Sumber: Daily Beast | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Perang tarif Donald Trump dengan Tiongkok justru berbalik merugikan Amerika, dengan Beijing bergerak cepat untuk menjalin kesepakatan dagang dengan negara-negara lain di dunia.
Analisis dari New York Times menemukan bahwa Tiongkok sedang menutupi penurunan ekspornya ke AS dengan "kecepatan yang luar biasa", yaitu dengan meningkatkan ekspor secara dramatis ke puluhan negara lain.
Melansir The Daily Beast, antara kuartal ketiga 2024 dan 2025—periode ketika Trump dan Beijing saling mengenakan tarif—perdagangan Tiongkok dengan AS turun sekitar US$ 38 miliar.
Namun, dalam periode yang sama, ekspor Tiongkok ke Hong Kong naik US$ 12 miliar, ke Vietnam US$ 11 miliar, ke Thailand US$ 5 miliar, dan ke Uni Eropa US$ 15 miliar, di antara banyak negara lainnya.
The Times mencatat bahwa perubahan ini bukan semata-mata reaksi terhadap tarif Trump. Tiongkok memang telah mencari hubungan dagang di luar AS selama bertahun-tahun, demi mengejar dominasi ekonomi global yang lebih besar.
Beijing juga memperluas ekspor kendaraan listrik (EV), baterai, peralatan baja, dan panel surya ke seluruh Afrika, Amerika Selatan, dan Asia dengan sangat cepat.
Baca Juga: Chip Nexperia: Drama China vs Belanda yang Bikin Industri Mobil Eropa Lumpuh Total
Tiongkok, yang memproduksi lebih dari 90% rare earth (logam tanah jarang) olahan dunia yang digunakan di segala hal, mulai dari ponsel pintar hingga peralatan militer, khususnya meningkatkan perdagangan di Afrika secara pesat.
Dua tahun lalu, Tiongkok hanya menjual sekitar 100 mobil listrik ke Nigeria, tetapi tahun ini mereka sudah menjual ribuan, lapor The Times. Negara Asia Timur itu juga telah menjual panel surya ke Aljazair hampir empat kali lipat dari total penjualan sepanjang tahun lalu.
"Mereka seharusnya tidak terkejut bahwa Tiongkok mampu menemukan pasar di luar negara-negara maju," kata Mary Lovely, senior fellow di Peterson Institute for International Economics.
Trump sempat bepergian ke Korea Selatan bulan lalu untuk pembicaraan tingkat tinggi dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang bertujuan meredakan ketegangan dagang yang meningkat. Meskipun Trump menilai pembicaraan itu mencapai angka "12 pada skala nol hingga 10," ia kembali ke AS hanya dengan konsesi yang lebih menguntungkan Tiongkok.
Tonton: Di Malaysia, AS China Sepakat Redakan Perang Dagang
Sebagai imbalan atas penurunan tarif Trump dari 57% menjadi sekitar 47%, Beijing setuju untuk melanjutkan pembelian kedelai, melonggarkan akses ke bahan rare earth untuk sementara selama satu tahun, dan membuat komitmen yang tidak dijelaskan detailnya untuk mengatasi aliran fentanil.
Kesimpulan:
Kebijakan perang tarif yang dilancarkan oleh Donald Trump terhadap Tiongkok ternyata berbalik menjadi bumerang bagi AS, karena Tiongkok secara spektakuler berhasil mengalihkan dan meningkatkan ekspornya ke negara-negara lain, terutama di Asia, Uni Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan. Meskipun ekspor Tiongkok ke AS turun US$ 38 miliar, kerugian ini dengan cepat diimbangi oleh peningkatan perdagangan yang lebih besar di tempat lain, sekaligus memajukan tujuan jangka panjang Beijing untuk mencapai dominasi ekonomi global melalui produk teknologi baru seperti EV dan panel surya.
Selanjutnya: Bisnis Kawasan Industri Butuh Investasi Baru
Menarik Dibaca: Baterai Xiaomi Anda Cepat Habis? Jangan Khawatir, Ini Solusi yang Bisa Dilakukan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













