Sumber: Investing | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Berkshire Hathaway saat ini memiliki rekor "bubuk kering" (dana siap pakai).
Berkshire Hathaway merilis laporan pendapatan kuartal ketiga pada hari Sabtu, 1 November 2025. Salah satu angka yang paling menarik perhatian adalah tumpukan uang tunai yang sangat besar dan terus bertambah yang dimiliki perusahaan tersebut.
Mengutip Investing.com, hingga 30 September, Berkshire Hathaway tercatat memiliki rekor US$ 382 miliar atau sekitar Rp 6.112 triliun (kurs Rp 16.600) dalam bentuk tunai yang belum diinvestasikan. Angka tersebut naik dari posisi US$ 344 miliar pada kuartal kedua.
Jumlah ini bahkan sekitar US$ 100 miliar lebih banyak dari total aset dalam portofolio sahamnya yang bernilai US$ 283 miliar.
Berkshire dan CEO-nya, Warren Buffett, kini sudah menjadi penjual bersih saham selama 12 kuartal berturut-turut, sejak kuartal ketiga tahun 2022. Ini artinya, mereka telah menjual dan mencairkan lebih banyak saham daripada yang mereka beli. Inilah yang menjadi salah satu kontributor tumpukan uang tunai mereka mencapai rekor.
Pada kuartal ketiga, "uang tunai" atau dry powder ini, seperti yang sering disebut, terdiri dari sekitar US$ 72 miliar dalam bentuk tunai dan setara kas (naik dari US$ 44 miliar pada akhir 2024); US$ 305 miliar dalam investasi jangka pendek di U.S. Treasury bills (naik dari US$ 286 miliar); dan US$ 5 miliar di U.S. Treasury, perusahaan dan agensi pemerintah AS.
Baca Juga: Perang Teknologi Babak Baru: Trump Larang China Dapat Chip AI Tercanggih Nvidia
Beberapa media memasukkan yang terakhir sebagai kas, sementara yang lain tidak, yang berarti total kasnya bisa sekitar US$ 377 miliar.
Mengapa Buffett Menyimpan Aset dalam Bentuk Tunai?
Data menunjukkan bagaimana portofolio kas ini melonjak drastis, terutama dalam dua tahun terakhir. Secara lebih luas, ini mengungkapkan bagaimana Buffett dan timnya, investor nilai terkenal, memandang kondisi pasar selama lima tahun terakhir.
Pada tahun 2020, Berkshire hanya memiliki US$ 142 miliar uang tunai, karena Buffett kemungkinan besar sedang memanfaatkan kejatuhan pasar akibat COVID untuk membeli saham dengan harga murah (buy low). Pada tahun 2022, ketika pasar kembali jatuh, Buffett menjadi pembeli utama, dan simpanan kas mereka turun ke kisaran US$ 105 miliar hingga US$ 109 miliar.
Namun, ketika pasar melonjak kembali pada tahun 2023 dan 2024, di mana S&P 500 meroket sekitar 25% setiap tahunnya, Buffett mulai berhati-hati terhadap valuasi saham yang semakin mahal.
Jumlah kas mereka mencerminkan kehati-hatian tersebut, hampir berlipat ganda menjadi US$ 330 miliar pada tahun 2024.
Tonton: Rahasia Warren Buffett Hadapi Inflasi: Bukan Emas, tapi Investasi Ini
Sikap menahan diri ini terus berlanjut di tahun 2025 yang sangat volatil, seiring valuasi pasar terus meningkat. Baik Nasdaq maupun S&P 500 saat ini melayang di sekitar level tertinggi 25 tahun dalam hal rasio P/E (Price-to-Earnings)—mendekati atau setara dengan level yang dicapai pada tahun 2000 dan 2021, yang keduanya diikuti oleh kejatuhan pasar (crash).
Meskipun Apple tetap menjadi kepemilikan terbesar Berkshire, Buffett telah memotong kepemilikannya secara signifikan. Pada tahun 2023, Berkshire berinvestasi hampir US$ 175 miliar di Apple, dengan saham tersebut menyumbang hampir setengah dari portofolio mereka.
Pada kuartal kedua 2025, kepemilikan Berkshire di Apple turun menjadi sekitar US$ 57 miliar, atau kira-kira 22% dari total portofolio. Apakah ini berubah di kuartal ketiga, kita akan mengetahuinya ketika Berkshire merilis dokumen 13F yang merinci pergerakan portofolio Q3 dalam beberapa minggu mendatang.
Sederhananya, penimbunan kas ini memberi tahu kita bahwa investor nilai legendaris tersebut tidak melihat banyak nilai bagus saat ini di pasar yang dianggap terlalu mahal (overvalued).
Hal ini juga bisa mengindikasikan bahwa Buffett dan timnya khawatir akan adanya koreksi pasar, sehingga mereka memarkir uang di tempat yang aman, yaitu kas.
Selain itu, hal ini mungkin juga berarti bahwa, dengan Greg Abel yang akan mengambil alih sebagai CEO pada tahun 2026, Buffett sengaja menimbun kas agar Abel dan timnya memiliki modal besar untuk membuat langkah mereka sendiri.
Kesimpulan:
Warren Buffett melalui Berkshire Hathaway kini memegang rekor kas sebesar US$ 382 miliar—lebih besar dari total portofolio sahamnya—sebagai hasil dari aksi jual bersih saham selama 12 kuartal berturut-turut. Penimbunan "bubuk kering" yang masif ini adalah indikasi kuat bahwa sang investor nilai legendaris tidak menemukan banyak peluang investasi menarik di pasar saham saat ini yang dinilainya terlalu mahal (overvalued), dengan valuasi P/E mendekati puncak tahun 2000 dan 2021 yang berakhir crash.
Tindakan ini menunjukkan kehati-hatian ekstrem dan kekhawatiran akan koreksi pasar, sekaligus berpotensi menjadi strategi Buffett untuk menyiapkan modal besar bagi CEO berikutnya, Greg Abel, untuk beraksi di masa depan.
Selanjutnya: Perkuat Bisnis Energi, Humpuss Maritim (HUMI) Tambah Armada Baru
Menarik Dibaca: IHSG Berpotensi Turun Lagi, Ini Proyeksi dari Sinarmas Sekuritas (5/11)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













