Daily, di saat bersamaan, analis dari William Blair, Neal Dingmann, menyebut dua perusahaan — American Resources (AREC) dan USA Rare Earth (USAR) — sebagai kandidat kuat untuk menjadi investasi saham berikutnya yang dilirik Presiden AS Donald Trump.
Dingmann juga menyebut United States Antimony (UAMY) — satu-satunya produsen unsur penting untuk amunisi di AS — berpotensi mendapat suntikan dana besar dari pemerintah. Selain itu, NioCorp Developments (NB), yang menargetkan proyek logam langka beroperasi pada 2029, juga bisa jadi incaran investasi pemerintah, ujarnya.
Kesepakatan AS–Australia Soal Mineral Kritis
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mengatakan bahwa kedua negara akan menginvestasikan masing-masing US$ 1 miliar dalam enam bulan ke depan untuk proyek-proyek mineral penting.
“Investasi ini terkait dengan pipa proyek senilai US$ 8,5 miliar yang siap dijalankan,” kata Albanese dalam konferensi pers di Gedung Putih.
Alcoa menjadi satu-satunya perusahaan yang disebut secara spesifik terkait pendanaan ini. Pada Agustus lalu, Alcoa menyatakan tengah mengkaji rencana produksi gallium — logam penting untuk pembuatan chip semikonduktor — di kilang alumina mereka di Australia Barat.
Baca Juga: Turki Bangun Tambang Raksasa Logam Tanah Jarang, Siap Saingi China
Gedung Putih menambahkan, Export-Import Bank AS juga telah menerbitkan tujuh surat minat senilai total US$ 2,2 miliar untuk memperkuat keamanan rantai pasok logam langka.
Kesepakatan ini menandakan bahwa Trump mulai menerapkan strategi “friendshoring”, yaitu memindahkan rantai pasok dari negara rival (seperti China) ke negara sekutu seperti Australia.
Menurut Dingmann, kekuatan utama American Resources terletak pada anak perusahaannya, ReElement Technologies, yang memiliki proses unik untuk memisahkan dan memurnikan unsur logam langka dengan kemurnian hampir 100%.
Sebuah laporan Roth Capital pada 13 Oktober lalu bahkan menyebut ReElement sebagai “senjata rahasia AS” dalam upaya membangun rantai pasok non-China.
“Teknologi pemisahan berbasis kromatografi yang dikembangkan ReElement mampu menekan biaya modal hingga setengahnya, menghasilkan limbah jauh lebih sedikit, dan bisa beroperasi dalam hitungan bulan — bukan bertahun-tahun seperti metode konvensional,” tulis William Blair.
Baca Juga: Trump Teken Pakta Logam Tanah Jarang, Sinyal Awal Konfrontasi Baru dengan China
Pada 13 Oktober, American Resources juga mengumumkan telah menghimpun US$ 40 juta dari penawaran saham pribadi untuk mempercepat strategi pemulihan logam langka dari limbah batu bara. Perusahaan itu akan memasok konsentrat logam langka kepada ReElement, di mana mereka memiliki saham 19%.
Dingmann menambahkan, ReElement saat ini tengah menunggu pembiayaan potensial senilai US$ 150 juta dari Export-Import Bank, sudah mendapat hibah US$ 2 juta dari Departemen Pertahanan, dan menjadi finalis untuk pendanaan US$ 160 juta dari National Science Foundation.
“Kami bisa melihat pendanaan tambahan yang signifikan dari Departemen Pertahanan — bahkan mungkin kepemilikan saham pemerintah,” kata Dingmann.
USA Rare Earth dan Strategi “Dari Tambang ke Magnet”
Dingmann juga memperkirakan pemerintah AS akan segera mengumumkan investasi besar di USA Rare Earth, yang hampir menyelesaikan pembangunan pabrik magnet di Stillwater, Oklahoma.
Perusahaan ini sudah meneken kerja sama dengan 13 pelanggan, dan menjalin kesepakatan untuk memproduksi magnet neodymium bagi motor drone canggih dari ePropelled.
Saham USA Rare Earth mulai melesat pada awal Oktober, setelah mengonfirmasi adanya pembicaraan dengan Gedung Putih. Sebelumnya, perusahaan ini juga mengakuisisi Less Common Metals (LCM) dari Inggris, produsen logam dari oksida tanah jarang yang baru saja menerima hibah dari Departemen Pertahanan AS untuk memperluas produksi samarium — bahan penting bagi industri pertahanan.
Tonton: Tiongkok Batasi Ekspor Tanah Jarang, Trump Meradang dan Langsung Getok Tarif 100%!
“Kesepakatan ini mempercepat strategi USA Rare Earth untuk membangun rantai pasok lengkap dari tambang hingga magnet. Selain menekan biaya, merger ini juga memindahkan proses pembuatan samarium kobalt ke wilayah AS,” ujar Dingmann.
Selanjutnya: 20 Twibbon Hari Santri Nasional 2025 Terbaru Bisa Pakai Gratis Untuk Foto Profil
Menarik Dibaca: 20 Twibbon Hari Santri Nasional 2025 Terbaru Bisa Pakai Gratis Untuk Foto Profil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News