Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Para elite Partai Komunis China menegaskan komitmen mereka pada Kamis (24/10/2025) untuk membangun sistem industri modern dan mempercepat langkah menuju kemandirian teknologi. Langkah ini dianggap penting untuk memperkuat posisi Beijing di tengah persaingan yang semakin tajam dengan Amerika Serikat.
Reuters melaporkan, seperti yang sudah diperkirakan, Komite Sentral Partai juga menjanjikan upaya lebih besar untuk memperluas permintaan domestik dan meningkatkan kesejahteraan rakyat—tujuan lama yang selama beberapa tahun terakhir terpinggirkan karena fokus pemerintah pada manufaktur dan investasi. Namun, janji itu disampaikan tanpa rincian konkret.
Selain membahas arah kebijakan ekonomi dan politik untuk lima tahun ke depan, para pemimpin Partai juga mengganti 11 anggota dalam pertemuan tertutup selama empat hari itu—perombakan terbesar sejak 2017, di tengah pembersihan besar-besaran terkait dugaan korupsi di tubuh militer.
Ketergantungan ekonomi China pada ekspor di tengah meningkatnya ketegangan dagang dengan Washington mendorong Beijing untuk mencari keseimbangan kebijakan yang lebih baik. Namun, para analis memperkirakan proses itu akan berjalan lambat.
Dalam komunike yang disiarkan kantor berita Xinhua usai pertemuan—dikenal sebagai “pleno”—pemerintah memaparkan prioritas pembangunan untuk rencana lima tahun berikutnya. Namun, detail lengkap dan target pertumbuhan ekonomi tahunan baru akan diumumkan dalam pertemuan parlemen pada Maret mendatang.
Baca Juga: Bayangan Perang di Taiwan: Beijing Siap Bergerak, Dunia Tahan Napas
Beijing bertekad membangun sistem industri modern dengan manufaktur canggih sebagai tulang punggungnya dan mempercepat kemandirian ilmiah dan teknologi tingkat tinggi, yang bahkan disebut lebih utama dibanding pengembangan pasar domestik yang kuat.
“Pola pikirnya masih berpusat pada sisi suplai,” ujar Tianchen Xu, ekonom senior di Economist Intelligence Unit, merujuk pada strategi klasik Beijing yang lebih suka menyalurkan sumber daya ke sektor investasi dan manufaktur ketimbang ke rumah tangga.
Pertumbuhan ekonomi China melambat ke level terlemah dalam setahun pada kuartal ketiga, sementara investasi mencatat penurunan pertama di luar masa pandemi. Lemahnya permintaan dalam negeri membuat China bergantung pada ekspor yang justru melonjak di tengah tarif impor AS—menimbulkan kekhawatiran soal kemampuan pemerintah mengatasi ketimpangan struktural yang makin dalam.
Komunike tersebut juga menyebut bahwa Beijing akan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat dan sistem jaminan sosial, tetapi tidak menjelaskan bagaimana cara mencapainya atau sumber dananya.
Baca Juga: Panas Dingin Lagi! China dan AS Bertemu di Malaysia Bahas Perang Dagang Jilid Baru
Ketidakpastian soal waktu, pendanaan, dan skala kebijakan jangka menengah hingga panjang ini membuat ekonom dan investor cemas akan kemampuan pemerintah menyeimbangkan perekonomian, di mana konsumsi rumah tangga masih sekitar 20 poin persentase di bawah rata-rata global terhadap PDB.
“Salah satu sorotan adalah komitmen mereka untuk ‘berinvestasi pada manusia’,” kata Xu, seraya memprediksi adanya langkah untuk melindungi hak warga dan memperbaiki sistem asuransi sosial.
“Pembuat kebijakan mungkin akan menambah tunjangan kesehatan dan pensiun bagi lansia di pedesaan, tapi untuk sekarang mereka belum punya rencana yang jelas,” lanjutnya.
Kebijakan industri agresif China memang berhasil menciptakan rantai pasok yang sangat maju di banyak sektor manufaktur. Namun, hal itu juga menimbulkan masalah kelebihan kapasitas, mendorong tekanan deflasi karena perusahaan terpaksa memangkas biaya dan tenaga kerja agar bisa bertahan.
Meski begitu, dominasi global di berbagai sektor telah memberi Beijing kepercayaan diri dalam perang dagang melawan AS, yang presidennya, Donald Trump, tengah mengancam menaikkan tarif hingga tiga digit.
Tonton: Lawan Dominasi China, AS-Australia Investasi US$2 Miliar di Sektor Mineral Kritis
Kebijakan itu pula yang membuat China nyaris memonopoli produksi logam tanah jarang—komponen penting bagi industri pertahanan dan semikonduktor dunia—memberinya posisi tawar kuat dalam perundingan dagang yang diperkirakan berlangsung bulan ini antara Trump dan Presiden Xi Jinping.
Saat ini China juga menjadi pemain utama dalam industri otomotif, panel surya, dan turbin angin. Beijing pun menargetkan penguasaan di bidang kecerdasan buatan (AI), robotika, bioteknologi, dan berbagai industri baru yang disebut sebagai “kekuatan produktif baru” dalam dokumen kebijakan mereka.
Selanjutnya: Harga Emas Galeri 24 dan UBS di Pegadaian Jumat (24/10/2025) Kompak Turun
Menarik Dibaca: Harga Emas Galeri 24 dan UBS di Pegadaian Jumat (24/10/2025) Kompak Turun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













