kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.267.000   -15.000   -0,66%
  • USD/IDR 16.638   8,00   0,05%
  • IDX 8.166   73,60   0,91%
  • KOMPAS100 1.140   14,92   1,33%
  • LQ45 837   14,10   1,71%
  • ISSI 284   1,36   0,48%
  • IDX30 440   7,08   1,63%
  • IDXHIDIV20 508   9,69   1,94%
  • IDX80 129   2,21   1,75%
  • IDXV30 138   1,87   1,37%
  • IDXQ30 140   1,63   1,17%
GLOBAL /

The Fed Pangkas Suku Bunga Lagi di Tengah Buta Data akibat Shutdown


Kamis, 30 Oktober 2025 / 03:58 WIB
The Fed Pangkas Suku Bunga Lagi di Tengah Buta Data akibat Shutdown
ILUSTRASI. The Fed kembali memotong suku bunga acuan sebesar 0,25% pada hari Rabu (29/10/2025). Foto: Tangkapan Layar Youtube The Fed

Sumber: Yahoo Finance | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), kembali memotong suku bunga acuan sebesar 0,25% pada hari Rabu (29/10/2025). Keputusan ini diambil di tengah kondisi pemerintahan AS yang sedang shutdown total, membuat para pembuat kebijakan terbang buta karena ketiadaan data ekonomi penting.

Mengutip Yahoo Finance, dalam pemungutan suara yang terbelah, The Fed memutuskan menurunkan suku bunga acuan mereka ke kisaran 3,75% hingga 4,00%.

Perpecahan dalam Internal The Fed

Keputusan kali ini tidak bulat:

Stephen Miran, gubernur yang baru ditunjuk Presiden Trump, tidak setuju. Ia ingin pemotongan yang lebih besar, yaitu 0,50%. Miran khawatir ketegangan dagang dengan Tiongkok (yang kini sudah mereda) akan merusak prospek ekonomi dan ingin segera mencapai suku bunga "netral" (level yang tidak memicu maupun memperlambat pertumbuhan) tanpa menunggu inflasi naik karena tarif.

Jeff Schmid, Presiden Fed Kansas City, juga menentang. Ia memilih mempertahankan suku bunga di level sebelumnya, dengan alasan inflasi masih terlalu tinggi dan memangkas suku bunga secara agresif berisiko memicu lonjakan harga karena perusahaan akan memiliki "kekuatan harga" dan meneruskan biaya tarif ke konsumen.

Ini adalah kali pertama sejak September 2019 ada perbedaan pendapat dari dua kubu yang berseberangan dalam keputusan suku bunga The Fed.

Baca Juga: Rapat The Fed Hari Ini Jadi Sorotan, Akankah Suku Bunga Turun Lagi?

Kebijakan di Tengah Badai Data

The Fed mengakui sejak awal pernyataannya bahwa penutupan pemerintahan (government shutdown) yang sedang berlangsung telah mengacaukan pengumpulan data dan membuat mereka tidak memiliki gambaran utuh tentang ekonomi AS. Penilaian mereka saat ini hanya berdasar pada "indikator yang tersedia."

Sejak shutdown dimulai pada 1 Oktober, laporan pekerjaan September belum juga dirilis, data inflasi September telat lebih dari dua minggu, dan kemungkinan besar laporan pekerjaan serta inflasi untuk bulan Oktober juga akan tertunda.

Soal Ketenagakerjaan: The Fed tidak melihat adanya perubahan besar, walau mereka kehilangan data resmi. Mereka mencatat bahwa "peningkatan lapangan kerja melambat tahun ini, dan tingkat pengangguran sedikit naik, tetapi tetap rendah hingga Agustus; indikator yang lebih baru konsisten dengan perkembangan ini." 

Mereka juga mengulangi bahwa "risiko penurunan terhadap lapangan kerja meningkat dalam beberapa bulan terakhir."

Baca Juga: Robert Kiyosaki Berharap Bitcoin dan Ethereum Jatuh, Biar Bisa Beli Lebih Banyak!

Mengakhiri Pengurangan Neraca

Kabar penting lainnya, The Fed juga akan menghentikan upaya pengecilan neraca (proses membiarkan obligasi jatuh tempo dan keluar dari portofolio The Fed) pada 1 Desember. Ketua The Fed, Jerome Powell, mengisyaratkan hal ini sebelumnya karena muncul tanda-tanda likuiditas mulai mengetat, dan mereka ingin menghindari masalah pasar uang seperti yang terjadi pada September 2019.

Desember 'Bukan Kepastian'

Meskipun pemotongan September dan Oktober menjadikan total dua kali pemotongan tahun ini, Powell menekankan dalam konferensi pers bahwa pemotongan suku bunga lagi pada bulan Desember "bukanlah kepastian—bahkan jauh dari itu."

Powell menggunakan analogi yang kuat: "Apa yang Anda lakukan jika Anda mengemudi di tengah kabut? Anda melambat."

Tonton: The Fed Melonggarkan Kebijakan Moneter, Begini Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia

Sikap hati-hati Powell ini membuat pasar bereaksi. Sebelum rapat, para trader yakin 87% akan ada pemotongan di Desember; setelah Powell bicara, kemungkinan tersebut langsung turun drastis menjadi sekitar 56%.

Selanjutnya: Perpres Ojek Online Segera Terbit, Ini Tanggapan Resmi dari GOTO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×