Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah mengerahkan dua kapal selam nuklir untuk ditempatkan di wilayah yang dianggap strategis, sebagai tanggapan atas pernyataan provokatif dari mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev.
Langkah ini menandai peningkatan ketegangan antara Washington dan Moskow di tengah konflik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Ketegangan Memuncak di Tengah Ancaman Nuklir dan Perang Kata-Kata
Melalui platform Truth Social, Trump mengumumkan bahwa keputusan ini diambil sebagai bentuk kewaspadaan terhadap potensi ancaman yang ditimbulkan dari komentar terbaru Medvedev, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.
Mengutip Unilad, Trump menulis: “Berdasarkan pernyataan sangat provokatif dari mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, saya telah memerintahkan dua kapal selam nuklir untuk ditempatkan di wilayah yang sesuai, jika pernyataan bodoh dan memprovokasi itu lebih dari sekadar kata-kata. Kata-kata sangat penting, dan seringkali dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Saya harap ini bukan salah satu dari kasus tersebut.”
Baca Juga: Trump Ancam Tarik Pajak Tambahan bagi Negara Pembeli Minyak Rusia
Medvedev Tanggapi Ultimatum Trump: "Ini Bukan Israel atau Iran"
Pernyataan Trump muncul setelah serangkaian pertukaran komentar panas dengan Medvedev dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya, Trump mengeluarkan ultimatum bahwa Rusia memiliki waktu hingga 8 Agustus untuk menyetujui gencatan senjata dengan Ukraina, atau akan menghadapi sanksi ekonomi besar-besaran dalam bentuk tarif dagang.
Menanggapi ultimatum tersebut, Medvedev menulis di X (dulu Twitter):“Trump bermain-main dengan ultimatum terhadap Rusia: 50 hari atau 10.”
“Ingat dua hal:
1. Rusia bukan Israel atau bahkan Iran.
2 Setiap ultimatum baru adalah ancaman dan langkah menuju perang—bukan antara Rusia dan Ukraina, tapi dengan negaranya sendiri. Jangan ikuti jejak ‘Sleepy Joe’!”
Trump Balas Serangan: "Medvedev Harus Hati-Hati"
Tidak tinggal diam, Trump membalas serangan verbal tersebut dengan menyebut Medvedev sebagai “mantan presiden gagal” dan memperingatkannya untuk berhati-hati dengan kata-katanya.
Baca Juga: Delarasi Trump: Rusia Ancaman Luar Biasa bagi AS
“Rusia dan AS hampir tidak memiliki hubungan dagang. Mari kita biarkan tetap seperti itu. Dan katakan pada Medvedev, mantan presiden gagal Rusia yang berpikir dirinya masih menjabat, untuk hati-hati dalam berbicara. Dia telah memasuki wilayah yang sangat berbahaya.”
Eskalasi Berbahaya di Tengah Perang Ukraina
Langkah Trump mengerahkan kapal selam nuklir menunjukkan peningkatan tajam dalam retorika militer Amerika Serikat terhadap Rusia. Meskipun tidak secara langsung menyatakan niat konfrontasi, penempatan senjata strategis seperti kapal selam nuklir biasanya dianggap sebagai sinyal serius dalam diplomasi militer.
Saat ini belum ada tanda-tanda bahwa Rusia akan merespons ultimatum AS dengan mengalah. Sebaliknya, Moskow tampaknya menantang keras sikap agresif Trump, yang dapat memperburuk dinamika keamanan global, terutama jika disertai dengan retorika bernuansa perang dari kedua belah pihak.
Selanjutnya: Peluang Kerja Remote FAO PBB Terbaru, Lamar Hingga September 2025
Menarik Dibaca: Cari Kue Ulang Tahun Berdasarkan Zodiak Anda? Ini 12 Rekomendasinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News