Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden AS Donald Trump memulai masa jabatan keduanya dengan menegaskan bahwa pembicaraan dengan China untuk menghentikan aliran fentanyl—obat sintetis mematikan—tidak membuahkan hasil.
Sebagai gantinya, ia menerapkan tarif 20% pada barang-barang asal China untuk menekan Beijing agar menindak jaringan perdagangan narkotika tersebut.
Namun, setelah bertemu Presiden Xi Jinping di Korea Selatan pekan lalu, Trump sepakat memangkas setengah dari tarif itu sebagai imbalan atas “kesepakatan baru” soal fentanyl. Kesepakatan ini akan dibahas lebih lanjut lewat pembentukan kelompok kerja bilateral baru, menurut Menteri Keuangan AS, Scott Bessent.
Mengutip Reuters, langkah ini menghidupkan kembali saluran komunikasi yang disukai China, tetapi sering dikritik oleh politisi Republik. Mereka menilai Beijing kerap menggunakan kelompok kerja semacam ini sebagai taktik diplomasi untuk menunda negosiasi tanpa hasil nyata.
Bagi sebagian pengamat, kesediaan Trump untuk membuka kelompok kerja ini menandai perubahan sikap — karena sebelumnya pemerintahannya bersikeras bahwa sanksi baru akan dicabut hanya jika China benar-benar menindak rantai pasokan fentanyl.
Baca Juga: Tiongkok Vs Belanda Panas: Sengketa Nexperia Ancam Krisis Cip Global Lebih Dalam
Henrietta Levin, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional AS di era Biden, menilai langkah ini menunjukkan kompromi besar di pihak Trump. Ia juga mengingatkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, China telah beberapa kali menjanjikan kerja sama pemberantasan narkotika, namun hasilnya minim.
“Kita jadi bertanya-tanya, berapa kali mereka bisa menjual janji yang setengah hati ini pada kita,” ujarnya.
Pejabat Trump mengklaim kelompok kerja kali ini akan berorientasi pada hasil, bukan sekadar forum diskusi.
Sementara itu, China membela diri dengan menyatakan telah mengambil banyak langkah untuk mengatur bahan kimia pembuat fentanyl dan menuduh Washington menjadikan isu ini sebagai alat tekanan politik.
Pemerintah China tidak banyak membeberkan detail kesepakatan baru tersebut. Dalam pernyataan resmi seusai pertemuan Trump–Xi, tidak disebutkan kata “fentanyl”.
Baca Juga: Jokes Bapak-Bapak ala Xi Jinping ke Presiden Korea Selatan
Hanya disebutkan bahwa kedua pihak telah “mencapai konsensus” dalam kerja sama pemberantasan narkotika. Kedutaan Besar China di Washington menambahkan, AS perlu menunjukkan tindakan konkret agar kerja sama bisa berjalan.
Sebelumnya, kelompok kerja serupa di masa pemerintahan Biden bubar setelah Trump memberlakukan tarif baru terhadap China di awal tahun ini. Ketika itu, banyak politisi Republik, termasuk JD Vance—yang kini menjadi wakil presiden Trump—mengecam Biden karena mencabut sanksi untuk memancing China masuk dalam pembicaraan fentanyl.
Gedung Putih belum menanggapi permintaan komentar mengenai kelompok kerja baru ini, tetapi dalam pernyataan resmi disebutkan bahwa China akan menghentikan pengiriman sejumlah bahan kimia tertentu ke Amerika Utara dan memperketat ekspor bahan kimia lain ke seluruh dunia.
Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, mengatakan AS masih mempertahankan tarif 10% terhadap China terkait isu fentanyl. Ia menegaskan bahwa tarif ini tetap menjadi alat tekan agar Beijing memenuhi janjinya. Namun, para analis memperingatkan bahwa jika ketegangan dagang kembali meningkat, hal itu bisa mengancam kesepakatan dagang sementara yang baru saja dicapai serta rencana kunjungan Trump ke China pada April mendatang.
Michael Froman, Presiden Council on Foreign Relations sekaligus mantan perwakilan dagang AS, mengatakan tarif Trump masih bisa menjadi alat tekanan efektif—selama China kali ini benar-benar menepati perjanjian. “Kalau tidak, tarif itu kemungkinan besar akan dinaikkan lagi,” ujarnya.
Tonton: Bertemu di Korea, Trump dan Xi Jinping Sepakat Akhiri Perang Dagang
Kesimpulan:
Kesepakatan baru antara Trump dan Xi soal fentanyl memperlihatkan upaya Washington untuk menghidupkan kembali dialog antinarkotika dengan China, meski disertai kompromi besar di pihak AS. Walau ada janji kerja sama lewat kelompok kerja baru, skeptisisme tetap tinggi karena pengalaman sebelumnya menunjukkan janji Beijing kerap tak berujung pada tindakan nyata. Tarik-menarik antara diplomasi dan tekanan ekonomi ini juga berpotensi menguji stabilitas hubungan dagang AS–China di tahun-tahun awal pemerintahan Trump jilid dua.
Selanjutnya: Hari Terakhir Promo CFC Hoki Awal Bulan, Beli 1 Gratis 1 Paket Astaga Hemat
Menarik Dibaca: Hari Terakhir Promo CFC Hoki Awal Bulan, Beli 1 Gratis 1 Paket Astaga Hemat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













