kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   42.000   1,86%
  • USD/IDR 16.653   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.193   9,04   0,11%
  • KOMPAS100 1.142   -1,76   -0,15%
  • LQ45 836   -0,46   -0,05%
  • ISSI 283   -1,06   -0,37%
  • IDX30 440   -0,73   -0,17%
  • IDXHIDIV20 506   -2,57   -0,50%
  • IDX80 128   -0,39   -0,30%
  • IDXV30 137   -1,61   -1,17%
  • IDXQ30 140   -0,46   -0,33%
GLOBAL /

Trump–Xi Saling Puji di Busan: Siapa yang Pulang Lebih Bahagia?


Jumat, 31 Oktober 2025 / 07:28 WIB
Trump–Xi Saling Puji di Busan: Siapa yang Pulang Lebih Bahagia?
ILUSTRASI. Pertemuan puncak antara Xi dan Presiden AS Donald Trump di Busan tampaknya berhasil menstabilkan hubungan yang sebelumnya goyah. REUTERS/Evelyn Hockstein

Sumber: CNA | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Jika hubungan Amerika Serikat dan China diibaratkan kapal yang menavigasi lautan dengan “angin dan gelombang”, sebagaimana perumpamaan Presiden China Xi Jinping, maka pertemuan puncak antara Xi dan Presiden AS Donald Trump di Busan tampaknya berhasil menstabilkannya—setidaknya untuk sementara waktu, menurut para analis.

Pertemuan selama 100 menit pada Kamis (30/10) di kota pelabuhan Busan, Korea Selatan itu memang tak menghasilkan terobosan besar. Namun sejumlah langkah timbal balik dan nada yang lebih bersahabat menunjukkan adanya kepentingan bersama untuk meredakan ketegangan dalam hubungan bilateral paling berpengaruh di dunia—setidaknya dalam jangka pendek.

Channel News Asia (CNA) melaporkan, Wu Se-chih, asisten profesor di Taipei University of Marine Technology, menilai nada dan citra pertemuan itu diatur dengan sangat hati-hati.

“Kita melihat Xi Jinping memuji kemampuan Trump menangani konflik internasional, sementara Trump menyebut Xi sebagai ‘pemimpin besar dari bangsa besar’,” ujarnya.

“Keduanya berupaya menciptakan suasana yang bersahabat dan konstruktif—menetapkan nada untuk negosiasi berikutnya. Itu menjadi salah satu sorotan utama,” tambahnya.

Andy Mok, peneliti senior di think tank Beijing Center for China and Globalization (CCG), menyebut pertemuan tersebut “cukup positif”, sebagian karena perubahan sikap AS terhadap China.

Baca Juga: Penangguhan Ekspor Mineral Langka China: Jangan Senang Dulu! Pembatasan Tetap Berlaku

“Saya pikir AS mulai benar-benar melihat China sebagai mitra setara—bahkan dalam beberapa hal, berada pada posisi yang lebih unggul,” katanya.

Dengan hasil yang sesuai ekspektasi, para pengamat menilai kedua pihak kemungkinan sama-sama pulang dengan perasaan cukup puas. Periode stabilitas pun bisa terjaga—setidaknya hingga tahun depan, atau sampai kunjungan balasan kedua pemimpin berlangsung.

Perairan yang Lebih Tenang (Untuk Saat Ini)

Pertemuan Busan merupakan kelanjutan dari pembicaraan awal antara pejabat dagang AS dan China di Kuala Lumpur, tempat sejumlah kesepakatan utama sudah lebih dulu dirundingkan.

Su Yue, ekonom utama di Economist Intelligence Unit (EIU), menilai hasilnya “netral tapi konstruktif”, sesuai dengan sinyal yang telah membentuk ekspektasi pasar menjelang pertemuan.

Menurut Kementerian Perdagangan China, AS sepakat untuk menangguhkan selama satu tahun penyelidikan Section 301 terkait sektor maritim, logistik, dan galangan kapal China—yang menuduh Beijing gagal memenuhi Phase One Trade Deal yang ditandatangani pada 2020 di masa jabatan pertama Trump.

Sebagai imbalannya, China akan menunda penerapan tindakan balasan.

AS juga akan menghapus tarif tambahan 10% terhadap produk China terkait fentanyl, sementara Beijing menyesuaikan kebijakan perdagangannya sebagai tanggapan.

“Pertemuan ini telah memetakan jalur dan prospek baru ke depan, meski diskusi lanjutan antara tim kerja kedua pihak masih dibutuhkan,” kata Sun Chenghao, peneliti di Tsinghua University Centre for International Security and Strategy.

Baca Juga: Trump Pilih Diam di Hadapan Xi Jinping Soal Isu Taiwan, AS Mundur Teratur?

Ia menilai pemangkasan tarif 10% tersebut “bermakna”, karena untuk pertama kalinya pembahasan menyentuh inti masalah tarif.

“Dalam lima putaran sebelumnya, belum pernah ada pemangkasan langsung seperti ini. Ini membuka ruang untuk negosiasi berikutnya,” katanya.

