Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - China sepakat menunda penerapan putaran terbaru pengendalian ekspor mineral langka (rare earth) sebagai bagian dari kesepakatan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Namun, pembatasan yang lebih dulu diberlakukan terhadap komoditas penting ini—yang sempat mengguncang perdagangan global—masih tetap berlaku.
Melansir Reuters, mineral langka terdiri atas 17 unsur yang berperan kecil namun vital dalam pembuatan mobil, pesawat, hingga senjata. Dalam beberapa tahun terakhir, mineral ini menjelma menjadi salah satu sumber daya strategis utama yang digunakan China sebagai alat tawar dalam negosiasi perdagangan global.
Hal ini dipicu kebijakan ekspor baru yang memungkinkan Beijing membatasi pasokan ke negara lain yang bergantung pada suplai dari China.
Trump Sebut Isu Mineral Langka “Sudah Selesai”
Trump dan Xi bertemu dalam pertemuan puncak selama hampir dua jam di Korea Selatan pada Kamis (30/10/2025) kemarin. Setelah pertemuan, Trump mengatakan China telah sepakat menjaga kelancaran ekspor mineral langka ke AS, dan menyebut persoalan itu “sudah diselesaikan”.
Tak lama kemudian, Kementerian Perdagangan China mengumumkan akan menunda selama satu tahun penerapan aturan ekspor yang diluncurkan pada 9 Oktober.
Baca Juga: Trump Pilih Diam di Hadapan Xi Jinping Soal Isu Taiwan, AS Mundur Teratur?
Aturan tersebut sebelumnya memperluas cakupan pengendalian ekspor dengan memasukkan sejumlah material dan ketentuan baru dalam sistem ekspor mineral langka.
Namun, penundaan ini tidak mencakup pembatasan yang diberlakukan sejak April, yang mengatur ekspor tujuh jenis mineral langka—termasuk magnet berbasis mineral langka yang sangat penting bagi industri otomotif, pertahanan, dan semikonduktor.
Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, yang juga berbicara di pesawat kepresidenan Air Force One pada Kamis, mengatakan China tidak akan menerapkan pengendalian ekspor baru tersebut. Namun, ia tidak menyinggung pembatasan yang telah diberlakukan pada April.
Kebijakan April itu, hanya dalam hitungan minggu, telah menyebabkan kekurangan pasokan di rantai pasok otomotif global hingga memaksa beberapa pabrikan menghentikan produksi di sejumlah pabrik.
Baca Juga: Isi 5 Kesepakatan Trump–Xi Terbaru, Perang Dagang AS–China Mereda Lagi
Menurut Tim Zhang, pendiri Edge Research yang berbasis di Singapura, pernyataan China yang juga berisi janji untuk “mengkaji ulang dan menyempurnakan” kebijakan itu, memberi ruang abu-abu yang cukup bagi Beijing untuk menjalankan kesepakatan dengan AS.
“Secara keseluruhan, ini bisa disebut sebagai langkah stabilisasi taktis untuk sementara waktu,” ujar Zhang.
Baterai dan Berlian Industri
Pengumuman pengendalian ekspor pada 9 Oktober lalu juga mencakup pembatasan baru terhadap peralatan baterai listrik dan berlian industri.
Kebijakan ini sempat memicu kepanikan di kalangan pelanggan asing dari sektor baterai terkemuka dunia milik China, hingga membuat perusahaan seperti Reliance Industries dari India bergegas mengekspor barang sebelum tenggat awal November.
Tonton: Tak Mau Kalah dari Malaysia, RI Lanjut Negosiasi Tarif Impor dengan AS Awal November 2025
Belum jelas apakah komitmen penundaan kebijakan Oktober itu juga mencakup baterai dan berlian industri. Kementerian Perdagangan China belum memberikan tanggapan terhadap pertanyaan Reuters mengenai hal tersebut.
Selanjutnya: Sebulan Turun 10%, Analis Rekomendasi Beli Saham Properti Ini Selagi Diskon Harga
Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamart Spesial Gajian Periode 31 Oktober-2 November 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


/2025/10/30/206861556.jpg) 
  
  
  
  
  
  
  
  
 











