Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - YERUSALEM/KAIRO. Israel tengah mengkaji tanggapan Hamas terhadap usulan gencatan senjata selama 60 hari yang mencakup pembebasan separuh dari sandera yang masih ditahan di Gaza, menurut dua pejabat Israel pada Selasa (19/8/2025).
Meski demikian, seorang sumber politik menegaskan bahwa syarat utama Israel tetap pembebasan seluruh sandera agar perang bisa diakhiri.
Baca Juga: Netanyahu Serang PM Albanese: Pengkhianat Israel, Tinggalkan Kaum Yahudi Australia
Dorongan menuju jeda pertempuran kembali menguat setelah Israel mengumumkan rencana ofensif baru untuk merebut kendali Gaza City, pusat wilayah kantong Palestina tersebut.
Mesir dan Qatar bertindak sebagai mediator untuk melanjutkan perundingan tidak langsung berdasarkan proposal gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat.
Menurut pejabat Hamas, tawaran yang ada mencakup pertukaran 200 narapidana Palestina di penjara Israel serta sejumlah perempuan dan anak, dengan 10 sandera hidup dan 18 jenazah sandera dari Gaza.
Dua sumber keamanan Mesir mengonfirmasi detail itu, sambil menambahkan Hamas juga meminta pembebasan ratusan tahanan asal Gaza.
Israel menyebut total 50 sandera masih ditahan di Gaza, 20 di antaranya diyakini masih hidup.
“Kebijakan Israel konsisten dan tidak berubah: semua sandera harus dibebaskan. Kami berada pada tahap akhir yang menentukan melawan Hamas, dan tidak akan meninggalkan siapa pun,” kata seorang sumber politik Israel.
Baca Juga: Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata 60 Hari dengan Israel, Serta Pertukaran Tahanan
Jalur Menuju Kesepakatan
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dijadwalkan segera membahas usulan gencatan senjata tersebut, dengan keputusan diharapkan keluar dalam dua hari mendatang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, menyebut kesepakatan gencatan senjata 60 hari itu akan menjadi “jalur menuju perjanjian komprehensif untuk mengakhiri perang.”
Proposal juga mencakup penarikan sebagian pasukan Israel yang kini menguasai 75% wilayah Gaza, serta masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan.
Meski Israel sebelumnya telah menyetujui kerangka usulan yang diprakarsai utusan khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, negosiasi kerap buntu. Putaran terakhir pada Juli berakhir tanpa hasil.
Baca Juga: Ribuan Warga Palestina Mengungsi dari Gaza di Tengah Ancaman Serangan Darat Israel
Tekanan di Dalam dan Luar Negeri
Sementara Netanyahu menimbang langkah diplomasi, Menteri Pertahanan Israel Katz pada Selasa malam menggelar rapat dengan komandan militer untuk merancang operasi merebut Gaza City.
Media publik Israel melaporkan rencana itu mencakup empat tahap: pembangunan infrastruktur kemanusiaan di selatan, evakuasi Gaza City, pengepungan, hingga pergerakan pasukan darat.
Di lapangan, tanda-tanda gencatan senjata belum terlihat. Serangan udara, tembakan tank, dan tembakan senapan Israel pada Selasa menewaskan sedikitnya 20 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Di Israel, puluhan ribu orang turun ke jalan pada Minggu lalu dalam salah satu aksi protes terbesar sejak perang dimulai.
Mereka mendesak pemerintah mencapai kesepakatan pembebasan sandera dan mengakhiri konflik.
Netanyahu juga menghadapi tekanan dari mitra koalisi sayap kanan, Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir, yang menolak gencatan senjata dan mendesak perang berlanjut hingga Hamas kalah, bahkan mendorong aneksasi Gaza.
Baca Juga: Imbas Pengakuan Palestina, Israel Balas dengan Cabut Visa Diplomat Australia
Prospek Masih Buram
Hamas menyatakan kesepakatan gencatan senjata yang ditawarkannya bersifat sementara dan membuka jalan bagi negosiasi akhir perang.
Sumber yang dekat dengan perundingan menyebut kali ini Hamas menerima proposal tanpa tambahan syarat.
Namun, peluang tercapainya kesepakatan damai masih jauh. Israel tetap menuntut Hamas menyerahkan senjata dan para pemimpinnya meninggalkan Gaza, syarat yang hingga kini ditolak tegas oleh kelompok tersebut.
Perang pecah setelah serangan Hamas pada Oktober lalu menewaskan 1.200 orang di Israel dan membawa 251 sandera.
Serangan balasan Israel sejak itu menewaskan lebih dari 62.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza, dan membuat sebagian besar penduduk 2,2 juta orang di wilayah itu mengungsi dalam krisis kemanusiaan.
Selanjutnya: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.272 Per Dolar AS pada Hari Ini (20/8)
Menarik Dibaca: Ini Kripto Top Gainers di Saat Pasar Aset Kripto Merosot
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News