Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - China, melalui perusahaan milik negara COFCO, dilaporkan membeli tiga kargo kedelai dari Amerika Serikat.
Langkah ini menjadi pembelian pertama China dari panen kedelai AS tahun ini, dan waktunya bertepatan dengan rencana pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Menurut Reuters, pembelian ini terjadi di tengah tensi perang dagang yang telah merugikan petani AS hingga miliaran dolar akibat kehilangan pasar ekspor utama mereka—padahal mayoritas petani tersebut merupakan basis dukungan kuat Trump.
Pembelian Simbolis atau Sinyal Perdamaian?
Kesepakatan COFCO mencakup sekitar 180.000 metrik ton kedelai untuk pengiriman Desember–Januari.
Namun, para pedagang menilai pembelian ini lebih bersifat simbolis ketimbang tanda kebangkitan permintaan besar.
“COFCO membeli kedelai AS bahkan sebelum kedua pemimpin mencapai kesepakatan dagang. Volume yang dipesan tidak terlalu besar, hanya tiga kargo sejauh ini,” ujar seorang trader pemasok kedelai untuk pasar China.
Harga kedelai berjangka di Chicago Board of Trade (CBOT) sempat naik ke level tertinggi dalam 15 bulan terakhir karena optimisme pasar. Namun, menjelang penutupan perdagangan Rabu, harga kembali turun lantaran volume pembelian dianggap minim dan investor menunggu hasil nyata dari pertemuan Trump-Xi.
Baca Juga: Trump Siap Temui Kim Jong Un Lagi, Dunia Bertanya: Diplomasi atau Drama?
Dampak Perang Dagang bagi Petani AS
Ketiadaan permintaan dari China musim ini menjadi pukulan berat bagi petani AS.
Meski baru menyelesaikan panen besar, mereka kesulitan menjual hasilnya karena pasar ekspor utama menghilang.
Biaya pupuk, benih, tenaga kerja, dan peralatan terus meningkat, sementara harga jual melemah.
Bahkan, Gubernur Illinois J.B. Pritzker mengeluarkan perintah eksekutif yang menyatakan adanya krisis perdagangan pertanian, dengan potensi kerugian mencapai US$ 100–200 per acre.
Biasanya, musim puncak ekspor kedelai AS berlangsung antara Oktober hingga Januari. Namun, akibat ketegangan dagang, China justru menghindari panen musim gugur AS dan beralih ke pemasok Amerika Selatan.
Baca Juga: Jelang Pertemuan Trump–Xi, Ketegangan AS–China Dibayangi Kepentingan Ekonomi & Taiwan
China Masih Andalkan Kedelai Brasil
China—yang menyerap lebih dari 60% impor kedelai dunia—telah menyelesaikan sebagian besar pembelian dari Brasil dan Argentina hingga November.
Diperkirakan, kebutuhan tambahan untuk Desember–Januari hanya kecil, terutama menjelang panen Brasil berikutnya.
Pedagang memperkirakan China masih membutuhkan sekitar 5 juta ton untuk pengiriman akhir tahun, namun harga dan kualitas kedelai Brasil dianggap lebih kompetitif karena kandungan proteinnya lebih tinggi.
Strategi Cadangan Nasional China
Meski volume pembelian komersial terbatas, analis memperkirakan China tetap akan membeli sekitar 8 juta ton kedelai AS untuk cadangan strategis nasional, melalui perusahaan negara seperti Sinograin.
Nilai transaksi tersebut diperkirakan mencapai US$ 4 miliar.
Langkah ini dinilai bukan hanya strategi ekonomi, tetapi juga sinyal politik menjelang pertemuan Trump-Xi, untuk menunjukkan kesiapan Beijing menurunkan eskalasi dagang—tanpa kehilangan posisi tawar di meja negosiasi.
Tonton: Di Malaysia, AS China Sepakat Redakan Perang Dagang
Kesimpulan
Pembelian kedelai oleh China dari AS menjelang pertemuan Trump-Xi menjadi simbol penting dalam dinamika perdagangan global.
Meski volumenya kecil, aksi ini dapat menjadi isyarat diplomatik bahwa kedua negara tengah mencari jalan keluar dari ketegangan tarif yang telah menekan sektor pertanian dan ekonomi global selama bertahun-tahun.
Sumber Data:
- Reuters
- Chicago Board of Trade (CBOT)
- Departemen Pertanian AS (USDA)
Selanjutnya: Kerugian GOTO Menyusut, Target EBITDA Direvisi Naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













