kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.890.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.280   10,00   0,06%
  • IDX 7.944   80,88   1,03%
  • KOMPAS100 1.121   13,02   1,18%
  • LQ45 827   11,72   1,44%
  • ISSI 268   1,95   0,73%
  • IDX30 428   6,26   1,48%
  • IDXHIDIV20 493   6,23   1,28%
  • IDX80 124   1,67   1,36%
  • IDXV30 131   1,54   1,20%
  • IDXQ30 138   1,86   1,36%
GLOBAL /

Israel Kerahkan Puluhan Ribu Pasukan Cadangan Jelang Serangan Baru ke Gaza


Rabu, 20 Agustus 2025 / 19:20 WIB
Israel Kerahkan Puluhan Ribu Pasukan Cadangan Jelang Serangan Baru ke Gaza
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A picture released by the Israeli Army says to show Israeli soldiers conducting operations in a location given as Tel Al-Sultan area, Rafah Governorate, Gaza, in this handout image released April 2, 2025. Israeli Army/Handout via REUTERS THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY/File Photo

Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - TEL AVIV/YERUSALEM/KAIRO. Militer Israel memanggil puluhan ribu pasukan cadangan pada Rabu (20/8/2025) sebagai persiapan serangan ke Kota Gaza.

Langkah ini diambil meski pemerintah Israel tengah mempertimbangkan usulan gencatan senjata baru setelah hampir dua tahun perang berlangsung.

Pengerahan cadangan tersebut menegaskan rencana Israel untuk mengambil alih kota terbesar di Gaza, meskipun mendapat kritik internasional karena operasi itu berpotensi memicu pengungsian lebih banyak warga Palestina.

Baca Juga: Ini Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza yang Diterima Hamas, Israel Masih Pikir-Pikir!

Seorang pejabat militer Israel mengatakan, para prajurit cadangan tidak akan segera bertugas hingga September, memberi waktu tambahan bagi mediator untuk menjembatani perbedaan antara Hamas dan Israel soal syarat gencatan senjata.

Ia menambahkan, rencana operasi baru di Gaza akan melibatkan lima divisi, meski sebagian besar pasukan cadangan tidak akan diterjunkan langsung dalam pertempuran di Kota Gaza.

"Kami akan memasuki fase baru pertempuran, yakni operasi bertahap, presisi, dan terarah di dalam serta sekitar Kota Gaza, yang saat ini menjadi pusat militer dan pemerintahan Hamas," ujar pejabat tersebut.

Dewan Keamanan Israel yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu awal bulan ini menyetujui rencana perluasan operasi militer di Gaza dengan target utama merebut Kota Gaza.

Namun, tekanan datang dari sekutu-sekutu dekat Israel yang meminta operasi dibatalkan.

Baca Juga: Israel Pertimbangkan Tawaran Hamas, Gencatan Senjata 60 Hari dan Pembebasan Sandera

Di sisi lain, Netanyahu mendapat desakan dari kelompok sayap kanan dalam koalisinya untuk menolak gencatan senjata, melanjutkan perang, bahkan mendorong aneksasi Gaza.

Perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika militan Hamas menyerang komunitas di selatan Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang kebanyakan warga sipil dan menyandera 251 orang, termasuk anak-anak.

Sejak itu, lebih dari 62.000 warga Palestina tewas akibat kampanye militer Israel, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Mereka tidak merinci jumlah militan yang terbunuh, namun menyebut sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

Hamas disebut telah menerima proposal mediator Arab untuk gencatan senjata 60 hari, termasuk pembebasan sebagian sandera dengan imbalan pelepasan tahanan Palestina di Israel.

Baca Juga: Netanyahu Serang PM Albanese: Pengkhianat Israel, Tinggalkan Kaum Yahudi Australia

Namun, pemerintah Israel yang menuntut pembebasan seluruh 50 sandera yang tersisa sekaligus, masih mengkaji tawaran tersebut. Otoritas Israel memperkirakan hanya 20 sandera yang masih hidup.

Sementara itu, militer Israel terus menggempur wilayah Gaza. Serangan udara semalam menghantam pinggiran timur Kota Gaza dan menewaskan sedikitnya 19 orang, menurut otoritas kesehatan Gaza.

"Kali ini, jika tidak ada kesepakatan, saya khawatir kami semua akan mati," kata Samir Abu Basel (45), seorang ayah empat anak dari Gaza, lewat sambungan telepon kepada Reuters.

"Mati di sini atau di tempat lain yang mereka usir kami, sama saja. Kami sudah kehilangan kepercayaan pada dunia, juga pada para pemimpin."

Perang yang berlangsung hampir dua tahun ini telah meluluhlantakkan Jalur Gaza yang sebelumnya dihuni 2,3 juta orang.

Rumah, sekolah, hingga masjid banyak yang hancur, sementara militer Israel menuding Hamas beroperasi di balik infrastruktur sipil.

Baca Juga: Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata 60 Hari dengan Israel, Serta Pertukaran Tahanan

Sebagian besar warga Gaza kini telah terusir berulang kali dan terdesak ke wilayah padat penduduk di sepanjang pesisir Laut Tengah.

Israel mengatakan akan mengeluarkan perintah evakuasi sebelum memulai serangan darat di Kota Gaza.

Patriarkat Latin Yerusalem yang menaungi satu-satunya Gereja Katolik di Gaza juga melaporkan sejumlah lingkungan di dekat paroki mereka mulai menerima perintah evakuasi.

Hamas, yang telah berkuasa hampir dua dekade di Gaza, disebut Israel semakin melemah. Militer Israel mengklaim menguasai 75% wilayah Gaza dan menilai Hamas kini beroperasi layaknya pasukan gerilya.

Di dalam negeri, tekanan publik Israel juga meningkat. Survei menunjukkan mayoritas warga mendukung penghentian perang jika itu menjamin pembebasan para sandera.

Baca Juga: Ribuan Warga Palestina Mengungsi dari Gaza di Tengah Ancaman Serangan Darat Israel

Ribuan orang juga menggelar aksi di Tel Aviv, mendesak pemerintah menerima kesepakatan dengan Hamas.

Meski demikian, posisi kedua pihak masih jauh. Hamas menyatakan siap membebaskan semua sandera dengan imbalan penghentian perang, sedangkan Israel bersikeras perang tak akan dihentikan sebelum Hamas melucuti senjata.

Selanjutnya: Eastspring Indonesia Luncurkan Produk Reksadana Syariah Baru

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Besok Kamis 21 Agustus 2025: Keuangan & Karier Leo Menjanjikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

×