kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.260.000   -26.000   -1,14%
  • USD/IDR 16.744   22,00   0,13%
  • IDX 8.193   -48,90   -0,59%
  • KOMPAS100 1.142   -7,92   -0,69%
  • LQ45 837   -4,93   -0,59%
  • ISSI 284   -1,74   -0,61%
  • IDX30 439   -1,79   -0,41%
  • IDXHIDIV20 509   -1,49   -0,29%
  • IDX80 128   -0,84   -0,65%
  • IDXV30 135   -1,17   -0,86%
  • IDXQ30 140   -0,13   -0,09%
GLOBAL /

Tarif Trump Tak Menggigit: Ekspor China Justru Pecah Rekor Dunia


Rabu, 05 November 2025 / 07:25 WIB
Tarif Trump Tak Menggigit: Ekspor China Justru Pecah Rekor Dunia
ILUSTRASI. China bergerak cepat menutup kekosongan pasar AS dengan meningkatkan penjualan ke berbagai belahan dunia. REUTERS/Damir Sagolj

Sumber: The New York Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Saat Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap produk-produk asal Tiongkok, para importir Amerika memang mengurangi pembelian dari Negeri Panda. Namun, hal itu ternyata tak banyak mengubah posisi China sebagai raksasa ekspor dunia — karena permintaan dari negara lain justru melonjak tajam.

Melansir The New York Times, China bergerak cepat menutup kekosongan pasar AS dengan meningkatkan penjualan ke berbagai belahan dunia. Tahun ini, ekspor China kembali mencetak rekor baru, menegaskan bahwa dominasi manufakturnya tidak mudah digoyahkan. 

Langkah ini bukan kebetulan. Selama bertahun-tahun, Beijing sudah mengantisipasi tekanan dari AS dengan memperluas pasar ekspor dan berinvestasi besar-besaran di sektor produksi agar bisa menjual barang dengan harga murah.

“Tidak mengherankan bila China mampu menemukan pasar di luar ekonomi maju,” ujar Mary Lovely dari Peterson Institute for International Economics.

Minggu lalu, Trump memang menurunkan sebagian tarif impor terhadap China, meski levelnya masih menjadi yang tertinggi dalam beberapa dekade. Ia tetap bersikeras bahwa tarif tersebut akan menghidupkan kembali industri manufaktur Amerika dan menciptakan lapangan kerja baru — klaim yang diperdebatkan banyak ekonom karena dampaknya terhadap rantai pasok global masih kabur.

Baca Juga: Trump Pakai Lagi Jurus Lama Hadapi China Soal Fentanyl, Akankah Berhasil?

Sementara ekspor China ke AS anjlok di hampir semua kategori — mulai dari barang plastik hingga furnitur dan perangkat elektronik — penjualan ke negara-negara lain justru melejit. Negara berkembang seperti Argentina dan Nigeria memborong teknologi murah dari China, meski menanggung defisit dagang yang melebar. 

Di Eropa dan Vietnam, kekhawatiran meningkat karena produk China yang murah berisiko menekan industri lokal.

Beberapa sektor bahkan menunjukkan perubahan ekstrem: ekspor mobil, baterai, kapal, hingga panel surya ke Afrika dan Amerika Selatan naik puluhan persen. Misalnya, Nigeria yang dua tahun lalu hanya membeli sekitar 100 mobil listrik dari China, kini telah memesan ribuan unit.

China memang sengaja menjual dengan margin tipis demi memperluas pengaruhnya di negara berkembang, terutama ketika Trump memotong bantuan ekonomi ke Afrika. Menurut Ilaria Mazzocco dari CSIS, “Bagi negara-negara ini, teknologi murah dari China benar-benar mengubah permainan.”

Namun tidak semua berhasil dikompensasi. Ekspor mainan — dari konsol gim hingga kostum — anjlok sekitar US$ 3,5 miliar karena penurunan tajam permintaan dari Amerika.

Baca Juga: Tiongkok Vs Belanda Panas: Sengketa Nexperia Ancam Krisis Cip Global Lebih Dalam

Di sisi lain, para konsumen AS kini banyak beralih ke produk-produk dari Asia Tenggara. Ekspor Thailand ke AS naik 33%, Taiwan 51%, dan Singapura 13% hanya dalam satu bulan September.

Meski Trump baru saja memangkas tarif total terhadap China dari 55% menjadi sekitar 45%, persaingan ekonomi ini jauh dari selesai. Ia masih berencana mengenakan tarif tambahan untuk sektor-sektor yang didominasi China, seperti obat-obatan dan drone, serta berupaya mengurangi ketergantungan AS pada mineral penting dari China. 

Dengan masa jabatan yang baru berjalan, perang dagang versi baru ini tampaknya akan terus berlanjut.

Tonton: Bertemu di Korea, Trump dan Xi Jinping Sepakat Akhiri Perang Dagang

Kesimpulan:

Kebijakan tarif tinggi Trump tidak berhasil melemahkan kekuatan ekspor China. Justru sebaliknya, China berhasil memperluas pangsa pasar globalnya dengan cepat, terutama di negara berkembang. Meskipun AS mengurangi pembelian, dominasi manufaktur China tetap kokoh, menandakan bahwa upaya Trump untuk membatasi pengaruh ekonomi China masih jauh dari kata berhasil.

Selanjutnya: Menguji Kesiapan Daerah Menyokong Proyek Sampah

Menarik Dibaca: Hari Terakhir Promo CFC Hoki Awal Bulan, Beli 1 Gratis 1 Paket Astaga Hemat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×