Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KAIRO/GAZA. Militer Israel pada Selasa (9/9/2025) memerintahkan warga Gaza City untuk mengungsi menjelang ofensif baru.
Setelah Israel memperingatkan akan meningkatkan serangan militer di Jalur Gaza dengan “badai dahsyat” jika Hamas tidak membebaskan sisa sandera yang mereka tahan.
Warga di kota yang dihuni sekitar satu juta orang Palestina ini telah waspada sejak beberapa minggu terakhir, karena pemerintah Israel merencanakan serangan untuk menghancurkan posisi terakhir Hamas.
Baca Juga: Mahkamah Agung Israel: Pemerintah Tak Beri Cukup Makanan untuk Tahanan Palestina
“Saya katakan kepada warga Gaza, manfaatkan kesempatan ini dan dengarkan saya baik-baik: kalian telah diperingatkan, segera tinggalkan tempat itu!” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Perintah evakuasi ini memicu kepanikan dan kebingungan di kota terbesar di Jalur Gaza. Beberapa warga mengatakan akan pergi ke Selatan.
Namun sebagian besar memilih tetap tinggal karena tidak ada tempat yang benar-benar aman.
“Meski selama seminggu terakhir terjadi bombardir, saya tetap bertahan. Tapi sekarang saya akan pergi untuk bersama anak saya,” ujar Um Mohammad, seorang ibu berusia 55 tahun dengan enam anak.
Baca Juga: Israel Gempur Gaza City, Warga Diminta Tinggalkan Kota
Sejak perang dimulai Oktober 2023, warga Gaza sudah beberapa kali mengungsi dari utara ke selatan, memperburuk krisis kemanusiaan yang memicu kelaparan di beberapa area.
Militer Israel meminta warga Gaza City pindah ke kawasan Al-Mawasi di Khan Younis, yang ditetapkan sebagai “zona kemanusiaan”.
Netanyahu mengatakan pasukan Israel tengah mengorganisasi pergerakan untuk manuver darat, meski hingga Selasa belum ada kemajuan baru untuk memperdalam ofensif.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan militer akan meningkatkan serangan jika Hamas tidak membebaskan sisa sandera dan menyerah.
Langkah ini memperumit upaya gencatan senjata. Qatar telah mendorong pimpinan Hamas untuk merespons positif kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan AS.
Sementara Hamas menyatakan sedang membahas beberapa ide dari Amerika terkait kesepakatan tersebut.
Israel pun menyatakan menerima proposal gencatan senjata dari Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: Israel Pertimbangkan Aneksasi Tepi Barat, Respons atas Pengakuan Negara Palestina
Serangan ini menuai kritik internasional. Beberapa negara Eropa yang marah atas bombardir Israel berencana mengakui kedaulatan Palestina di Majelis Umum PBB bulan ini, langkah yang ditolak Israel.
Para pengamat menilai rencana Israel, termasuk mendemiliterisasi seluruh Jalur Gaza, dapat memperparah krisis kemanusiaan bagi 2,2 juta penduduk, di mana kelaparan telah terjadi di beberapa daerah.
Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023 dengan serangan lintas perbatasan Hamas, Israel telah menguasai 75% wilayah Gaza.
Serangan berikutnya telah menewaskan lebih dari 64.000 warga Palestina, memaksa sebagian besar penduduk mengungsi, dan merusak sebagian besar wilayah Gaza.
Saat ini, dari 48 sandera yang tersisa, 20 masih hidup menurut otoritas Israel.
Selanjutnya: Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Dihukum Penjara 1 Tahun
Menarik Dibaca: Tiket.com Luncurkan Halo Tiket, Layanan Pelanggan Cepat dan Tepat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News