Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - ABOARD AIR FORCE ONE/MOSKOW. Donald Trump bertolak ke Alaska pada Jumat (15/8/2025) untuk menghadiri apa yang disebutnya sebagai KTT “bertaruh tinggi” dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Fokus pertemuan ini adalah membahas kemungkinan gencatan senjata di Ukraina, dalam upaya mengakhiri perang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, yang tidak diundang ke pertemuan tersebut, bersama sekutu Eropa khawatir Trump bisa “menjual” Ukraina dengan membekukan konflik dan secara tidak resmi mengakui kendali Rusia atas sekitar seperlima wilayah Ukraina.
Baca Juga: Fans Bola Israel Picu Kontroversi di Polandia dengan Spanduk Murderers since 1939
Menanggapi kekhawatiran itu, Trump mengatakan saat naik Air Force One bahwa keputusan terkait pertukaran wilayah akan diserahkan kepada Ukraina.
“Saya tidak di sini untuk menegosiasikan bagi Ukraina, saya di sini untuk membawa mereka ke meja perundingan,” ujarnya, Jumat (15/8/2025).
Kedua presiden, yang akan bertemu di pangkalan udara era Perang Dingin di kota terbesar Alaska, sama-sama ingin menunjukkan keberhasilan dari pertemuan tatap muka pertama mereka sejak Trump kembali ke Gedung Putih.
Trump, yang menggambarkan perang ini sebagai “pembantaian” dengan risiko eskalasi tinggi, mendesak gencatan senjata dalam perang yang telah berlangsung tiga setengah tahun.
Ia berharap langkah ini akan memperkuat kredibilitasnya sebagai pembawa perdamaian global yang layak menerima Hadiah Nobel Perdamaian.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Menjelang KTT Trump-Putin di Alaska
Bagi Putin, KTT ini sudah merupakan kemenangan simbolis, karena bisa menunjukkan bahwa upaya Barat untuk mengisolasi Rusia gagal dan Moskow kembali menempati posisi strategis dalam diplomasi internasional.
Dalam perjalanan ke Alaska, Putin meletakkan bunga di sebuah monumen di Timur Jauh Rusia yang memperingati kerja sama AS-Rusia saat Perang Dunia II.
Kremlin menyebut Putin akan tiba di Alaska pukul 11 pagi waktu setempat (19.00 GMT) dan Trump akan menemuinya di pesawatnya.
Trump, yang pernah mengklaim bisa mengakhiri perang Rusia-Ukraina dalam 24 jam, mengakui pada Kamis bahwa tugas tersebut lebih sulit dari perkiraannya.
Ia menambahkan, jika pertemuan Jumat berjalan baik, mengatur KTT tiga pihak dengan Zelenskiy akan bahkan lebih penting daripada pertemuannya dengan Putin.
Zelenskiy menulis di Telegram pada Jumat: “Saatnya mengakhiri perang, dan langkah yang diperlukan harus dilakukan oleh Rusia. Kami mengandalkan Amerika.” Ia berharap pertemuan Trump-Putin membuka jalan bagi “perdamaian yang adil” dan perundingan tiga pihak dengan keterlibatannya.
Baca Juga: Jelang Pertemuan dengan Trump, Putin Diyakini Siap Uji Coba Rudal Jelajah Baru
“Orang Pintar”
Trump menyebut Putin sebagai “orang pintar, sudah lama melakukannya, tapi begitu juga saya… Kami saling menghormati.”
Ia juga menyambut keputusan Putin membawa banyak pengusaha ke Alaska.
“Tapi mereka tidak akan berbisnis sampai perang diselesaikan,” katanya, mengulang ancaman “konsekuensi ekonomi yang berat” bagi Rusia jika KTT gagal.
Sumber dekat Kremlin menyebut ada tanda-tanda Moskow siap mempertimbangkan kompromi, mengingat Putin memahami kerentanan ekonomi Rusia dan biaya kelanjutan perang.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa Putin mungkin bersedia membekukan konflik sepanjang garis depan dengan syarat ada janji hukum untuk tidak memperluas NATO ke timur dan pencabutan beberapa sanksi Barat.
Rusia, yang ekonomi perangnya mulai menunjukkan tekanan, rentan terhadap sanksi AS lebih lanjut – dan Trump sempat mengancam tarif bagi pembeli minyak mentah Rusia, terutama China dan India.
Menjelang KTT, Putin juga menawarkan prospek yang diinginkan Trump: perjanjian kontrol senjata nuklir baru untuk menggantikan perjanjian terakhir yang akan habis masa berlakunya pada Februari tahun depan.
Baca Juga: Jelang Pertemuan dengan Putin, Trump Desak Ukraina untuk Serahkan Wilayah ke Rusia
Mencari Titik Temu?
Sumber Kremlin menyebut kedua pihak tampaknya telah menemukan beberapa titik temu.
“Sepertinya beberapa persyaratan akan disepakati… karena Trump tidak bisa ditolak, dan kami tidak dalam posisi menolak karena tekanan sanksi,” kata sumber tersebut, yang meminta namanya dirahasiakan.
Putin telah mengajukan syarat ketat untuk gencatan senjata penuh, tetapi kompromi mungkin berupa gencatan senjata di udara. Ia bersikap terbuka pada gencatan senjata namun menekankan masalah verifikasi perlu diselesaikan lebih dulu.
Kekhawatiran bahwa Trump bisa terlalu banyak mengalah kepada Putin tidak hanya terbatas pada Ukraina dan Eropa.
“Saya khawatir pertemuan ini bisa kembali berakhir dengan Amerika menyerahkan posisi kepada seorang otokrat yang sepanjang kariernya melemahkan nilai demokrasi,” kata Mark Warner, anggota senior Komite Intelijen Senat AS dari Partai Demokrat.
Zelenskiy menuduh Putin mencari waktu untuk menghindari sanksi sekunder AS dan menegaskan tidak akan menyerahkan wilayah secara formal.
Baca Juga: Kekecewaan Trump Berujung pada Pertemuan dengan Putin di Alaska
Selain wilayah, Ukraina menekankan perlunya jaminan keamanan yang didukung Washington, meski mekanismenya masih belum jelas.
Warga Kyiv yang diwawancarai Reuters pada Jumat tidak terlalu optimistis mengenai KTT Alaska.
“Tidak akan ada yang baik di sana, karena perang adalah perang, tidak akan berakhir. Wilayah, kami tidak akan memberikan apa pun kepada siapa pun,” ujar Tetiana Harkavenko, seorang pembersih berusia 65 tahun.
Selanjutnya: Fans Bola Israel Picu Kontroversi di Polandia dengan Spanduk Murderers since 1939
Menarik Dibaca: 3 Strategi Tangkap Peluang Usaha di Pulau Bali
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News