Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Kamis (30/10/2025) sepakat mengambil langkah untuk meredakan perang dagang antara kedua negara.
Melansir Reuters, keduanya menyepakati pengurangan sebagian tarif impor AS dan pelonggaran ekspor, sebagai imbalan atas keputusan Beijing menunda pembatasan baru terhadap ekspor mineral tanah jarang (rare earth) dan melanjutkan pembelian kedelai dari Amerika.
Kesepakatan ini mencegah penerapan tarif baru hingga 100% atas barang-barang asal China yang sebelumnya diancam Trump, sekaligus memperpanjang gencatan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu setidaknya untuk satu tahun ke depan.
Berikut isi lima kesepakatan Trump-Xi terbaru:
Baca Juga: Permintaan Emas Dunia Toreh Rekor Tertinggi, Pasar Belum Jenuh
1. Pemangkasan Tarif Barang Terkait Fentanyl
AS sepakat memangkas separuh tarif 20% yang dikenakan atas barang-barang asal China yang terkait dengan bahan baku fentanyl—zat kimia prekursor opioid.
Dengan penurunan menjadi 10%, total tarif impor AS terhadap produk China turun menjadi sekitar 47% dari sebelumnya 57%, menurut pejabat pemerintahan Trump.
Angka ini mencakup tarif 25% yang diberlakukan selama masa jabatan pertama Trump, serta tambahan 10% tarif “resiprokal” yang diterapkan pada April, di luar tarif dasar Most Favored Nation.
Sebagai perbandingan, tarif AS terhadap India dan Brasil kini mencapai 50%, sementara terhadap Kanada bisa naik menjadi 35% jika Trump meneruskan ancamannya untuk menambah bea 10% atas barang Kanada yang tidak sesuai dengan kesepakatan perdagangan Amerika Utara.
Baca Juga: Demam Emas di Australia, Ribuan Orang Rela Antre Berjam-jam untuk Beli Logam Mulia!
2. China Tunda Pembatasan Ekspor Mineral Langka
China sepakat menunda selama satu tahun kebijakan kontrol ekspor baru atas mineral tanah jarang dan magnet—komponen penting untuk mobil, pesawat, dan senjata.
Langkah ini mengurangi ketegangan, mengingat bahan tersebut selama ini menjadi senjata dagang paling kuat Beijing terhadap Washington.
Namun, kebijakan penundaan itu tidak menghapus kontrol yang sudah diberlakukan sejak April sebagai respons atas “Liberation Day Tariffs” dari Trump.
Kedua negara telah menyepakati prosedur pengawasan dan pengiriman agar logam asal China tetap mengalir, dan kesepakatan ini akan diperpanjang selama satu tahun.
Sebagai bagian dari kesepakatan, AS juga akan menunda selama satu tahun perluasan daftar hitam Departemen Perdagangan terhadap perusahaan-perusahaan yang dilarang membeli teknologi tinggi AS, termasuk peralatan semikonduktor.
Jika diterapkan, aturan itu akan melarang ekspor ke ribuan perusahaan China baru, karena mencakup anak usaha dan entitas dengan kepemilikan lebih dari 50% oleh perusahaan yang sudah masuk daftar.
3. China Janji Beli Kedelai dari AS
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan China berkomitmen membeli 12 juta ton kedelai AS hingga Januari tahun depan, serta 25 juta ton per tahun selama tiga tahun berikutnya.
Sebelumnya, China menghentikan pembelian kedelai dari AS pada musim gugur ini, setelah seluruh kebutuhan dipenuhi dari Brasil dan Argentina—langkah yang menambah tekanan terhadap petani AS, basis dukungan utama Trump.
Namun para analis menilai, komitmen tersebut hanya akan mengembalikan pembelian China ke level normal sebelumnya.
Pada 2024, ekspor kedelai AS ke China mencapai hampir 27 juta ton.
China pernah berjanji meningkatkan pembelian secara besar-besaran dalam kesepakatan dagang “Fase Satu” tahun 2020, namun target itu gagal tercapai akibat pandemi COVID-19.
4. Penundaan Biaya Baru di Pelabuhan
Pemerintah AS juga menunda selama satu tahun pemberlakuan biaya baru untuk kapal yang dibangun, dimiliki, atau berbendera China.
Biaya ini awalnya ditujukan untuk melawan dominasi China di sektor perkapalan dan logistik global serta menghidupkan kembali industri galangan kapal AS.
Kebijakan tersebut berlaku sejak 14 Oktober, bersamaan dengan tarif 100% atas derek pelabuhan buatan China.
Biaya pelabuhan itu sempat menyebabkan gangguan arus kargo dan lonjakan tarif kontainer karena banyak perusahaan pelayaran berusaha menghindari kapal yang berafiliasi dengan China.
China pun membalas dengan mengenakan biaya terhadap kapal yang terhubung dengan AS, termasuk milik perusahaan dengan kepemilikan AS sebesar 25%.
Tonton: Trump Beri Tarif Nol Persen untuk Produk Sawit, Karet, dan Kakao Malaysia
5. Kerja Sama Atasi Peredaran Fentanyl
China juga berjanji memberikan “kerja sama substansial” kepada AS untuk mengurangi aliran bahan kimia prekursor fentanyl ke wilayah AS, termasuk melalui Kanada dan Meksiko.
 Sebagai imbalannya, AS menurunkan tarif fentanyl menjadi 10%. 
Menurut Bessent, dalam beberapa minggu ke depan kedua negara akan membentuk kelompok kerja untuk menetapkan tolok ukur yang terukur dalam menekan peredaran fentanyl—obat terlarang yang menewaskan puluhan ribu orang di AS setiap tahun.
Ketika Trump pertama kali mengenakan tarif fentanyl, pejabat pemerintahnya menilai janji China untuk membantu masih belum terbukti, sehingga tarif akan tetap diberlakukan sampai ada langkah nyata dari Beijing.
Sementara dalam pernyataannya, Kementerian Perdagangan China hanya menyebut kedua pihak telah “mencapai kesepakatan bersama” dalam kerja sama pemberantasan narkotika terkait fentanyl.
Selanjutnya: Harga Batubara Membayangi Pembiayaan Alat Berat
Menarik Dibaca: Cuaca Panas Bisa Jadi Penyebab Asam Urat Kambuh Lo, Lakukan Langkah Berikut Ini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


/2025/10/28/2004385313.jpg) 
  
  
  
  
  
  
  
 











