Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - AS dan Tiongkok capai kesepakatan dagang besar yang hentikan pengiriman prekursor fentanil, longgarkan kontrol ekspor mineral penting, dan buka kembali pasar pertanian. Apa dampaknya bagi ekonomi global?
Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping akhirnya menandatangani kesepakatan dagang besar yang disebut sebagai langkah penting dalam meredakan ketegangan ekonomi antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Kesepakatan tersebut mencakup penghentian pengiriman prekursor fentanil, pencabutan pembatasan ekspor mineral penting, serta komitmen Tiongkok untuk membeli kembali produk pertanian AS dalam jumlah besar.
Gedung Putih menyebut perjanjian ini sebagai “kemenangan besar” yang akan menyeimbangkan kembali perdagangan sekaligus memperkuat keamanan nasional dan rantai pasokan industri AS.
Isi Utama Kesepakatan Dagang Trump–Xi
Melansir The Dallas Express, menurut lembar fakta resmi Gedung Putih yang dirilis 1 November 2025, berikut poin-poin utama kesepakatan kedua negara:
1. Kontrol Fentanil
Tiongkok sepakat menghentikan pengiriman bahan kimia prekursor fentanil ke Amerika Utara dan memperkuat sistem pengawasan ekspor global.
Langkah ini bertujuan menekan penyalahgunaan opioid sintetis di AS, yang sebagian besar bahan kimianya berasal dari Tiongkok.
Baca Juga: Kenapa Kedelai Non-GMO Rusia Tak Tergoyahkan Kesepakatan Dagang Raksasa AS-Tiongkok?
Sebelumnya, menurut UNODC, Beijing sudah menempatkan zat terkait fentanil di bawah kontrol nasional sejak 2019, namun penerapannya masih lemah di tahun-tahun berikutnya.
2. Mineral Penting (Critical Minerals)
Beijing akan menangguhkan kontrol ekspor terhadap tanah jarang (rare earths), termasuk galium, germanium, antimon, dan grafit, melalui sistem lisensi umum.
Kebijakan ini secara efektif menghapus pembatasan ekspor 2022–2025 yang sempat mengancam industri semikonduktor dan pertahanan AS.
3. Pembelian Pertanian
Tiongkok berkomitmen membeli 12 juta ton kedelai AS pada 2025, dan meningkat menjadi 25 juta ton per tahun pada 2026–2028.
Selain itu, Beijing juga akan kembali mengimpor jagung, sorghum, unggas, dan produk susu, serta mencabut tarif balasan atas produk pertanian AS.
Baca Juga: Pengamat China: Aliansi Mineral G7 Takkan Sukses, Rare Earths Tetap Kartu As Beijing
4. Penyesuaian Tarif
AS akan menurunkan tarif atas impor dari Tiongkok sebesar 10 poin persentase mulai 10 November 2025 dan menangguhkan kenaikan tambahan hingga akhir 2026.
Sebagai gantinya, kedua pihak mempertahankan tarif timbal balik sebesar 10% sebagai langkah pengamanan.
5. Langkah Industri & Teknologi
Kedua negara akan menangguhkan penyelidikan dan sanksi yang menargetkan industri semikonduktor dan perkapalan, guna memulihkan kelancaran perdagangan komersial lintas sektor.
Dari Ketegangan Menuju Kerja Sama
Kesepakatan ini menandai titik balik setelah berbulan-bulan perang tarif dan pembatasan ekspor yang dimulai Oktober lalu.
Saat itu, Beijing memperketat ekspor mineral langka sementara AS mengancam tarif hingga 100% terhadap produk Tiongkok.
Langkah baru ini diharapkan menurunkan biaya industri global, terutama di sektor elektronik, energi, dan kedirgantaraan, yang sangat bergantung pada pasokan bahan baku dari Tiongkok.
Menurut data U.S. Geological Survey, Tiongkok menyumbang 70% produksi tanah jarang dunia dan 90% kapasitas pemrosesannya.
Dampak ke Depan: Ekonomi Global dan Teknologi AI
Para analis menilai kesepakatan ini bisa membawa efek domino terhadap stabilitas rantai pasokan global dan harga komoditas menjelang 2026.
- Industri AI dan Semikonduktor:
Dicabutnya pembatasan ekspor galium dan germanium akan mengurangi biaya produksi chip dan memperlancar suplai perangkat keras AI.
- Sektor Pertanian AS:
Kenaikan ekspor kedelai dan jagung berpotensi memperbaiki neraca perdagangan AS yang sebelumnya tertekan.
- Industri Farmasi dan Kimia:
Penghentian ekspor prekursor fentanil dapat membantu AS dalam mengendalikan krisis opioid nasional.
Tonton: Bertemu di Korea, Trump dan Xi Jinping Sepakat Akhiri Perang Dagang
Pejabat administrasi Trump menyebut kesepakatan ini sebagai “dorongan terkoordinasi” untuk membangun kembali kapasitas industri Amerika dan mengurangi ketergantungan pada pemasok strategis.
Namun, para pengamat memperingatkan bahwa implementasi dan pengawasan akan menjadi ujian sebenarnya.
Keberhasilan perjanjian ini akan menentukan apakah hubungan AS–Tiongkok benar-benar mencair, atau hanya sekadar gencatan senjata sementara dalam rivalitas ekonomi global.
Kesimpulan
Kesepakatan Trump–Xi ini memang menjadi tonggak penting dalam meredakan ketegangan dagang, tetapi efektivitasnya masih bergantung pada konsistensi pelaksanaan dan komitmen politik kedua pihak. Jika implementasinya berjalan lancar, perjanjian ini dapat memulihkan rantai pasok global dan menstabilkan pasar komoditas. Namun, jika salah satu pihak kembali menggunakan perdagangan sebagai senjata geopolitik, dunia berisiko menghadapi babak baru dari perang ekonomi yang hanya tertunda sementara.
Sumber Data
- Reuters – Trump, Xi Strike Trade Deal to Ease Tensions, Lift Curbs on Rare Earths (Nov 2025)
- U.S. Geological Survey – Rare Earth Data & Global Supply 2025
- UNODC – Fentanyl and Synthetic Opioids Global Report 2024
Selanjutnya: Dolar AS Dekati Level Tertinggi 3 Bulan Senin (3/11) Pagi, Menanti Rilis Data Ekonomi
Menarik Dibaca: Turun Lumayan Banyak, Cek Harga Emas Antam Hari Ini Senin 3 November 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













