kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.278.000   -12.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.695   42,00   0,25%
  • IDX 8.275   111,21   1,36%
  • KOMPAS100 1.154   17,76   1,56%
  • LQ45 844   12,45   1,50%
  • ISSI 286   3,78   1,34%
  • IDX30 443   6,51   1,49%
  • IDXHIDIV20 512   8,80   1,75%
  • IDX80 130   2,06   1,61%
  • IDXV30 137   1,09   0,80%
  • IDXQ30 141   2,17   1,57%
GLOBAL /

Pengamat China: Aliansi Mineral G7 Takkan Sukses, Rare Earths Tetap Kartu As Beijing


Senin, 03 November 2025 / 08:14 WIB
Pengamat China: Aliansi Mineral G7 Takkan Sukses, Rare Earths Tetap Kartu As Beijing
ILUSTRASI. Negara-negara G7 membentuk aliansi produksi mineral langka senilai US$ 4,5 miliar untuk menantang dominasi Tiongkok yang menguasai 90% pasokan global. Foto Wikipedia/USDA

Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Kelompok negara maju G7 sepakat membentuk aliansi produksi mineral penting (critical minerals) guna mengurangi ketergantungan pada Tiongkok. Langkah ini diambil menyusul dominasi besar Beijing atas pasokan dan pemrosesan mineral langka (rare earths) yang menjadi komponen vital bagi industri energi hijau dan teknologi global.

Aliansi G7 Siapkan Investasi Senilai US$ 4,5 Miliar

Mengutip South China Morning Post, dalam pertemuan di Toronto, Kanada, pada Jumat (1/11/2025), para menteri energi G7—yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat—sepakat meluncurkan lebih dari dua lusin investasi dan kemitraan baru di sektor mineral langka.

Rencana tersebut akan membuka pendanaan sebesar C$ 6,4 miliar (US$ 4,57 miliar) untuk berbagai proyek produksi dan pengolahan mineral penting. Selain itu, G7 juga akan menyalurkan hingga C$ 20,2 juta untuk penelitian dan pengembangan global guna memperkuat rantai pasok non-Tiongkok.

“Langkah ini mengirimkan pesan yang jelas kepada dunia: kami serius mengurangi konsentrasi pasar dan ketergantungan,” ujar Tim Hodgson, Menteri Energi Kanada.

Baca Juga: Emas Terjebak di US$ 4.000: Ini Dua Alasan Kunci Kenapa Harga Susah Naik Tinggi

Dominasi Besar Tiongkok di Pasar Global

Menurut data AlixPartners yang dikutip Reuters, Tiongkok masih menguasai sekitar 70% ekstraksi global, 85% kapasitas pemurnian, dan 90% produksi paduan logam serta magnet mineral langka.

Tiongkok sempat mengumumkan pembatasan ekspor baru pada 9 Oktober 2025, menambah lima elemen ke daftar kontrol dan memperluas lisensi hingga ke teknologi penambangan dan pemrosesan. Namun, kebijakan itu ditangguhkan setahun setelah pertemuan puncak Presiden Xi Jinping dan Donald Trump di Korea Selatan.

“Tidak ada hambatan sama sekali terkait mineral langka,” ujar Trump setelah pertemuan tersebut.

Baca Juga: Robert Kiyosaki: Crash Pasar Masif Akan Sapu Jutaan Orang, Ini 4 Aset Aman Pilihannya

AS Tuduh Tiongkok Gunakan Praktik Non-Pasar

Chris Wright, Menteri Energi AS, menegaskan bahwa Washington dan sekutunya sepakat melawan dominasi pasar Tiongkok. Ia menuding Beijing menggunakan “praktik non-pasar” untuk mengusir produsen lain dari rantai pasokan global.

“Kami harus membangun kemampuan kami sendiri untuk menambang, memurnikan, dan memproduksi mineral penting. Kami tidak bisa lagi bergantung pada satu negara,” ujarnya.

Pengamat Tiongkok: “Aliansi Ini Tak Akan Banyak Berpengaruh”

Namun, pengamat di Tiongkok menilai rencana G7 tersebut belum menjadi ancaman nyata terhadap dominasi Beijing.

Wu Xinbo, Dekan Institut Studi Internasional Universitas Fudan, mengatakan bahwa strategi seperti tarif, sanksi, dan pembatasan ekspor bukan hal baru dan tidak akan efektif dalam waktu dekat.

“G7 sudah lama ingin melepaskan diri dari ketergantungan pada mineral langka Tiongkok, tetapi faktanya, mereka tidak bisa. Mineral langka masih menjadi kartu penting Tiongkok dalam hubungan dengan AS,” kata Wu.

Sementara itu, Zhu Feng, Dekan Eksekutif Sekolah Studi Internasional Universitas Nanjing, menilai langkah G7 ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Amerika Serikat untuk memisahkan diri dari rantai pasokan Tiongkok.

Tonton: Bertemu di Korea, Trump dan Xi Jinping Sepakat Akhiri Perang Dagang

“Meskipun perang dagang mereda, persaingan strategis AS–Tiongkok belum berakhir. Tujuan jangka panjangnya adalah mengurangi ketergantungan pada mineral langka dari Tiongkok,” jelas Zhu.

Ia menambahkan bahwa Tiongkok tetap waspada terhadap rencana tersebut, karena rantai pasokan global seharusnya terbuka dan berbasis kompetisi pasar.

“Ketika geopolitik membajak rantai pasokan, hasilnya hanya fragmentasi dan kemunduran,” tutup Zhu.

Kesimpulan

Upaya G7 membangun aliansi mineral langka menunjukkan tekad negara-negara Barat mengurangi pengaruh ekonomi Tiongkok, namun jalan menuju kemandirian pasokan masih panjang. Selama infrastruktur dan teknologi pemurnian tetap terkonsentrasi di Beijing, dominasi Tiongkok dalam rantai pasok global mineral strategis kemungkinan masih sulit tergantikan dalam waktu dekat.

Sumber Data:

  • Reuters – G7 Nations Form Critical Minerals Alliance to Counter China’s Dominance (Nov 2025)
  • South China Morning Post – China Sees G7 Rare Earth Plan as ‘Unrealistic Challenge’ (Nov 2025)

Selanjutnya: Daftar Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Senin (3/11) UBS, GALERI 24

Menarik Dibaca: Daftar Drakor Terbaru November 2025, Ini Jadwal Tayang Taxi Driver Season 3

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×