Kesepakatan juga mencakup penangguhan kontrol ekspor. Washington sepakat menunda satu tahun aturan yang memperluas pembatasan ekspor terhadap perusahaan asing yang dimiliki lebih dari 50% oleh entitas AS yang terkena sanksi—aturan yang sempat menjerat banyak perusahaan China.

Sebagai timbal balik, Beijing menunda kontrol ekspor baru yang diumumkan 9 Oktober, mencakup material dan teknologi rare earth, serta peralatan industri.

“Penangguhan selama setahun ini di luar ekspektasi pasar,” kata Su. “Tapi ini memberi tekanan pada kedua pihak untuk menepati janji mereka.”

Trump sendiri menulis di media sosial bahwa Xi telah menyetujui pembelian besar-besaran kedelai dan produk pertanian AS.

Namun Su mengingatkan, “Kita tahu pada masa jabatan pertama Trump, China tidak sepenuhnya memenuhi janjinya.”

Pada 2020, Trump menandatangani “kesepakatan dagang bersejarah” yang menargetkan pembelian tambahan US$ 200 miliar ekspor AS. Namun, China hanya menuntaskan 58% dari target tersebut—bahkan belum mengembalikan volume impor ke level sebelum perang dagang, menurut Peterson Institute for International Economics.

Tonton: Tak Mau Kalah dari Malaysia, RI Lanjut Negosiasi Tarif Impor dengan AS Awal November 2025

Apa yang Tidak Dibahas

Kedua pihak juga menegaskan kembali kesepakatan sebelumnya dari pertemuan Madrid, termasuk komitmen AS soal investasi dan janji China untuk “menangani isu TikTok secara tepat”.

Namun yang lebih menarik justru adalah topik yang tidak dibicarakan: Taiwan, hak asasi manusia, dan Laut China Selatan absen dari agenda resmi.

Para analis menilai ini mencerminkan kesadaran bersama untuk tidak mengganggu proses stabilisasi hubungan.

Lim Tai Wei, pengamat Asia Timur dari Soka University, mengatakan isu-isu tersebut sengaja dikesampingkan.

“Fokus utama adalah pada pelonggaran pembatasan. Isu lain bisa dibahas lewat jalur lain—yang penting, jangan sampai menggagalkan prioritas utama,” ujarnya.

Kedua pemerintah disebut tengah menyiapkan kunjungan kenegaraan Trump ke China tahun depan.

Siapa yang Lebih Diuntungkan?

Para analis sepakat, tidak ada pemenang mutlak.

“Keduanya mengambil langkah mundur tanpa merasa kalah,” ujar Sun, menilai hasilnya lebih berupa pemulihan kondisi sebelum konflik memanas.

Bagi Beijing, konsistensi dan prediktabilitas hasil pertemuan lebih penting daripada pencapaian besar.

“Fakta bahwa tidak ada kejutan negatif justru menjadi poin positif bagi publik domestik China,” kata Lim.

Xi juga memanfaatkan pertemuan itu untuk menegaskan otoritas dan stabilitasnya, baik di dalam negeri maupun internasional.

Wu dari Taipei University menilai Xi menunjukkan kecerdikan taktis dengan memuji “upaya perdamaian” Trump di Gaza dan Asia Tenggara—cara halus untuk menyanjung sisi ego Trump yang ingin dipersepsikan sebagai “presiden pembawa damai”.

“Trump mendapat apa yang dia butuhkan: citra percaya diri, memimpin percakapan, dan menegaskan kontrol atas agenda,” tambah Wu.

Penangguhan sejumlah ketegangan dagang dan teknologi juga memberi pemerintahan Trump ruang bernapas menjelang siklus pemilu paruh waktu 2026.

“Optik ‘kesepakatan’ dan janji tindak lanjut menjadi modal politik sekaligus diplomatik bagi Trump,” kata Wu.

Baca Juga: Isi 5 Kesepakatan Trump–Xi Terbaru, Perang Dagang AS–China Mereda Lagi

Pertemuan Busan berlangsung sekitar satu jam 40 menit—lebih singkat dari perkiraan, namun para analis menilai durasinya tidak mencerminkan bobot hasil.

Sebagian besar detail teknis, seperti tarif dan ekspor rare earth, sudah dibahas sebelumnya di tingkat pejabat.

“Pertemuan ini lebih soal nada dan arah, bukan negosiasi teknis,” ujar Mok.

Su dari EIU menambahkan, “Sebagian besar hal sudah disepakati sebelumnya. Tak perlu tiga jam hanya untuk saling mengatakan ya.”

Ia menilai diskusi mendalam selanjutnya wajar dilakukan di level kementerian.

Selanjutnya: Isyarat Uji Senjata Nuklir Trump Tuai Kecaman: Langkah yang Membuat Dunia Tak Aman

Menarik Dibaca: Promo Imperial Kitchen x Bank Mega: Nikmati Diskon 50% Semua Menu, Cek Outletnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×