kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.321.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.675   65,00   0,39%
  • IDX 8.258   105,78   1,30%
  • KOMPAS100 1.147   17,39   1,54%
  • LQ45 823   17,14   2,13%
  • ISSI 292   3,96   1,37%
  • IDX30 432   9,50   2,25%
  • IDXHIDIV20 491   9,72   2,02%
  • IDX80 128   2,49   1,99%
  • IDXV30 137   2,66   1,98%
  • IDXQ30 137   2,92   2,17%
GLOBAL /

Viral Krisis Nexperia: Ketegangan AS-China Kacaukan Rantai Pasok Chip Dunia


Kamis, 23 Oktober 2025 / 09:21 WIB
Viral Krisis Nexperia: Ketegangan AS-China Kacaukan Rantai Pasok Chip Dunia
ILUSTRASI. Kisruh antara China dan Belanda terkait produsen chip Nexperia menjadi contoh nyata bagaimana ketegangan geopolitik bisa mengguncang rantai pasok global. REUTERS/Florence Lo

Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Kisruh antara China dan Belanda terkait produsen chip Nexperia menjadi contoh nyata bagaimana ketegangan geopolitik bisa mengguncang rantai pasok global yang selama ini berjalan mulus.

Mengutip South China Morning Post, Nexperia yang berbasis di Nijmegen, Belanda, adalah cerminan perusahaan multinasional modern. 

Perusahaan ini memiliki pabrik semikonduktor di Hamburg (Jerman) dan Manchester (Inggris), serta fasilitas perakitan di Asia seperti Dongguan (China), Laguna (Filipina), dan Negeri Sembilan (Malaysia).

Lewat jaringan global riset, penjualan, dan produksi tersebut, Nexperia mampu mengirim lebih dari 110 miliar produk setiap tahun ke berbagai pelanggan besar dunia — termasuk Apple, Tesla, dan Samsung Electronics.

Namun stabilitas itu mendadak terguncang bulan lalu, ketika pemerintah Belanda mengambil alih kendali manajemen Nexperia dan memecat CEO asal China, Zhang Xuezheng, yang juga merupakan pendiri perusahaan induknya, Wingtech Technology.

Langkah ekstrem itu dipicu oleh kebijakan baru Biro Industri dan Keamanan AS (BIS) yang memperluas pembatasan ekspor terhadap perusahaan yang lebih dari 50% dimiliki entitas yang masuk daftar hitam perdagangan Washington. Karena Nexperia sepenuhnya dimiliki oleh Wingtech yang sudah masuk daftar hitam, maka perusahaan itu otomatis ikut terkena sanksi AS.

Baca Juga: Ekonom AS: Dominasi Dolar AS Bisa Kalah dari Emas Gara-Gara China

China Balas Cepat

Tak butuh waktu lama, Beijing langsung merespons. Pada 4 Oktober, Kementerian Perdagangan China mengumumkan larangan ekspor komponen elektronik yang diproduksi oleh Nexperia China maupun para subkontraktornya.

Nexperia China pun membalas dengan memerintahkan karyawan lokal mengabaikan instruksi dari kantor pusat di Belanda, dan hanya mengikuti arahan manajemen lokal.

Menurut Zhou Chao, peneliti di lembaga pemikir Anbound Institute Beijing, krisis ini bukan sekadar konflik manajemen.

“Ini mencerminkan evolusi ketegangan geopolitik dan tren global menuju pemisahan (decoupling) dalam industri teknologi dan rantai pasok,” ujarnya.

“Model bisnis Nexperia yang ‘dikembangkan di Eropa, diproduksi di China’ kini tak lagi berkelanjutan di bawah regulasi baru.”

Produksi di China Mulai Terganggu

Tanda-tanda gangguan sudah mulai terlihat. Pabrik perakitan Nexperia di Dongguan, yang menyumbang sekitar 70% dari total produksi global, kini mengalami kekurangan pasokan wafer dari pabrik Eropa.

Menurut laporan media National Business Daily, pabrik tersebut telah mengurangi kapasitas produksi, menunda pengiriman, dan meminta sebagian karyawan untuk bekerja dengan jam lebih pendek.

Baca Juga: Isu Taiwan Panaskan Hubungan AS-Tiongkok, Trump Yakin Bisa Damai dengan China

Seorang pekerja gudang mengatakan produksi masih berjalan, tapi persediaan barang jadi menumpuk.

“Pesanan masih banyak, tapi bahan baku terus menipis,” ujar seorang staf bagian efisiensi produksi.

Seorang pedagang dari Shenzhen yang berkunjung ke pabrik itu memperkirakan pengiriman sudah terhenti lebih dari seminggu, dan bahan baku yang tersisa kemungkinan hanya cukup hingga akhir Desember jika kondisi tak berubah.

Situasi ini bisa berakibat fatal bagi hubungan Nexperia dengan klien globalnya, karena memisahkan operasi China dari rantai pasok global bukan hal sederhana — bisa butuh waktu berbulan-bulan.

Dunia Teknologi Makin Terbelah

Zhou memperingatkan bahwa perusahaan multinasional kini harus memperkuat riset dan operasi secara lokal di tiap wilayah (AS, Eropa, dan China) agar tidak terganjal oleh aturan politik lintas negara.

“Mereka perlu mendesain ulang strategi rantai pasok untuk memastikan kemandirian di titik-titik kritis,” katanya.

“Model baru yang akan muncul adalah sistem multi-markas dengan operasi yang saling independen.”

Namun tak semua pihak sepakat dengan langkah Belanda.

Tonton: Perang Dagang AS-China Belum Tamat, Xi Jinping Pakai Tanah Jarang Buat Tekan Trump

“Belanda bodoh karena ikut campur dalam konflik geopolitik ini secara sukarela,” kata Jeffrey Towson, pakar strategi digital dan mantan profesor di China Europe International Business School.

“Nexperia China bahkan sudah tak lagi mematuhi perintah kantor pusat.”

Pemerintah Belanda disebut mengambil keputusan ini karena khawatir Wingtech akan memindahkan pabrik Eropa ke China. Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan.

Afiliasi Wingtech, WingSkySemi, telah menginvestasikan 12 miliar yuan (sekitar US$ 1,7 miliar) untuk membangun pabrik chip mobil di Shanghai. Pabrik tersebut mampu memproduksi chip otomotif berteknologi 12 inci.

Bulan lalu, Wingtech bahkan mengundang para pemegang saham untuk mengunjungi fasilitas tersebut yang digambarkan sebagai “poros strategi kapasitas produksi untuk pasar China.”

Dalam pernyataannya pada 29 September, Wingtech menyebut pengiriman chip ke salah satu produsen mobil listrik besar China akan dimulai bulan ini, menggunakan teknologi semikonduktor oksida logam generasi baru.

Selanjutnya: Nikkei Jepang Turun 1,3% Kamis (23/10) Pagi Usai Reli Takaichi, Dilanda Profit Taking

Menarik Dibaca: Harga Emas Antam Hari Ini Kamis 23 Oktober 2025 Naik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×