Sumber: GoBankingRates | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Warren Buffett telah lama diakui sebagai salah satu individu paling kaya dan paling stabil di dunia investasi. Dikenal sebagai sosok yang cerdas dan bijaksana, keputusannya selalu menjadi sinyal penting bagi lingkaran keuangan global.
Mengutip GoBankingRates, faktanya saat ini Warren Buffett memegang lebih banyak uang tunai daripada Federal Reserve AS sendiri.
Di tengah gejolak pasar dan ekonomi yang berfluktuasi liar, muncul pertanyaan besar: apa makna langkah ini bagi pasar AS?
Definisi "Uang Tunai" ala Buffett
Tentu saja, yang dimaksud "uang tunai" di sini bukanlah koin emas di ruang bawah tanah.
Ketika kita mengatakan Buffett menahan uang tunai, yang kita maksud adalah perusahaannya, Berkshire Hathaway, menyimpan sekitar US$ 314 miliar dalam Treasury Bills (T-Bills), menurut laporan CNBC.
T-Bills adalah surat utang jangka pendek yang dibeli dengan diskon dan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang. Surat utang ini dianggap setara dengan "uang tunai" karena didukung oleh kepercayaan dan kredit penuh dari Pemerintah AS.
Penting untuk diingat bahwa angka ini merujuk pada dana yang dikelola oleh Berkshire Hathaway, perusahaan yang didirikan, dipimpin (hingga akhir 2025), dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Buffett.
Baca Juga: Rapat Politik Besar China Bocorkan 3 Sinyal Penting dari Xi Jinping
Alasan "Oracle of Omaha" Menimbun Likuiditas
Buffett memilih menahan sebagian besar kekayaan perusahaannya di T-Bills karena kemudahan aksesnya. Dana ini sangat likuid; jika ia perlu mencairkan dan menggunakannya dengan cepat, ia bisa melakukannya.
Selain itu, T-Bills menawarkan imbal hasil bunga tinggi (saat ini sekitar 4% dan relatif stabil), yang mengalahkan penyimpanan di rekening tabungan dengan imbal hasil tinggi sekalipun. Dengan fluktuasi pasar yang liar, sangat masuk akal jika Buffett, atas nama Berkshire Hathaway, ingin sebagian besar aset perusahaannya tetap cair.
Investasi besar-besaran di T-Bills ini terjadi dalam setahun terakhir, di mana konglomerat tersebut melipatgandakan kepemilikannya.
Langkah ini logis, karena pasar saham saat ini dianggap tidak cukup stabil untuk dipercayai dengan seluruh dana perusahaan.
Ada satu alasan utama lain: Buffett ingin siap membeli properti dan perusahaan yang menarik dan berharga ketika ada kesempatan yang tepat. Hal itu tidak mungkin dilakukan jika semua dana terikat pada saham yang naik turun setiap hari.
Seperti yang ia katakan, dikutip dari Fortune: “Jika kesepakatan yang tepat datang, kami akan menghabiskan US$ 100 miliar.”
Kini, ia memiliki uang tunai untuk mewujudkan hal tersebut.
Baca Juga: Trump Batalkan Pertemuan dengan Putin, Presiden Rusia: Rusia Tak Akan Tunduk pada AS
Sinyal bagi Pasar AS
Lalu, apa arti tindakan Buffett ini bagi pasar AS?
Buffett memiliki sejarah membuat langkah hati-hati seperti ini tepat sebelum kemerosotan besar pasar. Dengan banyaknya penasihat keuangan lain yang memprediksi resesi, pergeseran drastis menuju likuiditas ini memberikan sinyal yang sangat kuat.
Meskipun di masa lalu investor terkadang menganggap gerakan Buffett terlalu hati-hati—dan saat ini Berkshire Hathaway tertinggal dari pasar, menurut Reuters—berulang kali perusahaannya selalu berakhir di posisi teratas sementara yang lain merugi. Oleh karena itu, langkah ini bisa menjadi pertanda bahwa pasar akan segera mengalami penurunan.
Tonton: Rahasia Warren Buffett Hadapi Inflasi: Bukan Emas, tapi Investasi Ini
Meskipun Berkshire Hathaway mungkin tampak tertinggal saat ini, Buffett pernah menyatakan bahwa untung dan rugi investasi yang belum terealisasi perusahaannya tidak ada artinya dalam memahami nilai fundamental perusahaannya. Ia pernah benar mengenai hal ini di masa lalu, dan ia mungkin benar lagi hari ini.
Selanjutnya: Rupiah Rp 16.600: BI Catat Capital Outflow Rp 940 M di Tengah Penguatan Dolar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













