kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.321.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.665   55,00   0,33%
  • IDX 8.239   86,15   1,06%
  • KOMPAS100 1.143   14,11   1,25%
  • LQ45 820   14,05   1,74%
  • ISSI 291   3,56   1,24%
  • IDX30 430   7,70   1,82%
  • IDXHIDIV20 489   7,60   1,58%
  • IDX80 127   2,08   1,66%
  • IDXV30 137   2,28   1,70%
  • IDXQ30 137   2,45   1,82%
GLOBAL /

Ini Balasan untuk Kontrol Ekspor Rare Earth China yang Disiapkan Amerika


Kamis, 23 Oktober 2025 / 08:07 WIB
Ini Balasan untuk Kontrol Ekspor Rare Earth China yang Disiapkan Amerika
ILUSTRASI. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan langkah baru untuk membatasi ekspor berbagai produk yang menggunakan perangkat lunak asal Amerika Serikat ke China. REUTERS/Kevin Lamarque

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan langkah baru untuk membatasi ekspor berbagai produk yang menggunakan perangkat lunak asal Amerika Serikat ke China — mulai dari laptop hingga mesin jet. 

Menurut seorang pejabat AS dan tiga sumber Reuters yang mendapat penjelasan dari otoritas setempat, kebijakan ini disiapkan sebagai respons terhadap langkah Beijing yang baru-baru ini memperketat ekspor mineral tanah jarang (rare earth).

Meski belum final, rencana tersebut akan menjadi realisasi dari ancaman Trump pada awal Oktober untuk melarang ekspor “perangkat lunak penting” ke China. Langkah itu akan memperluas pembatasan ekspor global terhadap semua produk yang mengandung atau dibuat dengan software buatan AS.

Pada 10 Oktober lalu, Trump menulis di media sosial bahwa ia akan memberlakukan tambahan tarif 100% untuk barang-barang asal China dan menerapkan kontrol ekspor baru terhadap “semua jenis software penting” mulai 1 November — tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Baca Juga: Isu Taiwan Panaskan Hubungan AS-Tiongkok, Trump Yakin Bisa Damai dengan China

Menurut sumber-sumber Reuters, kebijakan ini belum tentu jadi dijalankan. Namun, fakta bahwa opsi ini sedang dipertimbangkan menunjukkan bahwa pemerintahan Trump tengah menyiapkan eskalasi besar terhadap China, meski sebagian pejabat di Washington mendorong pendekatan yang lebih hati-hati.

“Saya bisa konfirmasi bahwa semua opsi ada di atas meja,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent kepada wartawan di Gedung Putih, Rabu. “Kalau kontrol ekspor ini diterapkan — entah software, mesin jet, atau hal lain — kemungkinan besar akan dilakukan bersama sekutu kami di G7.”

Pasar saham AS sempat goyah setelah laporan Reuters muncul. Indeks S&P 500 ditutup turun 0,5%, sementara Nasdaq merosot sekitar 1% di akhir perdagangan.

Emily Kilcrease, mantan pejabat perdagangan yang kini bekerja di Center for a New American Security, menilai software memang merupakan “titik tekan alami” bagi AS. Namun, ia memperingatkan bahwa kebijakan semacam ini akan sangat sulit diterapkan dan bisa menimbulkan efek balik bagi industri Amerika sendiri.

Baca Juga: Tabel Negara yang Paling Banyak Bayar Tarif ke Amerika, China Sumbang Hampir 30%

“Kita hanya bisa berharap mereka tidak sekadar mengancam, tapi benar-benar siap menanggung konsekuensinya jika dijalankan,” kata Kilcrease.

Gedung Putih menolak berkomentar, begitu juga dengan Departemen Perdagangan yang bertanggung jawab atas aturan ekspor.

Sementara itu, juru bicara Kedutaan Besar China menyatakan bahwa Beijing menentang keras langkah sepihak Washington.

“China menolak tindakan yurisdiksi sepihak dan berlebihan dari AS, dan akan mengambil langkah tegas untuk melindungi hak serta kepentingannya bila AS tetap melangkah ke arah yang salah,” ujarnya.

Langkah Tekanan Baru ke China

Menurut salah satu sumber, langkah ini bisa diumumkan sebagai bentuk tekanan politik terhadap Beijing tanpa benar-benar dijalankan. Dua sumber lainnya menyebutkan bahwa versi kebijakan yang lebih terbatas juga tengah dibahas.

“Hampir semua produk di dunia dibuat menggunakan software buatan AS,” kata salah satu sumber, menyoroti betapa luas dampak kebijakan ini bila diterapkan penuh.

Jika diterapkan, kebijakan ini bisa mengganggu rantai pasok global dengan China, terutama di sektor teknologi, sekaligus menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi Amerika sendiri.

Langkah ini mirip dengan sanksi yang pernah diterapkan pemerintahan Biden terhadap Rusia setelah invasi ke Ukraina pada 2022 — di mana ekspor produk global yang menggunakan teknologi atau software AS dibatasi.

Trump memposting ancaman ini hanya tiga minggu sebelum pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan, dan sehari setelah China memperluas kontrol ekspor atas mineral tanah jarang, bahan penting dalam industri teknologi.

Dalam postingan itu, Trump juga menuduh Beijing sedang mempertimbangkan “pengendalian ekspor besar-besaran atas hampir semua produk” yang mereka buat, termasuk produk dari negara lain.

“Langkah semacam itu akan menjadi aib moral,” tulisnya.

Tonton: Kejadian Langka, Trump Minta Ganti Rugi Rp 3,7 Triliun ke Departemen Kehakiman AS

AS-China di Ambang Eskalasi Baru

Meski Trump sudah memberlakukan tarif hingga 55% atas barang impor dari China, ia mengancam akan menaikkan lagi menjadi 155% bila Beijing tak mau berkompromi. Namun setelah pernyataan kerasnya, Trump tampak sedikit melunak. Pada 12 Oktober, ia menulis di media sosial:

“Amerika Serikat ingin membantu China, bukan menyakitinya!!!”

Sementara itu, Menteri Keuangan Scott Bessent dijadwalkan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng di Malaysia pekan ini, menjelang pertemuan antara Trump dan Xi di Korea Selatan akhir bulan nanti.

Rencana pembatasan ekspor software ini menambah ketidakpastian di tengah perang dagang yang terus memanas, dan bisa menjadi kartu tekanan terbaru AS terhadap China menjelang negosiasi penting kedua pemimpin tersebut.

Selanjutnya: Ramai-ramai Pangkas Tarif Tiket Penerbangan

Menarik Dibaca: Promo Genki Sushi Serba Rp 17.000 dengan 19 Menu Pilihan, Cek Outletnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×